Sunday, February 26, 2012

Pesan Imam Syafi'i


"Orang berilmu dan beradab tidak akan tingal di kampung halaman.

Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang.

Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan.

Berlelah-lelahlah, manisnya hidup akan terasa setelah lelah berjuang."

( Imam Syafi'i dalam Negeri 5 Menara) 

Remember, Ames....

Hari ini mendung.
Matahari nampaknya enggan menunjukkan kegarangannya.
Suatu ketumbenan untuk kota yang dilalui garis khatulistiwa. Tapi baguslah, paling tidak warga bumi di kota ini tidak kepanasan seperti biasa.
Eniwei...cuaca kayak gini, kadang-kadang mengingatkan saya ke suatu tempat yang jauh.
Hedeww...sebenarnya saya enggan mengenang tempat itu, membuat saya terbuai oleh romantisme masa lalu. Tapi nyatanya, memori itu akan merasuk begitu saja dan saya tak mampu menepisnya.
Kadang-kadang.

Tadi saya iseng membuka-buka diary dan menemukan sebuah catatan kecil di buku itu : 26 February 2011, my 1st day ini Ames!

Hari itu, hari ini. Setahun yang lalu.
Memori saya pun melayang....

***

Ames.
rumah saya selama dua bulan. Sudah nyaris setahun sejak saya meninggalkannya, tapi segala tentangnya masih melekat di kepala, bermain-main di ingatan. Orang-orangnya, sudut-sudut kotanya, saljunya dan dinginnya yang menusuk-nusuk serta masih banyak lagi.

Pagi yang dingin. Biasanya saya akan menengok ke luar jendela. Berharap dua. Matahari bersinar terang atau Salju turun berderai.
Bila matahari merangkak lebih tinggi, biasanya cuaca akan semakin dingin, namun terkadang berubah menghangat. Hujan turun sesekali. Membuat saya dan teman-teman harus berlari-lari ketika sedang menuju ke kelas.

Saya paling suka sore hari ketika tidak hujan dan cuaca sedang hangat. Saya kerap menikmati suasana senja di lapangan ISU sambil menatap matahari yang condong ke barat. Angin kutub akan menerpa wajah saya. Memainkan jilbab saya. Kalau sudah begitu, saya akan betah berlama-lama duduk di atas rerumputan central park sambil menatap siluet Campanile yang berdiri gagah.

Malamnya, angin mulai bertiup jahat. Ranting pohon akan menari-nari, mengeluarkan bunyi gemerisik yang agak menakutkan. Lalu saya akan menyetel musik sekerasnya agar suara-suara itu tidak merasuk hingga ke gendangn telinga saya.

Ada kalanya, bintang bersinar di langit malam Amerika. Menemani malam panjang saya dan teman-teman ketika harus berjibaku dengan Homework yang bertumpuk-tumpuk hingga larut malam.

Oh God.saya benar-benar merindukan Ames saat ini..hanya dari foto-foto saya bisa mengenangnya.
Entah kapan ...
bisa kembali ke sana...

Ames yang tenang
                                                                  

a chilly beautiful morning in Ames
                                                              
Suatu senja di Central Park
                                                                    

Walking around in Ames' Downtown
                                                                    
Cyride, bus dalam kota
                                                               

My 1st day in Ames :)

Friday, February 24, 2012

Wise Words

Memendam kemarahan bagaikan menggenggam sebuah bara panas  dengan niatan untuk melemparkannya ke seseorang.  Sebenarnya dirimu lah yang terbakar. 

 -Sidarta Gautama-

Hari ini, Setahun Yang Lalu



*Jakarta Airport Hotel 
  Today, a year ago.....

Monday, February 20, 2012

Susahnya ngomong Inggris sama orang China..#Part 1

Waktu jalan ke Makassar kemaren, saya sempat beli one of my fave book di MaRI, The Naked Traveler by Trinity. Haha..sumvah..buku ini seru n kocak banget. Selain itu bisa menambah wawasan kita tentang dunia luar. Kalo lagi baca buku ini saya serasa lagi Travelling keliling dunia.

Btw eniwei..saya sempat baca salah satu bab di buku ini yang kisahnya gak jauh-jauh berbeda dengan pengalaman saya. Tentang susahnya ngomong bahasa Inggris sama orang China. Lewat postingan kali ini saya share cuplikan kisahnya.

                                                                    ****


'Capee dehh' adalah ungkapan yang sering saya katakan sehabis ngomong sana orang China daratan.
Kendala bahasa yang parah sering membuat komunikasi gak nyambung. Segala macam gaya dan bahasa sudah dilakukan, itupun jarang berhasil. Berikut beberapa percakapan yang bikin ngakak abis.

Negara China yang sebesar itu kalo mau nuker uang hanya bisa dilakukan di satu bank yaitu Bank Of China. Gilanya, orang lokal gak ngerti pas ditanya soal bank. Padahal 'bank' kan bahasa internasional?. 

Di Chengdu saya kena tulahnya.

Ketika hendak mencari Bank of China saya bertanya ke resepsionis hotel. Tapi you know, China adalah negara yang mahabesar. Sudah jalan jauh tapi belum juga ketemu, mulailah saya bertanya orang yang lewat (itupun milih nanya sama orang yang kelihatannya terpelajar). Inilah percakapan saya dengan seorang lelaki muda berkaca mata:

"Where is Bank Of China?"tanya saya.

Lelaki itu bengong.

"Bank?"tanya saya lagi dengan intonasi turun.

Dia bengong lagi

"Bank! dengan intonasi naik sambil menjentikkan jari.

Masih bengong.

"Pank?"tanya saya lagi. Kali ini sperti 'Beijing'yang juga dibaca 'Peking'

Tambah bengong.

Setelah berkali-kali diterangkan dengan memakai gaya ala pantonim akhirnya dia berteriak"Ooooo..bankeee! Yailah, ada huruf'e'pepet dibelakang kata!

Setelah ditunjukkan jalannya kami masih nyasar juga. Terpaksa saya bertanya lagi ke seorang mbak-mbak kantoran dengan berbekal penyebutan 'bank' yang jadi'banke'

"Where is Banke of China?tanya saya Hepi

Lho...si Mbak,kok,bengong juga.

Saya eja pelan-pelan."Baaang...ke??" dengan lafal 'ke' dibelakang kata bagaikan cegukan.

Masih gak ngerti juga.

Setelah pakai gaya dan inonasi naik turun, barulah dia menjerit,"Oooo..Beng of China!

Lha, lain lagi! Capee deh!
***

Di stasiun kereta api Hohhot, saya bingung mengetahui nomor platform, nomor gerbong dan tempat duduknya. Maka saya pun mencari orang yang dapat menjelaskan. Adalah seorang cowok muda kurus berkacamata dan kelihatannya pinter. Saya SKSD aja ngajak kenalan. Begitu tahu kami dari Indonesia, dia langsung bilang "Taufike! maksudnya Taufik Hidayat. Tapi ada tambahan 'e' di belakang.
Taufike...Banke...terserah elo deh!  Kata saya dalam hati.

Meskipun terbata-bata, dia bisa menjelaskan dalam bahasa Inggris tentang cara membaca tiket KA Itu.Itupun saya dengan konsenterasi penuh dengan membaca bibir dan menyendengkan telinga. Katanya, "Dise ise ka nangbe, dise ise plangprom nangbe en dise ise site nanngbe.

Oooo..ngerti..ngerti. Hebat! Maksud saya, saya yang hebat bisa ngerti omongan dia. Belakangan saya tau bahwa dia kuliah di jurusan sastra Inggris! Lho..kok parah begitu bahasa Inggrisnya? katanya 'We ongly wringting no spingking". Pantesan tiap dia ngomong kok banyak 'ng'yang diselipin ditiap suku kata. Capee dehh!

Paling lucu ketika kami kenalan sama lelaki yang duduk disebelah saya di KA ke Xian, katanya dia asal Urumqi, daerah China yang penduduknya banyak beragama Islam.

Maka Yasmin bertanya."So you are moslem?"

Dia nggak ngerti

"Islam?"

Dia diem. Jeda lama.

"China" menunujuk dirinya lalu menunujuk diri kami. Oh maksudnya tanya kami dari negara mana.

"Indonesia"jawab kami bareng

"Musling??"tanyanya. Yailah rupanya muslim itu jadi'musling'. Pantesan dari tadi dia kagak ngarti.

"Yes!" Jawab Yasmin."You are musling?"Yasmin bertanya menggunakan kata temuan baru.

Dia mengangguk. Tuh kan dia ngerti!

"Yu neng?"Tanyanya lagi. Maksudnya dia tanya nama.

"Yasmin" jawab teman saya.

"NO!NO!NO! Musling...Khadijadh,Mariam, Fatima"kata dia ngotot berat. Maksudnya, kok Yasmin tidak bernama wanita muslim kebanyakan. Yey, biasa aja napa?

Susah payah kami menerangkan bahwa di Indonesia sudah tidak harus pake nama muslim, tapi dia gak ngerti. Sutralah..

"Your name?"tanya saya balik. Secara 'musling', mungkin nama dia Ali, Abdul ato Muhammad.

"Siao Bao"

Yailahh! Capeee, Dehhhhh!!

*taken from The Naked Traveler 3 Trinity

#masih ngakak guling-guling baca endingnya

Formulas of Succes by Mr.Uno

Saya bertanya-tanya tentang sosok Sandiaga Uno. Beberapa waktu lalu saya  pernah dengar namanya dan rupa-rupanya dia adalah seorang enterpreuneur muda Indoensia yang sukses dan termasuk dalam jajaran orang Indonesia terkaya saat ini. Ia juga merupakan anggota ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia). Lulusan George Washington University ini ternyata masih muda, pintar,ganteng, sukses dan soleh (kata orang). What a perfect man! *Slurp*. Sayang dia sudah merit, Hehee.

Saya suka banget dengan  4 rumus sukses versi dia, mau tau apa?
Ini dia!

"Pertama adalah Kerja Keras, commitment, 100% dengan suatu pekerjaan
Kita harus punya komitmen untuk melakukan suatu pekerjaan dengan 100% komitmen kerja keras. Namun tidak cukup kerja keras karena pada saat itu juga banyak sekali tantangan maka kita harus melakukan rumus kedua adalah  Kerja Cerdas. Kerja Cerdas itu kita betul-betul menggunakan segala akal, ketiga adalah Kerja Tuntas, Finish what you've started. Kerja Tuntas. Kalau mulai sesuatu kita harus akhiri. Kita harus konkritkan, kita harus selesaikan.dan terakhir Kerja Ikhlas,  Semua itu harus dimulai dengan niat yang baik dan pada akhirnya harus ada keikhlasan. Karena ikhtiar yang kita sampaikan ini akhirnya mungkin bisa membuahkan hasil, namun mungkin juga tertunda. Nah butuh suatu semangat keikhlasan. Kita harus percaya bahwa rezeki itu tidak pernah tertukar, rezeki sudah digariskan untuk kita, jadi kita harus ikhtiar kita untuk menjemput rezeki tersebut"

Keren banget kan?? Semoga rumus ini bisa kita terapkan dalam menjalani hidup dan menggapai cita-cita.
Thanks for your idea,Mr.Uno!
"Iya..sama-sama,anak muda!"

Thursday, February 16, 2012

Jawaban Elegan Dari Seorang Tukang Bakso (Sebuah Kisah Inspiratif)


Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk ngurus tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai. Hujan rintik rintik selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini.


Di kala tangan sedikit berlumuran tanah kotor,…terdengar suara tek…tekk.. tek…suara tukang bakso dorong lewat. Sambil menyeka keringat…, saya menghentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkok bakso setelah menanyakan anak – anak, siapa yang mau bakso ?
“Mauuuuuuuuu. …”, secara serempak dan kompak anak – anak asuhku menjawab.

Selesai makan bakso, lalu saya membayarnya. …
Ada satu hal yang menggelitik pikiranku selama ini ketika saya membayarnya, si tukang bakso memisahkan uang yang diterimanya. Yang satu disimpan dilaci, yang satu ke dompet, yang lainnya ke kaleng bekas kue semacam kencleng. Lalu sayapun bertanya:

“Mang kalo boleh tahu, kenapa uang – uang itu Emang pisahkan? Barangkali ada tujuan ?”

 “Iya mbak, Emang sudah memisahkan uang ini selama jadi tukang bakso yang sudah berlangsung hampir 17 tahun. Tujuannya sederhana saja, Emang hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak Emang, mana yang menjadi hak orang lain / tempat ibadah, dan mana yang menjadi hak cita – cita penyempurnaan iman “.

“Maksudnya.. …?”, saya melanjutkan bertanya.

“Iya mbak, kan agama dan Tuhan menganjurkan kita agar bisa berbagi dengan sesama. Emang membagi 3, dengan pembagian sebagai berikut :

1. Uang yang masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari – hari Emang dan keluarga.
2. Uang yang masuk ke laci, artinya untuk infaq/sedekah, atau untuk melaksanakan ibadah Qurban. Dan alhamdulillah selama 17 tahun menjadi tukang bakso, Emang selalu ikut qurban seekor kambing, meskipun kambingnya yang ukuran sedang saja.
3. Uang yang masuk ke kencleng, karena emang ingin menyempurnakan agama yang Emang pegang yaitu Islam. Islam mewajibkan kepada umatnya yang mampu, untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini tentu butuh biaya yang besar. Maka Emang berdiskusi dengan istri dan istri menyetujui bahwa di setiap penghasilan harian hasil jualan bakso ini, Emang harus menyisihkan sebagian penghasilan sebagai tabungan haji. Dan insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar 2 tahun lagi Emang dan istri akan melaksanakan ibadah haji.

Hati saya sangat…… …..sangat tersentuh mendengar jawaban itu. Sungguh sebuah jawaban sederhana yang sangat mulia. Bahkan mungkin kita yang memiliki nasib sedikit lebih baik dari si emang tukang bakso tersebut, belum tentu memiliki fikiran dan rencana indah dalam hidup seperti itu. Bahkan seringkali berlindung di balik tidak mampu atau belum ada rejeki.

Terus saya melanjutkan sedikit pertanyaan, sebagai berikut : “Iya memang bagus…,tapi kan ibadah haji itu hanya diwajibkan bagi yang mampu, termasuk memiliki kemampuan dalam biaya….”.

Ia menjawab, ” Itulah sebabnya Pak. Emang justru malu kalau bicara soal mampu atau tidak mampu ini. Karena definisi mampu bukan hak pak RT atau pak RW, bukan hak pak Camat ataupun MUI.
Definisi “mampu” adalah sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan untuk mendefinisikannya sendiri. Kalau kita mendefinisikan diri sendiri sebagai orang tidak mampu, maka mungkin selamanya kita akan menjadi manusia tidak mampu. Sebaliknya kalau kita mendefinisikan diri sendiri, “mampu”, maka Insya Allah dengan segala kekuasaan dan kewenangannya Allah akan memberi kemampuan pada kita”.

“Masya Allah…, sebuah jawaban elegan dari seorang tukang bakso”.
*(Copas Dari Kaskus)

Monday, February 13, 2012

When everybody asking......


Beberapa waktu lalu saya lagi asik twit-twitan sama seorang teman. Ehm. Bukan teman sih, let say, mantan’student’ waktu saya  masih ngajar di Easy English. 
Trus dia tanya:
Ma’am..have you found your Mr.Right??
Agak kaget juga dengan pertanyaan bocah ini. Gak ada angin gak ada ujan, kok nanya kayak gitu. Kayaknya orang-orang di sekitar saya udah mulai penasaran dan bertanya-tanya, mengapa di usia saya yang.. well..boleh dikatakan dewasa saya belum pernah sekalipun terlihat jalan bersama seorang lelaki(kecuali sohib saya dan sodara sepupu saya).

Sama halnya seperti ketika kemarin saya pergi menghadiri sebuah pesta pernikahan teman kantor. Bapak, rekan kerja saya bertanya” Dengan siapa ka?”

Jawab saya” Sendiri pak”

Dahi si bapak langsung berkerut heran” Lho, paitua nya mana?? (‘paitua’ means  suami or pacar)

Sayapun tertawa:” hahaha…belum ada pak’

Si bapak (beserta istrinya)pun memandangi saya dengan tatapan aneh.

Lain lagi ketika saya sedang berada di kantor, ketika lagi asik menginput data, tiba-tiba si Pak Boss, dari balik laptopnya, bertanya:”Ika,sudah punya calon?”

*Glek 

Saya yang lagi berkonstrasi dengan pekerjaan kontan terheran-heran dengan pertanyaan yang tiba-tiba itu.

Well..ada apa ini sebenarnya sodara-sodara?
Mengapa dunia  (halahh) seakan-akan bertanya-tanya tentang status saya yang hingga detik ini masih single.
Apanya yang aneh coba??Sobat saya Almira single, si Titi juga single, Anggi juga single. Trus apanya yang salah??
Apakah pacaran itu memang telah menjadi sebuah kewajaran di era global warming saat ini???

Entahlah..

Meski demikian kadang saya merasa sulit menjawab ketika orang-orang bertanya soal itu. 

“Ris, kenapa gak pacaran??’

Kalo saya jawab:” Ga ada pacaran dalam agama Islam” , 
ntar saya dibilang sok alim lagi.
Kalo saya jawab:
” Belum nemu yang cocok’
Entar saya dibilang sok jual mahal dan tukang pilih-pilih.

Trus kalo saya bilang:”Males’
Ntar dikirain saya gak normal lagi. Hiii…


Sungguh dilema.

Well..kembali ke soal twit-twitan dengan si mantan student. Saya pun menjawab:
” I just haven’t meet him yet’

Si Student pun bilang: 
“ There are so many guys in this world how come you can’t find him yet?”

Fiuhhh..buset dah ni bocah. Maka saya pun membalas: 
“Emang banyak, tapi kan yang minjamin saya tulang rusuk kan cuma satu’ #Eaa

Si student balas lagi:
”hmm berarti mem orangnya selektif’

Tuh kan??*sigh

Selektif itu wajar kan? Masa saya mau  menerima orang yang datang menawarkan cinta (buset dah kata-kata gue) dengan seenaknya?? Gimana kalo dia itu ternyata brengsek, suka maen pere, gak rajin solat, gak setia ato psycho kayak yang di tipi-tipi itu..hiiiii..

Sebenarnya sih saya gak milih-milih. Saya emang punya kriteria (dan bukankah setiap orang punya kriteria pendamping idaman??)

Bukankah itu wajar??

Lagian saya memang belum menemukan yang 'pas'
Kata teman and sodara-sodara saya yang telah menikah,katanya kalo kita ketemu jodoh tuh pasti berasa. Apa tuh istilahnya?? Chemistry?? yeah begitulah, katanya kalo kita dah dipertemukan, kita akan tau sendiri. Lewat hati bukan lewat mata  #ciehh.

So, whateverlah, orang-orang disekitar bertanya-tanya.  I’m still enjoy this loneliness. Saya yakin si Mr.Right akan datang pada pada saat yang tepat.
So, please, Stop asking, people! :)
***
NB: Saya yakin bukan hanya saya saja yang punya pengalaman seperti ini(^^)


Good Bye Stories.. #Part 2

Sekitar 45 menit van kami melaju menuju Ibu kota Iowa, Des Moines. Pukul 6 lebih sedikit, kami tiba di DSM International Airport. Meski matahari telah bersinar, udara masih tetap menusuk. Angin pagi Iowa, membuat saya menggigil.

Setelah semua barang diturunkan, kami segera chek in untuk flight menuju Minnesota. Sebelumnya, kami mengucapkan salam perpisahan kepada Jared dan Jessie, pengajar di IEOP yang telah menyempatkan diri untuk mengantar kami hingga ke Des Moines. ‘Paman Jessie’ lelaki datar yang mengatai dirinya sendiri sebagai pribadi yang membosankan, tersenyum ke  arah kami sesaat ketika kami hendak masuk ke bandara.
Ah, Jessie…bagaimanapun, saya tidak akan pernah lupa, ketabahannya menemani dan menjaga kami selama  trip di Chicago sebulan yang lalu.

Kami terbang ke Mineapollis sekitar pukul 8 pagi dengan menumpang Delta Airlines berukuran mini.


 Checkin at DSM Airport

Di Mineapolis, kami harus menunggu cukup lama sebelum boarding menuju Indonesia. Hmm, baguslah. Paling tidak, kami masih memiliki beberapa jam di Amerika. Untuk membunuh waktu, saya menyempatkan jalan-jalan disekitaran bandara. Pemandangan di luar bandara tidak semenarik ketika datang dulu, tidak ada salju di luar sana. Ternyata bandaranya memang gede (seperti perkiraan sebelumnya). Saya setengah berharap dapat bertemu dengan artis  seperti ketika datang dulu. Tengok kiri kanan, saya tidak menemukan tanda-tanda Taylor Swift atau Rihanna sedang jalan-jalan di St Paul. Akhirnya saya memutuskan untuk kembali bersama teman-teman di ruang tunggu. Ms. Xiong mengajak kami berfoto satu persatu. Ia juga membagikan hadiah perpisahan. Coklat dan kartu berisi  kata-kata perpisahan.


Minnesota again!

****

Detik demi detik berlalu,
dan tibalah saat itu, ketika panggilan untuk penumpang Delta Airlines kami bergema, kami tahu, hanya dalam beberapa menit, kami tidak akan melihat Ms.Xiong dan Amerika lagi (mungkin nanti dimasa depan, tetapi bukankah kata ‘mungkin’ tidak selalu memberikan kepastian??).
Saat itulah puncak haru biru kami. Satu persatu, kami menyalami dan memeluk Ms.Xiong  sambil berlinangan air mata.

Sungguh, momen itu adalah salah satu momen paling mengharukan sepanjang hidup saya. Saya tak akan lupa saat-saat terakhir bersama perempuan yang telah mendampingi kami selama dua bulan terakhir, menyayangi kami selayaknya anak sendiri. Alyssa Xiong,  mungkin hanya dua bulan kami mengenalnya. Tetapi, dua bulan itu telah memberikan kamibanyak pelajaran berharga. Kata-katanya yang penuh motivasi,inspirasi,dan nasehat tak akan pernah kami lupakan hingga akhir hayat.


Our Beloved American Mom: Alyssa Xiong

 Bila saya ingat-ingat, adegan di bandara Mineapolis itu layaknya adegan perpisahan di film2 yang sering saya tonton. Ada pelukan, ada tangis dan air mata. Namun, diantara haru biru itu, disaat semua orang menangis tersedu-sedu, salah seorang dari kami tidak nampak meneteskan airmata, tidak  sedih.
Sama sekali.
Orang itu adalah Zamzami, bujang Aceh yang memang selalu nampak riang gembira di segala situasi dan kondisi. Seperti biasa, ia selalu tersenyum lebar dan nampak tak ada beban. Saya tak habis pikir,bagaimana mungkin ia tidak bersedih di saat-saat terakhir kami di negeri paman sam. Sambil tersenyum Zamzami hanya berkata (dengan logat melayunya seperti biasa): “This is not the end, we will meet again, someday, Ms.Xiong”.
Grup kami pun dipanggil untuk segera boarding. Kami berbaris satu-satu bersiap memasuki pesawat. Ms.Xiong mengawasi kami sambil melambaikan tangan. Sesekali ia nampak terisak. Kami pun demikian.

Beberapa penumpang lainnya melirik ingin tahu mengapa  wajah kami coreng moreng dengan air mata dan nampak sebegitu sedihnya. Dalam hati saya berguman “Kalian hanya tidak pernah ikut IELSP, dan  tidak pernah tahu bagaimana rasanya ketika semuanya berakhir
Dan ketika waktu nya untuk masuk ke pesawat telah tiba, saya kembali menoleh kearah Ms.Xiong. Ia masih melambai dan tersenyum. Seiring dengan langkah kaki kami perlahan, senyum hangatnya hilang dari pandangan.
Saya kembali terisak.
***
Beberapa menit kemudian, Delta Airlines mulai bergerak dan bersiap lepas landas. Semakin lama, semakin cepat. Dari kaca pesawat, saya memandangi langit Amerika. Hari itu mendung. Semendung hati kami.

Perlahan..roda-roda pesawat terasa mulai beranjak naik.
Dan dalam sekejap, Delta Airlines menderu mengangkasa...
 membawa kami pulang, kembali ke dekapan Ibu Pertiwi…..


Selamat tinggal, Paman….I promise to see you again :)

Return to the real life :D

Yess, I'm back!!

Setelah lama menghilang dari dunia blogger dan berekplorasi di 'dunia penuh tekanan' (wordpress) :P. akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke blogger. Yeah!

Tunggu postingan berikutnya yaaaakkkk...;D

Good Bye Stories #Part 1

Waktu, melesat-lesat begitu cepat. Berlari begitu kencang, meninggalkan jejak-jejak memori dalam kehidupan. Rasanya hanya sekejap, 2 bulan berlalu begitu cepat..dan tibalah kami harus meninggalkan negeri Paman Sam. Program IELSP kami telah berakhir.
Saya ingat bagaimana perasaan kami,para IELSPer Iowa di hari-hari terakhir kami di sana. Perasaan kami campur aduk, tetapi perasaan sedih  adalah yang paling mendominasi. Sedih, ya tentu saja. Sedih meninggalkan semua hal baru yang telah kami kenal di Amerika, Ms.Xiong, teman2 Internasional student, teman2 sesama Indonesia, para Instruktur IEOP, kehidupan AS yang perlahan,kami telah terbiasa. Kami telah memiliki keluarga di sana. Kami merasa nyaman, meski tentu saja, tidak ada tempat di dunia ini yang senyaman tanah air.

Di hari-hari terakhir, saya dan teman-teman memilih untuk menikmati hari-hari terakhir kami dengan hal-hal yang menyenangkan. Kami lebih sering ngumpul bersama, mempererat pertemanan kami. Sebab kami sadar, bahwa sekembalinya kami di tanah air, kami akan berpisah. Kami berasal dari dari Aceh hingga Papua, kami tinggal di kota yang berbeda-beda. Kemungkinan kami akan bertemu setelah program adalah sangat kecil. Bagaimanapun, teman-teman sesama  grantee Iowa  adalah keluarga yang kami punya saat kami  berada di AS. Kami senang dan susah bersama-sama. Perpisahan yang hanya tinggal menghitung hari, membuat kami menjadi agak melankolis ketika harus berbicara soal pulang.

Siang ini, saya iseng-iseng membuka laptop, melihat-lihat foto dan video- video kala masih di Iowa. Memori saya benar-benar terbawa kembali di masa-masa itu.
                                                                 ***
April,23rd.Dinihari waktu Ames. Sebuah panggilan menyadarkanku dari tidur . Itu suara Lyla,roomateku. Katanya Ms xiong, supervisor kami telah menunggu di depan.
Aku melirik jam digital di meja belajarku. Kurang 15 menit pukul lima. Dengan mata berat,  aku bergegas  bangun, mencuci muka dan mengenakan  jaket. Tidak mandi lagi, sebab semalam sebelum tidur aku menghabiskan kurang lebih setengah jam berendam air hangat di bath up. Setelah memastikan tidak ada yang ketinggalan di kamarku, aku bersiap untuk keluar. Pagi itu, kamar tempatku tidur selama dua bulan itu nampak rapi dan bersih. Tidak ada laptop dan tumpukan buku di atas meja, tidak ada alunan Fireworks nya Katty Perry terdengar dari radio mungilnya, tidak ada sweater dan jaket tergantung di lemarinya, dan sebentar lagi… tidak akan ada lagi aku di dalamnya. Kamar itu, nampak kembali normal seperti dua bulan lalu, ketika pertama kali aku memasukinya. Hampa.
Agak kaget ketika aku menemukan Mohammed, teman sesama mahasiswa IEOP berada diruang tamu.
“Nothing left??” sapanya.
“I hope so, hey, what are you doing in this early morning??
“ To watch you leave” katanya sambil tersenyum. Senyumnya, aku tahu, tersirat kesedihan.
Aku tak menyangka Mohammed akan tiba di apartemen kami sepagi dan sedingin ini hanya untuk mengantar kami. Dibutuhkan sebuah pengorbanan besar untuk tiba di Schilleter di saat sebagian besar penduduk Ames masih terlelap di bawah selimut. Pemuda Kuwait itu memang sangat dekat dengan kami selama program. Terutama dengan Lyla, mereka layaknya saudara berbeda bangsa.
Aku  dan Lyla mengecek sekali lagi apertemen kami. Semuanya beres. Tidak ada yang ketinggalan. Kecuali dua buah pasang sepatu yang sengaja kami tinggalkan karena koper kami tidak cukup lagi menampungnya (belakangan aku menyesal meninggalkan sepatu itu)
Aku menyapukan pandangan ke seluruh ruangan apartemen 9B, sekali lagi, untuk terakhir kalinya. Ruang duduknya yang nyaman, dapurnya yang bernuansa putih semuanya nampak rapi. Selamat tinggal, Batinku. Dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan kami bergegas keluar, Mohammed membantu kami menyeret koper-koper yang gemuk luar biasa itu menuju van.

Udara pagi Ames dingin menusuk hingga ke tulang. Aku mellihat teman-teman dari apartemen lainnya sibuk menaikkan koper-koper mereka ke van.
Bang Ireng, saudara kami yang selama ini selalu menyemarakan hari-hari kami di Iowa, nampak di antara para IELSPer lainnya. Ia, sebentar lagi, akan ditinggal oleh ke-19 adik-adik Indonesianya.
Setelah semua koper dinaikkan, Ms. Xiong pun menginstruksikan kami untuk segera naik ke van. Dan inilah momen itu. Satu persatu, kami menyalami Bang Ireng dan Mohammed. Beberapa di antara kami mulai terisak pelan, termasuk aku.
Sambil menyalaminya aku berkata:“ Bang Ireng, selamat tinggal…semoga kita ketemu lagi ya, sukses buat studinya, maaf kalo selama dua bulan ini kami ada salah sama abang, terima kasih untuk semua bantuannya selama program, See you someday in Indonesia” Air mataku benar-benar tak bisa terbendung,
Bang Ireng tersenyum dan berkata” Maaf juga kalo saya ada salah, sukses buat kalian, semoga selamat sampe Indonesia, tetap semangat dan terus belajar”
Dan meskipun hari masih gelap, aku bisa melihat, di bawah sinar lampu jalanan, mata bang Ireng juga tergenang. Para anak lelaki menyalami dan merangkul Bang Ireng, erat.
Aku lalu menyalami Mohammed,” Mohammed, Thanks for everything, Thanks for our wonderful moment together,nice to be your friend, I know I’m gonna miss you, come to Indonesia if you have time”
Mohammed, yang meski secara fisik nampak jauhh lebih dewasa dari kami, nyatanya usianya jauh berada di bawah kami. Matanya berkaca-kaca. Sesekali ia mengusap air matanya.
“ I’m gonna visit ya’all in Indonesia” Katanya dengan senyum lebar meski dengan air mata yang menggenang.
Ia gagal  menyembunyikan kesedihannya.

Berdua dengan Bang Ireng, ia menatap kami satu persatu menaiki van. Di bawah lampu jalan, ditengah dinginnya udara pagi Ames, mereka melambai sebagai tanda perpisahan ketika Van kami mulai berjalan perlahan. Dari kaca jendela kami memandangi sosok dua pemuda yang telah menjadi sahabat dan saudara kami selama di perantauan. Kami pun membalas lambaian mereka. Beberapa di antara kami kembali terisak.
Good bye Bang Ireng, Good Bye Mohammed, Good Bye Schilletter….



Our Big Brother, Ireng Maulana
Mohammed, A friend from Quwait

Kami diam selama dalam perjalanan menuju Des Moines. Hening yang menyiksa. Isak tangis masih terdengar dari beberapa di antara kami. Dari kaca van yang berembun, aku memandangi jalanan yang biasa kami lewati setiap harinya dengan Cyride.  Istal kuda, tempat yang hingga detik terakhirku di Ames tak pernah ku kunjungi, perlahan hilang dari pandangan. Di kiriku, aku menatap Farm House Dr yang lengang dan gelap, tempat kami menunggu Blue North No 3 setiap hari seusai kelas.
Haha..mulai hari ini, tidak akan ada lagi kami, bergerombol menanti bus menuju Schilleter.
Aku bertanya-tanya dalam hati, apakah para bule yang kerap melihat kami di bus stop itu akan bertanya-tanya tentang keberadaan kami bila mereka tak menjumpai kami hari ini dan seterusnya di Farm House Dr.

***
Semburat cahaya merah mulai nampak di ufuk timur. Sebentar lagi matahari akan muncul.
Aku menatapnya tak berkedip.
Ini, adalah pagi terakhirku di Amerika.
The place where we always wait for Blue North No 3 after class
Farm House Dr, tempat kami menanti Cyride setiap sore

***to be continued***

Save The Earth! #Di kantor Juga Bisa..:)

Isu tentang Global Warming emang telah menjadi topik yang cukup hot beberapa tahun belakangan ini. Sebenarnya sih, isu ini adalah isu lama , hanya saja baru beberapa tahun belakangan ini beken and mendapat perhatian serius dari warga bumi.  Gak heran, soalnya kita sudah mulai merasakan dampaknya. Cuaca ekstrim, panas yang membara *terlebih di kota khatulistiwa kayak Palu*, musim yang tak menentu, matinya beberapa species tertentu, es kutub mencair,  dan tenggelamnya daratan.*glek
Sayang seribu sayang gak semua orang peduli akan hal in. Mungkin nanti, bila dampaknya semakin parah baru kita sadar. Tapi apa guna, kalo bumi udah marah??
Sebenarnya gak susah loh mengurangi dampak global warming*pake istilah ‘mengurangi’ & bukan ‘mencegah’ coz emang udah kejadian :(
Banyak hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak Global Warming. Kita gak harus turun lapangan buat menanam pohon kayak kampanye yang sering kita liat di tipi-tipi. Dalam keseharian kita, kita bisa kok menunjukkan kepedulian kita terhadap bumi. Ada banyak caranya, tapi di postingan kali ini saya hanya fokus bagaimana kita tetap peduli lingkungan meski saat sedang kerja kantoran.
Cekidot!
  • Kurangi Penggunaan Tissue di Kantor
Tau kan kalo bahan utam tissue itu berasal dari pohon. Semakin banyak pake tissu, semakin banyak pula pohon yang’dilukai ‘ while kita tahu sendiri bahwa pohon, hutan dan sebagainya itu adalah salah satu elemen dalam ekosistem yang bisa membantu mengurangi dampak global warming. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Kalo pohon mati, kita manusia yang repot
  • ‘turn off’ Action!
Well, kita tahu bahwa penyebab Global Warming adalah Green-House Effect ato Efek Rumah Kaca. Dulu waktu SD, pas pelajaran IPA, bu guru pernah membahas soal Efek Rumah Kaca. Saya yang kala itu masih lugu dan malu-malu cakep, berpikir bahwa yang dimaksud dengan efek rumah kaca adalah rumah yang terbuat dari kaca yang di dalamnya ada tanaman hijau *persis seperti rumah Herbology di film Harry Potter*. Ternyata eh ternyata yang dimaksud dengan efek rumah kaca adalah peristiwa naiknya konsentrasi gas CO2 dan gas-gas lainnya di atmosfer dan kemudian terperangkap di atmofser sehingga menghangatkan seisi bumi. Disebut rumah kaca karena persis  peristiwa yang terjadi bila panas masuk dan terperangkap di rumah kaca dan tidak bisa keluar, maka rumah kaca itu akan memanas.
Penggunaan Air Conditioner ato AC memang adalah salah satu kebutuhan wajib di kantor-kantor. Apalagi di daerah tropis kayak Palu. Sayangnya AC adalah salah satu benda elektronik penyumbang gas berbahaya ke atmofser karena AC dan juga kulkas mengandung gas Chlorofluorocarbon (CFC) yang asli gak ramah lingkungan. So…kalo misalnya gak parah-parah amat panasnya udara , ada baiknya melakukan ‘turn-off’ Action. Kan ada tuh yang namanya kipas sate, lumayan lah buat di pake ngadem..hehee :D
Tapi  bukan hanya AC loh..TV, Komputer bahkan charger HP, kalo udah gak dipake sebaiknya dimatikan. Paling kesal kalo di kantor TV onnnnn trus even gak ada yang nonton. Maka saya biasa akan melakukan ini:
  • Use and re-use
Di kantor emang paling banyak kertas bekas, kadang-kadang sampe menumpuk-numpuk. Rasanya rugi banget kalo dibuang.So, sebaiknya di re-use..dibuat memo, dibuat bundel catatan, ato apalah..bisa juga ditimbang and dijual *hohoo* lumayan loh buat jajan :D , lagian kalo kertas-kertas itu ditimbang bakal didaur ulang dengan alat yang lebih canggih.
Mungkin tips di atas rada basi bagi pembaca sekalian, tapi percayalah*mata berbinar dan berkaca-kaca* saya hanya mengingatkan kembali.
Ingat! Masa depan bumi ada di tangan kita, so kalo merasa manusia, sudah saatnya kita untuk lebih peduli. dimulai dari hal kecil..Insha Allah bisa berdampak besar :)

Sunday, February 26, 2012

Pesan Imam Syafi'i


"Orang berilmu dan beradab tidak akan tingal di kampung halaman.

Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang.

Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan.

Berlelah-lelahlah, manisnya hidup akan terasa setelah lelah berjuang."

( Imam Syafi'i dalam Negeri 5 Menara) 

Remember, Ames....

Hari ini mendung.
Matahari nampaknya enggan menunjukkan kegarangannya.
Suatu ketumbenan untuk kota yang dilalui garis khatulistiwa. Tapi baguslah, paling tidak warga bumi di kota ini tidak kepanasan seperti biasa.
Eniwei...cuaca kayak gini, kadang-kadang mengingatkan saya ke suatu tempat yang jauh.
Hedeww...sebenarnya saya enggan mengenang tempat itu, membuat saya terbuai oleh romantisme masa lalu. Tapi nyatanya, memori itu akan merasuk begitu saja dan saya tak mampu menepisnya.
Kadang-kadang.

Tadi saya iseng membuka-buka diary dan menemukan sebuah catatan kecil di buku itu : 26 February 2011, my 1st day ini Ames!

Hari itu, hari ini. Setahun yang lalu.
Memori saya pun melayang....

***

Ames.
rumah saya selama dua bulan. Sudah nyaris setahun sejak saya meninggalkannya, tapi segala tentangnya masih melekat di kepala, bermain-main di ingatan. Orang-orangnya, sudut-sudut kotanya, saljunya dan dinginnya yang menusuk-nusuk serta masih banyak lagi.

Pagi yang dingin. Biasanya saya akan menengok ke luar jendela. Berharap dua. Matahari bersinar terang atau Salju turun berderai.
Bila matahari merangkak lebih tinggi, biasanya cuaca akan semakin dingin, namun terkadang berubah menghangat. Hujan turun sesekali. Membuat saya dan teman-teman harus berlari-lari ketika sedang menuju ke kelas.

Saya paling suka sore hari ketika tidak hujan dan cuaca sedang hangat. Saya kerap menikmati suasana senja di lapangan ISU sambil menatap matahari yang condong ke barat. Angin kutub akan menerpa wajah saya. Memainkan jilbab saya. Kalau sudah begitu, saya akan betah berlama-lama duduk di atas rerumputan central park sambil menatap siluet Campanile yang berdiri gagah.

Malamnya, angin mulai bertiup jahat. Ranting pohon akan menari-nari, mengeluarkan bunyi gemerisik yang agak menakutkan. Lalu saya akan menyetel musik sekerasnya agar suara-suara itu tidak merasuk hingga ke gendangn telinga saya.

Ada kalanya, bintang bersinar di langit malam Amerika. Menemani malam panjang saya dan teman-teman ketika harus berjibaku dengan Homework yang bertumpuk-tumpuk hingga larut malam.

Oh God.saya benar-benar merindukan Ames saat ini..hanya dari foto-foto saya bisa mengenangnya.
Entah kapan ...
bisa kembali ke sana...

Ames yang tenang
                                                                  

a chilly beautiful morning in Ames
                                                              
Suatu senja di Central Park
                                                                    

Walking around in Ames' Downtown
                                                                    
Cyride, bus dalam kota
                                                               

My 1st day in Ames :)

Friday, February 24, 2012

Wise Words

Memendam kemarahan bagaikan menggenggam sebuah bara panas  dengan niatan untuk melemparkannya ke seseorang.  Sebenarnya dirimu lah yang terbakar. 

 -Sidarta Gautama-

Hari ini, Setahun Yang Lalu



*Jakarta Airport Hotel 
  Today, a year ago.....

Monday, February 20, 2012

Susahnya ngomong Inggris sama orang China..#Part 1

Waktu jalan ke Makassar kemaren, saya sempat beli one of my fave book di MaRI, The Naked Traveler by Trinity. Haha..sumvah..buku ini seru n kocak banget. Selain itu bisa menambah wawasan kita tentang dunia luar. Kalo lagi baca buku ini saya serasa lagi Travelling keliling dunia.

Btw eniwei..saya sempat baca salah satu bab di buku ini yang kisahnya gak jauh-jauh berbeda dengan pengalaman saya. Tentang susahnya ngomong bahasa Inggris sama orang China. Lewat postingan kali ini saya share cuplikan kisahnya.

                                                                    ****


'Capee dehh' adalah ungkapan yang sering saya katakan sehabis ngomong sana orang China daratan.
Kendala bahasa yang parah sering membuat komunikasi gak nyambung. Segala macam gaya dan bahasa sudah dilakukan, itupun jarang berhasil. Berikut beberapa percakapan yang bikin ngakak abis.

Negara China yang sebesar itu kalo mau nuker uang hanya bisa dilakukan di satu bank yaitu Bank Of China. Gilanya, orang lokal gak ngerti pas ditanya soal bank. Padahal 'bank' kan bahasa internasional?. 

Di Chengdu saya kena tulahnya.

Ketika hendak mencari Bank of China saya bertanya ke resepsionis hotel. Tapi you know, China adalah negara yang mahabesar. Sudah jalan jauh tapi belum juga ketemu, mulailah saya bertanya orang yang lewat (itupun milih nanya sama orang yang kelihatannya terpelajar). Inilah percakapan saya dengan seorang lelaki muda berkaca mata:

"Where is Bank Of China?"tanya saya.

Lelaki itu bengong.

"Bank?"tanya saya lagi dengan intonasi turun.

Dia bengong lagi

"Bank! dengan intonasi naik sambil menjentikkan jari.

Masih bengong.

"Pank?"tanya saya lagi. Kali ini sperti 'Beijing'yang juga dibaca 'Peking'

Tambah bengong.

Setelah berkali-kali diterangkan dengan memakai gaya ala pantonim akhirnya dia berteriak"Ooooo..bankeee! Yailah, ada huruf'e'pepet dibelakang kata!

Setelah ditunjukkan jalannya kami masih nyasar juga. Terpaksa saya bertanya lagi ke seorang mbak-mbak kantoran dengan berbekal penyebutan 'bank' yang jadi'banke'

"Where is Banke of China?tanya saya Hepi

Lho...si Mbak,kok,bengong juga.

Saya eja pelan-pelan."Baaang...ke??" dengan lafal 'ke' dibelakang kata bagaikan cegukan.

Masih gak ngerti juga.

Setelah pakai gaya dan inonasi naik turun, barulah dia menjerit,"Oooo..Beng of China!

Lha, lain lagi! Capee deh!
***

Di stasiun kereta api Hohhot, saya bingung mengetahui nomor platform, nomor gerbong dan tempat duduknya. Maka saya pun mencari orang yang dapat menjelaskan. Adalah seorang cowok muda kurus berkacamata dan kelihatannya pinter. Saya SKSD aja ngajak kenalan. Begitu tahu kami dari Indonesia, dia langsung bilang "Taufike! maksudnya Taufik Hidayat. Tapi ada tambahan 'e' di belakang.
Taufike...Banke...terserah elo deh!  Kata saya dalam hati.

Meskipun terbata-bata, dia bisa menjelaskan dalam bahasa Inggris tentang cara membaca tiket KA Itu.Itupun saya dengan konsenterasi penuh dengan membaca bibir dan menyendengkan telinga. Katanya, "Dise ise ka nangbe, dise ise plangprom nangbe en dise ise site nanngbe.

Oooo..ngerti..ngerti. Hebat! Maksud saya, saya yang hebat bisa ngerti omongan dia. Belakangan saya tau bahwa dia kuliah di jurusan sastra Inggris! Lho..kok parah begitu bahasa Inggrisnya? katanya 'We ongly wringting no spingking". Pantesan tiap dia ngomong kok banyak 'ng'yang diselipin ditiap suku kata. Capee dehh!

Paling lucu ketika kami kenalan sama lelaki yang duduk disebelah saya di KA ke Xian, katanya dia asal Urumqi, daerah China yang penduduknya banyak beragama Islam.

Maka Yasmin bertanya."So you are moslem?"

Dia nggak ngerti

"Islam?"

Dia diem. Jeda lama.

"China" menunujuk dirinya lalu menunujuk diri kami. Oh maksudnya tanya kami dari negara mana.

"Indonesia"jawab kami bareng

"Musling??"tanyanya. Yailah rupanya muslim itu jadi'musling'. Pantesan dari tadi dia kagak ngarti.

"Yes!" Jawab Yasmin."You are musling?"Yasmin bertanya menggunakan kata temuan baru.

Dia mengangguk. Tuh kan dia ngerti!

"Yu neng?"Tanyanya lagi. Maksudnya dia tanya nama.

"Yasmin" jawab teman saya.

"NO!NO!NO! Musling...Khadijadh,Mariam, Fatima"kata dia ngotot berat. Maksudnya, kok Yasmin tidak bernama wanita muslim kebanyakan. Yey, biasa aja napa?

Susah payah kami menerangkan bahwa di Indonesia sudah tidak harus pake nama muslim, tapi dia gak ngerti. Sutralah..

"Your name?"tanya saya balik. Secara 'musling', mungkin nama dia Ali, Abdul ato Muhammad.

"Siao Bao"

Yailahh! Capeee, Dehhhhh!!

*taken from The Naked Traveler 3 Trinity

#masih ngakak guling-guling baca endingnya

Formulas of Succes by Mr.Uno

Saya bertanya-tanya tentang sosok Sandiaga Uno. Beberapa waktu lalu saya  pernah dengar namanya dan rupa-rupanya dia adalah seorang enterpreuneur muda Indoensia yang sukses dan termasuk dalam jajaran orang Indonesia terkaya saat ini. Ia juga merupakan anggota ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia). Lulusan George Washington University ini ternyata masih muda, pintar,ganteng, sukses dan soleh (kata orang). What a perfect man! *Slurp*. Sayang dia sudah merit, Hehee.

Saya suka banget dengan  4 rumus sukses versi dia, mau tau apa?
Ini dia!

"Pertama adalah Kerja Keras, commitment, 100% dengan suatu pekerjaan
Kita harus punya komitmen untuk melakukan suatu pekerjaan dengan 100% komitmen kerja keras. Namun tidak cukup kerja keras karena pada saat itu juga banyak sekali tantangan maka kita harus melakukan rumus kedua adalah  Kerja Cerdas. Kerja Cerdas itu kita betul-betul menggunakan segala akal, ketiga adalah Kerja Tuntas, Finish what you've started. Kerja Tuntas. Kalau mulai sesuatu kita harus akhiri. Kita harus konkritkan, kita harus selesaikan.dan terakhir Kerja Ikhlas,  Semua itu harus dimulai dengan niat yang baik dan pada akhirnya harus ada keikhlasan. Karena ikhtiar yang kita sampaikan ini akhirnya mungkin bisa membuahkan hasil, namun mungkin juga tertunda. Nah butuh suatu semangat keikhlasan. Kita harus percaya bahwa rezeki itu tidak pernah tertukar, rezeki sudah digariskan untuk kita, jadi kita harus ikhtiar kita untuk menjemput rezeki tersebut"

Keren banget kan?? Semoga rumus ini bisa kita terapkan dalam menjalani hidup dan menggapai cita-cita.
Thanks for your idea,Mr.Uno!
"Iya..sama-sama,anak muda!"

Thursday, February 16, 2012

Jawaban Elegan Dari Seorang Tukang Bakso (Sebuah Kisah Inspiratif)


Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk ngurus tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai. Hujan rintik rintik selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini.


Di kala tangan sedikit berlumuran tanah kotor,…terdengar suara tek…tekk.. tek…suara tukang bakso dorong lewat. Sambil menyeka keringat…, saya menghentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkok bakso setelah menanyakan anak – anak, siapa yang mau bakso ?
“Mauuuuuuuuu. …”, secara serempak dan kompak anak – anak asuhku menjawab.

Selesai makan bakso, lalu saya membayarnya. …
Ada satu hal yang menggelitik pikiranku selama ini ketika saya membayarnya, si tukang bakso memisahkan uang yang diterimanya. Yang satu disimpan dilaci, yang satu ke dompet, yang lainnya ke kaleng bekas kue semacam kencleng. Lalu sayapun bertanya:

“Mang kalo boleh tahu, kenapa uang – uang itu Emang pisahkan? Barangkali ada tujuan ?”

 “Iya mbak, Emang sudah memisahkan uang ini selama jadi tukang bakso yang sudah berlangsung hampir 17 tahun. Tujuannya sederhana saja, Emang hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak Emang, mana yang menjadi hak orang lain / tempat ibadah, dan mana yang menjadi hak cita – cita penyempurnaan iman “.

“Maksudnya.. …?”, saya melanjutkan bertanya.

“Iya mbak, kan agama dan Tuhan menganjurkan kita agar bisa berbagi dengan sesama. Emang membagi 3, dengan pembagian sebagai berikut :

1. Uang yang masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari – hari Emang dan keluarga.
2. Uang yang masuk ke laci, artinya untuk infaq/sedekah, atau untuk melaksanakan ibadah Qurban. Dan alhamdulillah selama 17 tahun menjadi tukang bakso, Emang selalu ikut qurban seekor kambing, meskipun kambingnya yang ukuran sedang saja.
3. Uang yang masuk ke kencleng, karena emang ingin menyempurnakan agama yang Emang pegang yaitu Islam. Islam mewajibkan kepada umatnya yang mampu, untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini tentu butuh biaya yang besar. Maka Emang berdiskusi dengan istri dan istri menyetujui bahwa di setiap penghasilan harian hasil jualan bakso ini, Emang harus menyisihkan sebagian penghasilan sebagai tabungan haji. Dan insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar 2 tahun lagi Emang dan istri akan melaksanakan ibadah haji.

Hati saya sangat…… …..sangat tersentuh mendengar jawaban itu. Sungguh sebuah jawaban sederhana yang sangat mulia. Bahkan mungkin kita yang memiliki nasib sedikit lebih baik dari si emang tukang bakso tersebut, belum tentu memiliki fikiran dan rencana indah dalam hidup seperti itu. Bahkan seringkali berlindung di balik tidak mampu atau belum ada rejeki.

Terus saya melanjutkan sedikit pertanyaan, sebagai berikut : “Iya memang bagus…,tapi kan ibadah haji itu hanya diwajibkan bagi yang mampu, termasuk memiliki kemampuan dalam biaya….”.

Ia menjawab, ” Itulah sebabnya Pak. Emang justru malu kalau bicara soal mampu atau tidak mampu ini. Karena definisi mampu bukan hak pak RT atau pak RW, bukan hak pak Camat ataupun MUI.
Definisi “mampu” adalah sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan untuk mendefinisikannya sendiri. Kalau kita mendefinisikan diri sendiri sebagai orang tidak mampu, maka mungkin selamanya kita akan menjadi manusia tidak mampu. Sebaliknya kalau kita mendefinisikan diri sendiri, “mampu”, maka Insya Allah dengan segala kekuasaan dan kewenangannya Allah akan memberi kemampuan pada kita”.

“Masya Allah…, sebuah jawaban elegan dari seorang tukang bakso”.
*(Copas Dari Kaskus)

Monday, February 13, 2012

When everybody asking......


Beberapa waktu lalu saya lagi asik twit-twitan sama seorang teman. Ehm. Bukan teman sih, let say, mantan’student’ waktu saya  masih ngajar di Easy English. 
Trus dia tanya:
Ma’am..have you found your Mr.Right??
Agak kaget juga dengan pertanyaan bocah ini. Gak ada angin gak ada ujan, kok nanya kayak gitu. Kayaknya orang-orang di sekitar saya udah mulai penasaran dan bertanya-tanya, mengapa di usia saya yang.. well..boleh dikatakan dewasa saya belum pernah sekalipun terlihat jalan bersama seorang lelaki(kecuali sohib saya dan sodara sepupu saya).

Sama halnya seperti ketika kemarin saya pergi menghadiri sebuah pesta pernikahan teman kantor. Bapak, rekan kerja saya bertanya” Dengan siapa ka?”

Jawab saya” Sendiri pak”

Dahi si bapak langsung berkerut heran” Lho, paitua nya mana?? (‘paitua’ means  suami or pacar)

Sayapun tertawa:” hahaha…belum ada pak’

Si bapak (beserta istrinya)pun memandangi saya dengan tatapan aneh.

Lain lagi ketika saya sedang berada di kantor, ketika lagi asik menginput data, tiba-tiba si Pak Boss, dari balik laptopnya, bertanya:”Ika,sudah punya calon?”

*Glek 

Saya yang lagi berkonstrasi dengan pekerjaan kontan terheran-heran dengan pertanyaan yang tiba-tiba itu.

Well..ada apa ini sebenarnya sodara-sodara?
Mengapa dunia  (halahh) seakan-akan bertanya-tanya tentang status saya yang hingga detik ini masih single.
Apanya yang aneh coba??Sobat saya Almira single, si Titi juga single, Anggi juga single. Trus apanya yang salah??
Apakah pacaran itu memang telah menjadi sebuah kewajaran di era global warming saat ini???

Entahlah..

Meski demikian kadang saya merasa sulit menjawab ketika orang-orang bertanya soal itu. 

“Ris, kenapa gak pacaran??’

Kalo saya jawab:” Ga ada pacaran dalam agama Islam” , 
ntar saya dibilang sok alim lagi.
Kalo saya jawab:
” Belum nemu yang cocok’
Entar saya dibilang sok jual mahal dan tukang pilih-pilih.

Trus kalo saya bilang:”Males’
Ntar dikirain saya gak normal lagi. Hiii…


Sungguh dilema.

Well..kembali ke soal twit-twitan dengan si mantan student. Saya pun menjawab:
” I just haven’t meet him yet’

Si Student pun bilang: 
“ There are so many guys in this world how come you can’t find him yet?”

Fiuhhh..buset dah ni bocah. Maka saya pun membalas: 
“Emang banyak, tapi kan yang minjamin saya tulang rusuk kan cuma satu’ #Eaa

Si student balas lagi:
”hmm berarti mem orangnya selektif’

Tuh kan??*sigh

Selektif itu wajar kan? Masa saya mau  menerima orang yang datang menawarkan cinta (buset dah kata-kata gue) dengan seenaknya?? Gimana kalo dia itu ternyata brengsek, suka maen pere, gak rajin solat, gak setia ato psycho kayak yang di tipi-tipi itu..hiiiii..

Sebenarnya sih saya gak milih-milih. Saya emang punya kriteria (dan bukankah setiap orang punya kriteria pendamping idaman??)

Bukankah itu wajar??

Lagian saya memang belum menemukan yang 'pas'
Kata teman and sodara-sodara saya yang telah menikah,katanya kalo kita ketemu jodoh tuh pasti berasa. Apa tuh istilahnya?? Chemistry?? yeah begitulah, katanya kalo kita dah dipertemukan, kita akan tau sendiri. Lewat hati bukan lewat mata  #ciehh.

So, whateverlah, orang-orang disekitar bertanya-tanya.  I’m still enjoy this loneliness. Saya yakin si Mr.Right akan datang pada pada saat yang tepat.
So, please, Stop asking, people! :)
***
NB: Saya yakin bukan hanya saya saja yang punya pengalaman seperti ini(^^)


Good Bye Stories.. #Part 2

Sekitar 45 menit van kami melaju menuju Ibu kota Iowa, Des Moines. Pukul 6 lebih sedikit, kami tiba di DSM International Airport. Meski matahari telah bersinar, udara masih tetap menusuk. Angin pagi Iowa, membuat saya menggigil.

Setelah semua barang diturunkan, kami segera chek in untuk flight menuju Minnesota. Sebelumnya, kami mengucapkan salam perpisahan kepada Jared dan Jessie, pengajar di IEOP yang telah menyempatkan diri untuk mengantar kami hingga ke Des Moines. ‘Paman Jessie’ lelaki datar yang mengatai dirinya sendiri sebagai pribadi yang membosankan, tersenyum ke  arah kami sesaat ketika kami hendak masuk ke bandara.
Ah, Jessie…bagaimanapun, saya tidak akan pernah lupa, ketabahannya menemani dan menjaga kami selama  trip di Chicago sebulan yang lalu.

Kami terbang ke Mineapollis sekitar pukul 8 pagi dengan menumpang Delta Airlines berukuran mini.


 Checkin at DSM Airport

Di Mineapolis, kami harus menunggu cukup lama sebelum boarding menuju Indonesia. Hmm, baguslah. Paling tidak, kami masih memiliki beberapa jam di Amerika. Untuk membunuh waktu, saya menyempatkan jalan-jalan disekitaran bandara. Pemandangan di luar bandara tidak semenarik ketika datang dulu, tidak ada salju di luar sana. Ternyata bandaranya memang gede (seperti perkiraan sebelumnya). Saya setengah berharap dapat bertemu dengan artis  seperti ketika datang dulu. Tengok kiri kanan, saya tidak menemukan tanda-tanda Taylor Swift atau Rihanna sedang jalan-jalan di St Paul. Akhirnya saya memutuskan untuk kembali bersama teman-teman di ruang tunggu. Ms. Xiong mengajak kami berfoto satu persatu. Ia juga membagikan hadiah perpisahan. Coklat dan kartu berisi  kata-kata perpisahan.


Minnesota again!

****

Detik demi detik berlalu,
dan tibalah saat itu, ketika panggilan untuk penumpang Delta Airlines kami bergema, kami tahu, hanya dalam beberapa menit, kami tidak akan melihat Ms.Xiong dan Amerika lagi (mungkin nanti dimasa depan, tetapi bukankah kata ‘mungkin’ tidak selalu memberikan kepastian??).
Saat itulah puncak haru biru kami. Satu persatu, kami menyalami dan memeluk Ms.Xiong  sambil berlinangan air mata.

Sungguh, momen itu adalah salah satu momen paling mengharukan sepanjang hidup saya. Saya tak akan lupa saat-saat terakhir bersama perempuan yang telah mendampingi kami selama dua bulan terakhir, menyayangi kami selayaknya anak sendiri. Alyssa Xiong,  mungkin hanya dua bulan kami mengenalnya. Tetapi, dua bulan itu telah memberikan kamibanyak pelajaran berharga. Kata-katanya yang penuh motivasi,inspirasi,dan nasehat tak akan pernah kami lupakan hingga akhir hayat.


Our Beloved American Mom: Alyssa Xiong

 Bila saya ingat-ingat, adegan di bandara Mineapolis itu layaknya adegan perpisahan di film2 yang sering saya tonton. Ada pelukan, ada tangis dan air mata. Namun, diantara haru biru itu, disaat semua orang menangis tersedu-sedu, salah seorang dari kami tidak nampak meneteskan airmata, tidak  sedih.
Sama sekali.
Orang itu adalah Zamzami, bujang Aceh yang memang selalu nampak riang gembira di segala situasi dan kondisi. Seperti biasa, ia selalu tersenyum lebar dan nampak tak ada beban. Saya tak habis pikir,bagaimana mungkin ia tidak bersedih di saat-saat terakhir kami di negeri paman sam. Sambil tersenyum Zamzami hanya berkata (dengan logat melayunya seperti biasa): “This is not the end, we will meet again, someday, Ms.Xiong”.
Grup kami pun dipanggil untuk segera boarding. Kami berbaris satu-satu bersiap memasuki pesawat. Ms.Xiong mengawasi kami sambil melambaikan tangan. Sesekali ia nampak terisak. Kami pun demikian.

Beberapa penumpang lainnya melirik ingin tahu mengapa  wajah kami coreng moreng dengan air mata dan nampak sebegitu sedihnya. Dalam hati saya berguman “Kalian hanya tidak pernah ikut IELSP, dan  tidak pernah tahu bagaimana rasanya ketika semuanya berakhir
Dan ketika waktu nya untuk masuk ke pesawat telah tiba, saya kembali menoleh kearah Ms.Xiong. Ia masih melambai dan tersenyum. Seiring dengan langkah kaki kami perlahan, senyum hangatnya hilang dari pandangan.
Saya kembali terisak.
***
Beberapa menit kemudian, Delta Airlines mulai bergerak dan bersiap lepas landas. Semakin lama, semakin cepat. Dari kaca pesawat, saya memandangi langit Amerika. Hari itu mendung. Semendung hati kami.

Perlahan..roda-roda pesawat terasa mulai beranjak naik.
Dan dalam sekejap, Delta Airlines menderu mengangkasa...
 membawa kami pulang, kembali ke dekapan Ibu Pertiwi…..


Selamat tinggal, Paman….I promise to see you again :)

Return to the real life :D

Yess, I'm back!!

Setelah lama menghilang dari dunia blogger dan berekplorasi di 'dunia penuh tekanan' (wordpress) :P. akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke blogger. Yeah!

Tunggu postingan berikutnya yaaaakkkk...;D

Good Bye Stories #Part 1

Waktu, melesat-lesat begitu cepat. Berlari begitu kencang, meninggalkan jejak-jejak memori dalam kehidupan. Rasanya hanya sekejap, 2 bulan berlalu begitu cepat..dan tibalah kami harus meninggalkan negeri Paman Sam. Program IELSP kami telah berakhir.
Saya ingat bagaimana perasaan kami,para IELSPer Iowa di hari-hari terakhir kami di sana. Perasaan kami campur aduk, tetapi perasaan sedih  adalah yang paling mendominasi. Sedih, ya tentu saja. Sedih meninggalkan semua hal baru yang telah kami kenal di Amerika, Ms.Xiong, teman2 Internasional student, teman2 sesama Indonesia, para Instruktur IEOP, kehidupan AS yang perlahan,kami telah terbiasa. Kami telah memiliki keluarga di sana. Kami merasa nyaman, meski tentu saja, tidak ada tempat di dunia ini yang senyaman tanah air.

Di hari-hari terakhir, saya dan teman-teman memilih untuk menikmati hari-hari terakhir kami dengan hal-hal yang menyenangkan. Kami lebih sering ngumpul bersama, mempererat pertemanan kami. Sebab kami sadar, bahwa sekembalinya kami di tanah air, kami akan berpisah. Kami berasal dari dari Aceh hingga Papua, kami tinggal di kota yang berbeda-beda. Kemungkinan kami akan bertemu setelah program adalah sangat kecil. Bagaimanapun, teman-teman sesama  grantee Iowa  adalah keluarga yang kami punya saat kami  berada di AS. Kami senang dan susah bersama-sama. Perpisahan yang hanya tinggal menghitung hari, membuat kami menjadi agak melankolis ketika harus berbicara soal pulang.

Siang ini, saya iseng-iseng membuka laptop, melihat-lihat foto dan video- video kala masih di Iowa. Memori saya benar-benar terbawa kembali di masa-masa itu.
                                                                 ***
April,23rd.Dinihari waktu Ames. Sebuah panggilan menyadarkanku dari tidur . Itu suara Lyla,roomateku. Katanya Ms xiong, supervisor kami telah menunggu di depan.
Aku melirik jam digital di meja belajarku. Kurang 15 menit pukul lima. Dengan mata berat,  aku bergegas  bangun, mencuci muka dan mengenakan  jaket. Tidak mandi lagi, sebab semalam sebelum tidur aku menghabiskan kurang lebih setengah jam berendam air hangat di bath up. Setelah memastikan tidak ada yang ketinggalan di kamarku, aku bersiap untuk keluar. Pagi itu, kamar tempatku tidur selama dua bulan itu nampak rapi dan bersih. Tidak ada laptop dan tumpukan buku di atas meja, tidak ada alunan Fireworks nya Katty Perry terdengar dari radio mungilnya, tidak ada sweater dan jaket tergantung di lemarinya, dan sebentar lagi… tidak akan ada lagi aku di dalamnya. Kamar itu, nampak kembali normal seperti dua bulan lalu, ketika pertama kali aku memasukinya. Hampa.
Agak kaget ketika aku menemukan Mohammed, teman sesama mahasiswa IEOP berada diruang tamu.
“Nothing left??” sapanya.
“I hope so, hey, what are you doing in this early morning??
“ To watch you leave” katanya sambil tersenyum. Senyumnya, aku tahu, tersirat kesedihan.
Aku tak menyangka Mohammed akan tiba di apartemen kami sepagi dan sedingin ini hanya untuk mengantar kami. Dibutuhkan sebuah pengorbanan besar untuk tiba di Schilleter di saat sebagian besar penduduk Ames masih terlelap di bawah selimut. Pemuda Kuwait itu memang sangat dekat dengan kami selama program. Terutama dengan Lyla, mereka layaknya saudara berbeda bangsa.
Aku  dan Lyla mengecek sekali lagi apertemen kami. Semuanya beres. Tidak ada yang ketinggalan. Kecuali dua buah pasang sepatu yang sengaja kami tinggalkan karena koper kami tidak cukup lagi menampungnya (belakangan aku menyesal meninggalkan sepatu itu)
Aku menyapukan pandangan ke seluruh ruangan apartemen 9B, sekali lagi, untuk terakhir kalinya. Ruang duduknya yang nyaman, dapurnya yang bernuansa putih semuanya nampak rapi. Selamat tinggal, Batinku. Dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan kami bergegas keluar, Mohammed membantu kami menyeret koper-koper yang gemuk luar biasa itu menuju van.

Udara pagi Ames dingin menusuk hingga ke tulang. Aku mellihat teman-teman dari apartemen lainnya sibuk menaikkan koper-koper mereka ke van.
Bang Ireng, saudara kami yang selama ini selalu menyemarakan hari-hari kami di Iowa, nampak di antara para IELSPer lainnya. Ia, sebentar lagi, akan ditinggal oleh ke-19 adik-adik Indonesianya.
Setelah semua koper dinaikkan, Ms. Xiong pun menginstruksikan kami untuk segera naik ke van. Dan inilah momen itu. Satu persatu, kami menyalami Bang Ireng dan Mohammed. Beberapa di antara kami mulai terisak pelan, termasuk aku.
Sambil menyalaminya aku berkata:“ Bang Ireng, selamat tinggal…semoga kita ketemu lagi ya, sukses buat studinya, maaf kalo selama dua bulan ini kami ada salah sama abang, terima kasih untuk semua bantuannya selama program, See you someday in Indonesia” Air mataku benar-benar tak bisa terbendung,
Bang Ireng tersenyum dan berkata” Maaf juga kalo saya ada salah, sukses buat kalian, semoga selamat sampe Indonesia, tetap semangat dan terus belajar”
Dan meskipun hari masih gelap, aku bisa melihat, di bawah sinar lampu jalanan, mata bang Ireng juga tergenang. Para anak lelaki menyalami dan merangkul Bang Ireng, erat.
Aku lalu menyalami Mohammed,” Mohammed, Thanks for everything, Thanks for our wonderful moment together,nice to be your friend, I know I’m gonna miss you, come to Indonesia if you have time”
Mohammed, yang meski secara fisik nampak jauhh lebih dewasa dari kami, nyatanya usianya jauh berada di bawah kami. Matanya berkaca-kaca. Sesekali ia mengusap air matanya.
“ I’m gonna visit ya’all in Indonesia” Katanya dengan senyum lebar meski dengan air mata yang menggenang.
Ia gagal  menyembunyikan kesedihannya.

Berdua dengan Bang Ireng, ia menatap kami satu persatu menaiki van. Di bawah lampu jalan, ditengah dinginnya udara pagi Ames, mereka melambai sebagai tanda perpisahan ketika Van kami mulai berjalan perlahan. Dari kaca jendela kami memandangi sosok dua pemuda yang telah menjadi sahabat dan saudara kami selama di perantauan. Kami pun membalas lambaian mereka. Beberapa di antara kami kembali terisak.
Good bye Bang Ireng, Good Bye Mohammed, Good Bye Schilletter….



Our Big Brother, Ireng Maulana
Mohammed, A friend from Quwait

Kami diam selama dalam perjalanan menuju Des Moines. Hening yang menyiksa. Isak tangis masih terdengar dari beberapa di antara kami. Dari kaca van yang berembun, aku memandangi jalanan yang biasa kami lewati setiap harinya dengan Cyride.  Istal kuda, tempat yang hingga detik terakhirku di Ames tak pernah ku kunjungi, perlahan hilang dari pandangan. Di kiriku, aku menatap Farm House Dr yang lengang dan gelap, tempat kami menunggu Blue North No 3 setiap hari seusai kelas.
Haha..mulai hari ini, tidak akan ada lagi kami, bergerombol menanti bus menuju Schilleter.
Aku bertanya-tanya dalam hati, apakah para bule yang kerap melihat kami di bus stop itu akan bertanya-tanya tentang keberadaan kami bila mereka tak menjumpai kami hari ini dan seterusnya di Farm House Dr.

***
Semburat cahaya merah mulai nampak di ufuk timur. Sebentar lagi matahari akan muncul.
Aku menatapnya tak berkedip.
Ini, adalah pagi terakhirku di Amerika.
The place where we always wait for Blue North No 3 after class
Farm House Dr, tempat kami menanti Cyride setiap sore

***to be continued***

Save The Earth! #Di kantor Juga Bisa..:)

Isu tentang Global Warming emang telah menjadi topik yang cukup hot beberapa tahun belakangan ini. Sebenarnya sih, isu ini adalah isu lama , hanya saja baru beberapa tahun belakangan ini beken and mendapat perhatian serius dari warga bumi.  Gak heran, soalnya kita sudah mulai merasakan dampaknya. Cuaca ekstrim, panas yang membara *terlebih di kota khatulistiwa kayak Palu*, musim yang tak menentu, matinya beberapa species tertentu, es kutub mencair,  dan tenggelamnya daratan.*glek
Sayang seribu sayang gak semua orang peduli akan hal in. Mungkin nanti, bila dampaknya semakin parah baru kita sadar. Tapi apa guna, kalo bumi udah marah??
Sebenarnya gak susah loh mengurangi dampak global warming*pake istilah ‘mengurangi’ & bukan ‘mencegah’ coz emang udah kejadian :(
Banyak hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak Global Warming. Kita gak harus turun lapangan buat menanam pohon kayak kampanye yang sering kita liat di tipi-tipi. Dalam keseharian kita, kita bisa kok menunjukkan kepedulian kita terhadap bumi. Ada banyak caranya, tapi di postingan kali ini saya hanya fokus bagaimana kita tetap peduli lingkungan meski saat sedang kerja kantoran.
Cekidot!
  • Kurangi Penggunaan Tissue di Kantor
Tau kan kalo bahan utam tissue itu berasal dari pohon. Semakin banyak pake tissu, semakin banyak pula pohon yang’dilukai ‘ while kita tahu sendiri bahwa pohon, hutan dan sebagainya itu adalah salah satu elemen dalam ekosistem yang bisa membantu mengurangi dampak global warming. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Kalo pohon mati, kita manusia yang repot
  • ‘turn off’ Action!
Well, kita tahu bahwa penyebab Global Warming adalah Green-House Effect ato Efek Rumah Kaca. Dulu waktu SD, pas pelajaran IPA, bu guru pernah membahas soal Efek Rumah Kaca. Saya yang kala itu masih lugu dan malu-malu cakep, berpikir bahwa yang dimaksud dengan efek rumah kaca adalah rumah yang terbuat dari kaca yang di dalamnya ada tanaman hijau *persis seperti rumah Herbology di film Harry Potter*. Ternyata eh ternyata yang dimaksud dengan efek rumah kaca adalah peristiwa naiknya konsentrasi gas CO2 dan gas-gas lainnya di atmosfer dan kemudian terperangkap di atmofser sehingga menghangatkan seisi bumi. Disebut rumah kaca karena persis  peristiwa yang terjadi bila panas masuk dan terperangkap di rumah kaca dan tidak bisa keluar, maka rumah kaca itu akan memanas.
Penggunaan Air Conditioner ato AC memang adalah salah satu kebutuhan wajib di kantor-kantor. Apalagi di daerah tropis kayak Palu. Sayangnya AC adalah salah satu benda elektronik penyumbang gas berbahaya ke atmofser karena AC dan juga kulkas mengandung gas Chlorofluorocarbon (CFC) yang asli gak ramah lingkungan. So…kalo misalnya gak parah-parah amat panasnya udara , ada baiknya melakukan ‘turn-off’ Action. Kan ada tuh yang namanya kipas sate, lumayan lah buat di pake ngadem..hehee :D
Tapi  bukan hanya AC loh..TV, Komputer bahkan charger HP, kalo udah gak dipake sebaiknya dimatikan. Paling kesal kalo di kantor TV onnnnn trus even gak ada yang nonton. Maka saya biasa akan melakukan ini:
  • Use and re-use
Di kantor emang paling banyak kertas bekas, kadang-kadang sampe menumpuk-numpuk. Rasanya rugi banget kalo dibuang.So, sebaiknya di re-use..dibuat memo, dibuat bundel catatan, ato apalah..bisa juga ditimbang and dijual *hohoo* lumayan loh buat jajan :D , lagian kalo kertas-kertas itu ditimbang bakal didaur ulang dengan alat yang lebih canggih.
Mungkin tips di atas rada basi bagi pembaca sekalian, tapi percayalah*mata berbinar dan berkaca-kaca* saya hanya mengingatkan kembali.
Ingat! Masa depan bumi ada di tangan kita, so kalo merasa manusia, sudah saatnya kita untuk lebih peduli. dimulai dari hal kecil..Insha Allah bisa berdampak besar :)

Blogger templates

Free Cloud Cursors at www.totallyfreecursors.com
Kegagalan selalu membangkitkan rasa penasaran. Menyerah berarti berbuat kekonyolan. Bangkit, berlari dan teruslah berjuang! (rfs)

Sunday, February 26, 2012

Pesan Imam Syafi'i


"Orang berilmu dan beradab tidak akan tingal di kampung halaman.

Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang.

Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan.

Berlelah-lelahlah, manisnya hidup akan terasa setelah lelah berjuang."

( Imam Syafi'i dalam Negeri 5 Menara) 

Remember, Ames....

Hari ini mendung.
Matahari nampaknya enggan menunjukkan kegarangannya.
Suatu ketumbenan untuk kota yang dilalui garis khatulistiwa. Tapi baguslah, paling tidak warga bumi di kota ini tidak kepanasan seperti biasa.
Eniwei...cuaca kayak gini, kadang-kadang mengingatkan saya ke suatu tempat yang jauh.
Hedeww...sebenarnya saya enggan mengenang tempat itu, membuat saya terbuai oleh romantisme masa lalu. Tapi nyatanya, memori itu akan merasuk begitu saja dan saya tak mampu menepisnya.
Kadang-kadang.

Tadi saya iseng membuka-buka diary dan menemukan sebuah catatan kecil di buku itu : 26 February 2011, my 1st day ini Ames!

Hari itu, hari ini. Setahun yang lalu.
Memori saya pun melayang....

***

Ames.
rumah saya selama dua bulan. Sudah nyaris setahun sejak saya meninggalkannya, tapi segala tentangnya masih melekat di kepala, bermain-main di ingatan. Orang-orangnya, sudut-sudut kotanya, saljunya dan dinginnya yang menusuk-nusuk serta masih banyak lagi.

Pagi yang dingin. Biasanya saya akan menengok ke luar jendela. Berharap dua. Matahari bersinar terang atau Salju turun berderai.
Bila matahari merangkak lebih tinggi, biasanya cuaca akan semakin dingin, namun terkadang berubah menghangat. Hujan turun sesekali. Membuat saya dan teman-teman harus berlari-lari ketika sedang menuju ke kelas.

Saya paling suka sore hari ketika tidak hujan dan cuaca sedang hangat. Saya kerap menikmati suasana senja di lapangan ISU sambil menatap matahari yang condong ke barat. Angin kutub akan menerpa wajah saya. Memainkan jilbab saya. Kalau sudah begitu, saya akan betah berlama-lama duduk di atas rerumputan central park sambil menatap siluet Campanile yang berdiri gagah.

Malamnya, angin mulai bertiup jahat. Ranting pohon akan menari-nari, mengeluarkan bunyi gemerisik yang agak menakutkan. Lalu saya akan menyetel musik sekerasnya agar suara-suara itu tidak merasuk hingga ke gendangn telinga saya.

Ada kalanya, bintang bersinar di langit malam Amerika. Menemani malam panjang saya dan teman-teman ketika harus berjibaku dengan Homework yang bertumpuk-tumpuk hingga larut malam.

Oh God.saya benar-benar merindukan Ames saat ini..hanya dari foto-foto saya bisa mengenangnya.
Entah kapan ...
bisa kembali ke sana...

Ames yang tenang
                                                                  

a chilly beautiful morning in Ames
                                                              
Suatu senja di Central Park
                                                                    

Walking around in Ames' Downtown
                                                                    
Cyride, bus dalam kota
                                                               

My 1st day in Ames :)

Friday, February 24, 2012

Wise Words

Memendam kemarahan bagaikan menggenggam sebuah bara panas  dengan niatan untuk melemparkannya ke seseorang.  Sebenarnya dirimu lah yang terbakar. 

 -Sidarta Gautama-

Hari ini, Setahun Yang Lalu



*Jakarta Airport Hotel 
  Today, a year ago.....

Monday, February 20, 2012

Susahnya ngomong Inggris sama orang China..#Part 1

Waktu jalan ke Makassar kemaren, saya sempat beli one of my fave book di MaRI, The Naked Traveler by Trinity. Haha..sumvah..buku ini seru n kocak banget. Selain itu bisa menambah wawasan kita tentang dunia luar. Kalo lagi baca buku ini saya serasa lagi Travelling keliling dunia.

Btw eniwei..saya sempat baca salah satu bab di buku ini yang kisahnya gak jauh-jauh berbeda dengan pengalaman saya. Tentang susahnya ngomong bahasa Inggris sama orang China. Lewat postingan kali ini saya share cuplikan kisahnya.

                                                                    ****


'Capee dehh' adalah ungkapan yang sering saya katakan sehabis ngomong sana orang China daratan.
Kendala bahasa yang parah sering membuat komunikasi gak nyambung. Segala macam gaya dan bahasa sudah dilakukan, itupun jarang berhasil. Berikut beberapa percakapan yang bikin ngakak abis.

Negara China yang sebesar itu kalo mau nuker uang hanya bisa dilakukan di satu bank yaitu Bank Of China. Gilanya, orang lokal gak ngerti pas ditanya soal bank. Padahal 'bank' kan bahasa internasional?. 

Di Chengdu saya kena tulahnya.

Ketika hendak mencari Bank of China saya bertanya ke resepsionis hotel. Tapi you know, China adalah negara yang mahabesar. Sudah jalan jauh tapi belum juga ketemu, mulailah saya bertanya orang yang lewat (itupun milih nanya sama orang yang kelihatannya terpelajar). Inilah percakapan saya dengan seorang lelaki muda berkaca mata:

"Where is Bank Of China?"tanya saya.

Lelaki itu bengong.

"Bank?"tanya saya lagi dengan intonasi turun.

Dia bengong lagi

"Bank! dengan intonasi naik sambil menjentikkan jari.

Masih bengong.

"Pank?"tanya saya lagi. Kali ini sperti 'Beijing'yang juga dibaca 'Peking'

Tambah bengong.

Setelah berkali-kali diterangkan dengan memakai gaya ala pantonim akhirnya dia berteriak"Ooooo..bankeee! Yailah, ada huruf'e'pepet dibelakang kata!

Setelah ditunjukkan jalannya kami masih nyasar juga. Terpaksa saya bertanya lagi ke seorang mbak-mbak kantoran dengan berbekal penyebutan 'bank' yang jadi'banke'

"Where is Banke of China?tanya saya Hepi

Lho...si Mbak,kok,bengong juga.

Saya eja pelan-pelan."Baaang...ke??" dengan lafal 'ke' dibelakang kata bagaikan cegukan.

Masih gak ngerti juga.

Setelah pakai gaya dan inonasi naik turun, barulah dia menjerit,"Oooo..Beng of China!

Lha, lain lagi! Capee deh!
***

Di stasiun kereta api Hohhot, saya bingung mengetahui nomor platform, nomor gerbong dan tempat duduknya. Maka saya pun mencari orang yang dapat menjelaskan. Adalah seorang cowok muda kurus berkacamata dan kelihatannya pinter. Saya SKSD aja ngajak kenalan. Begitu tahu kami dari Indonesia, dia langsung bilang "Taufike! maksudnya Taufik Hidayat. Tapi ada tambahan 'e' di belakang.
Taufike...Banke...terserah elo deh!  Kata saya dalam hati.

Meskipun terbata-bata, dia bisa menjelaskan dalam bahasa Inggris tentang cara membaca tiket KA Itu.Itupun saya dengan konsenterasi penuh dengan membaca bibir dan menyendengkan telinga. Katanya, "Dise ise ka nangbe, dise ise plangprom nangbe en dise ise site nanngbe.

Oooo..ngerti..ngerti. Hebat! Maksud saya, saya yang hebat bisa ngerti omongan dia. Belakangan saya tau bahwa dia kuliah di jurusan sastra Inggris! Lho..kok parah begitu bahasa Inggrisnya? katanya 'We ongly wringting no spingking". Pantesan tiap dia ngomong kok banyak 'ng'yang diselipin ditiap suku kata. Capee dehh!

Paling lucu ketika kami kenalan sama lelaki yang duduk disebelah saya di KA ke Xian, katanya dia asal Urumqi, daerah China yang penduduknya banyak beragama Islam.

Maka Yasmin bertanya."So you are moslem?"

Dia nggak ngerti

"Islam?"

Dia diem. Jeda lama.

"China" menunujuk dirinya lalu menunujuk diri kami. Oh maksudnya tanya kami dari negara mana.

"Indonesia"jawab kami bareng

"Musling??"tanyanya. Yailah rupanya muslim itu jadi'musling'. Pantesan dari tadi dia kagak ngarti.

"Yes!" Jawab Yasmin."You are musling?"Yasmin bertanya menggunakan kata temuan baru.

Dia mengangguk. Tuh kan dia ngerti!

"Yu neng?"Tanyanya lagi. Maksudnya dia tanya nama.

"Yasmin" jawab teman saya.

"NO!NO!NO! Musling...Khadijadh,Mariam, Fatima"kata dia ngotot berat. Maksudnya, kok Yasmin tidak bernama wanita muslim kebanyakan. Yey, biasa aja napa?

Susah payah kami menerangkan bahwa di Indonesia sudah tidak harus pake nama muslim, tapi dia gak ngerti. Sutralah..

"Your name?"tanya saya balik. Secara 'musling', mungkin nama dia Ali, Abdul ato Muhammad.

"Siao Bao"

Yailahh! Capeee, Dehhhhh!!

*taken from The Naked Traveler 3 Trinity

#masih ngakak guling-guling baca endingnya

Formulas of Succes by Mr.Uno

Saya bertanya-tanya tentang sosok Sandiaga Uno. Beberapa waktu lalu saya  pernah dengar namanya dan rupa-rupanya dia adalah seorang enterpreuneur muda Indoensia yang sukses dan termasuk dalam jajaran orang Indonesia terkaya saat ini. Ia juga merupakan anggota ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia). Lulusan George Washington University ini ternyata masih muda, pintar,ganteng, sukses dan soleh (kata orang). What a perfect man! *Slurp*. Sayang dia sudah merit, Hehee.

Saya suka banget dengan  4 rumus sukses versi dia, mau tau apa?
Ini dia!

"Pertama adalah Kerja Keras, commitment, 100% dengan suatu pekerjaan
Kita harus punya komitmen untuk melakukan suatu pekerjaan dengan 100% komitmen kerja keras. Namun tidak cukup kerja keras karena pada saat itu juga banyak sekali tantangan maka kita harus melakukan rumus kedua adalah  Kerja Cerdas. Kerja Cerdas itu kita betul-betul menggunakan segala akal, ketiga adalah Kerja Tuntas, Finish what you've started. Kerja Tuntas. Kalau mulai sesuatu kita harus akhiri. Kita harus konkritkan, kita harus selesaikan.dan terakhir Kerja Ikhlas,  Semua itu harus dimulai dengan niat yang baik dan pada akhirnya harus ada keikhlasan. Karena ikhtiar yang kita sampaikan ini akhirnya mungkin bisa membuahkan hasil, namun mungkin juga tertunda. Nah butuh suatu semangat keikhlasan. Kita harus percaya bahwa rezeki itu tidak pernah tertukar, rezeki sudah digariskan untuk kita, jadi kita harus ikhtiar kita untuk menjemput rezeki tersebut"

Keren banget kan?? Semoga rumus ini bisa kita terapkan dalam menjalani hidup dan menggapai cita-cita.
Thanks for your idea,Mr.Uno!
"Iya..sama-sama,anak muda!"

Thursday, February 16, 2012

Jawaban Elegan Dari Seorang Tukang Bakso (Sebuah Kisah Inspiratif)


Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk ngurus tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai. Hujan rintik rintik selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini.


Di kala tangan sedikit berlumuran tanah kotor,…terdengar suara tek…tekk.. tek…suara tukang bakso dorong lewat. Sambil menyeka keringat…, saya menghentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkok bakso setelah menanyakan anak – anak, siapa yang mau bakso ?
“Mauuuuuuuuu. …”, secara serempak dan kompak anak – anak asuhku menjawab.

Selesai makan bakso, lalu saya membayarnya. …
Ada satu hal yang menggelitik pikiranku selama ini ketika saya membayarnya, si tukang bakso memisahkan uang yang diterimanya. Yang satu disimpan dilaci, yang satu ke dompet, yang lainnya ke kaleng bekas kue semacam kencleng. Lalu sayapun bertanya:

“Mang kalo boleh tahu, kenapa uang – uang itu Emang pisahkan? Barangkali ada tujuan ?”

 “Iya mbak, Emang sudah memisahkan uang ini selama jadi tukang bakso yang sudah berlangsung hampir 17 tahun. Tujuannya sederhana saja, Emang hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak Emang, mana yang menjadi hak orang lain / tempat ibadah, dan mana yang menjadi hak cita – cita penyempurnaan iman “.

“Maksudnya.. …?”, saya melanjutkan bertanya.

“Iya mbak, kan agama dan Tuhan menganjurkan kita agar bisa berbagi dengan sesama. Emang membagi 3, dengan pembagian sebagai berikut :

1. Uang yang masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari – hari Emang dan keluarga.
2. Uang yang masuk ke laci, artinya untuk infaq/sedekah, atau untuk melaksanakan ibadah Qurban. Dan alhamdulillah selama 17 tahun menjadi tukang bakso, Emang selalu ikut qurban seekor kambing, meskipun kambingnya yang ukuran sedang saja.
3. Uang yang masuk ke kencleng, karena emang ingin menyempurnakan agama yang Emang pegang yaitu Islam. Islam mewajibkan kepada umatnya yang mampu, untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini tentu butuh biaya yang besar. Maka Emang berdiskusi dengan istri dan istri menyetujui bahwa di setiap penghasilan harian hasil jualan bakso ini, Emang harus menyisihkan sebagian penghasilan sebagai tabungan haji. Dan insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar 2 tahun lagi Emang dan istri akan melaksanakan ibadah haji.

Hati saya sangat…… …..sangat tersentuh mendengar jawaban itu. Sungguh sebuah jawaban sederhana yang sangat mulia. Bahkan mungkin kita yang memiliki nasib sedikit lebih baik dari si emang tukang bakso tersebut, belum tentu memiliki fikiran dan rencana indah dalam hidup seperti itu. Bahkan seringkali berlindung di balik tidak mampu atau belum ada rejeki.

Terus saya melanjutkan sedikit pertanyaan, sebagai berikut : “Iya memang bagus…,tapi kan ibadah haji itu hanya diwajibkan bagi yang mampu, termasuk memiliki kemampuan dalam biaya….”.

Ia menjawab, ” Itulah sebabnya Pak. Emang justru malu kalau bicara soal mampu atau tidak mampu ini. Karena definisi mampu bukan hak pak RT atau pak RW, bukan hak pak Camat ataupun MUI.
Definisi “mampu” adalah sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan untuk mendefinisikannya sendiri. Kalau kita mendefinisikan diri sendiri sebagai orang tidak mampu, maka mungkin selamanya kita akan menjadi manusia tidak mampu. Sebaliknya kalau kita mendefinisikan diri sendiri, “mampu”, maka Insya Allah dengan segala kekuasaan dan kewenangannya Allah akan memberi kemampuan pada kita”.

“Masya Allah…, sebuah jawaban elegan dari seorang tukang bakso”.
*(Copas Dari Kaskus)

Monday, February 13, 2012

When everybody asking......


Beberapa waktu lalu saya lagi asik twit-twitan sama seorang teman. Ehm. Bukan teman sih, let say, mantan’student’ waktu saya  masih ngajar di Easy English. 
Trus dia tanya:
Ma’am..have you found your Mr.Right??
Agak kaget juga dengan pertanyaan bocah ini. Gak ada angin gak ada ujan, kok nanya kayak gitu. Kayaknya orang-orang di sekitar saya udah mulai penasaran dan bertanya-tanya, mengapa di usia saya yang.. well..boleh dikatakan dewasa saya belum pernah sekalipun terlihat jalan bersama seorang lelaki(kecuali sohib saya dan sodara sepupu saya).

Sama halnya seperti ketika kemarin saya pergi menghadiri sebuah pesta pernikahan teman kantor. Bapak, rekan kerja saya bertanya” Dengan siapa ka?”

Jawab saya” Sendiri pak”

Dahi si bapak langsung berkerut heran” Lho, paitua nya mana?? (‘paitua’ means  suami or pacar)

Sayapun tertawa:” hahaha…belum ada pak’

Si bapak (beserta istrinya)pun memandangi saya dengan tatapan aneh.

Lain lagi ketika saya sedang berada di kantor, ketika lagi asik menginput data, tiba-tiba si Pak Boss, dari balik laptopnya, bertanya:”Ika,sudah punya calon?”

*Glek 

Saya yang lagi berkonstrasi dengan pekerjaan kontan terheran-heran dengan pertanyaan yang tiba-tiba itu.

Well..ada apa ini sebenarnya sodara-sodara?
Mengapa dunia  (halahh) seakan-akan bertanya-tanya tentang status saya yang hingga detik ini masih single.
Apanya yang aneh coba??Sobat saya Almira single, si Titi juga single, Anggi juga single. Trus apanya yang salah??
Apakah pacaran itu memang telah menjadi sebuah kewajaran di era global warming saat ini???

Entahlah..

Meski demikian kadang saya merasa sulit menjawab ketika orang-orang bertanya soal itu. 

“Ris, kenapa gak pacaran??’

Kalo saya jawab:” Ga ada pacaran dalam agama Islam” , 
ntar saya dibilang sok alim lagi.
Kalo saya jawab:
” Belum nemu yang cocok’
Entar saya dibilang sok jual mahal dan tukang pilih-pilih.

Trus kalo saya bilang:”Males’
Ntar dikirain saya gak normal lagi. Hiii…


Sungguh dilema.

Well..kembali ke soal twit-twitan dengan si mantan student. Saya pun menjawab:
” I just haven’t meet him yet’

Si Student pun bilang: 
“ There are so many guys in this world how come you can’t find him yet?”

Fiuhhh..buset dah ni bocah. Maka saya pun membalas: 
“Emang banyak, tapi kan yang minjamin saya tulang rusuk kan cuma satu’ #Eaa

Si student balas lagi:
”hmm berarti mem orangnya selektif’

Tuh kan??*sigh

Selektif itu wajar kan? Masa saya mau  menerima orang yang datang menawarkan cinta (buset dah kata-kata gue) dengan seenaknya?? Gimana kalo dia itu ternyata brengsek, suka maen pere, gak rajin solat, gak setia ato psycho kayak yang di tipi-tipi itu..hiiiii..

Sebenarnya sih saya gak milih-milih. Saya emang punya kriteria (dan bukankah setiap orang punya kriteria pendamping idaman??)

Bukankah itu wajar??

Lagian saya memang belum menemukan yang 'pas'
Kata teman and sodara-sodara saya yang telah menikah,katanya kalo kita ketemu jodoh tuh pasti berasa. Apa tuh istilahnya?? Chemistry?? yeah begitulah, katanya kalo kita dah dipertemukan, kita akan tau sendiri. Lewat hati bukan lewat mata  #ciehh.

So, whateverlah, orang-orang disekitar bertanya-tanya.  I’m still enjoy this loneliness. Saya yakin si Mr.Right akan datang pada pada saat yang tepat.
So, please, Stop asking, people! :)
***
NB: Saya yakin bukan hanya saya saja yang punya pengalaman seperti ini(^^)


Good Bye Stories.. #Part 2

Sekitar 45 menit van kami melaju menuju Ibu kota Iowa, Des Moines. Pukul 6 lebih sedikit, kami tiba di DSM International Airport. Meski matahari telah bersinar, udara masih tetap menusuk. Angin pagi Iowa, membuat saya menggigil.

Setelah semua barang diturunkan, kami segera chek in untuk flight menuju Minnesota. Sebelumnya, kami mengucapkan salam perpisahan kepada Jared dan Jessie, pengajar di IEOP yang telah menyempatkan diri untuk mengantar kami hingga ke Des Moines. ‘Paman Jessie’ lelaki datar yang mengatai dirinya sendiri sebagai pribadi yang membosankan, tersenyum ke  arah kami sesaat ketika kami hendak masuk ke bandara.
Ah, Jessie…bagaimanapun, saya tidak akan pernah lupa, ketabahannya menemani dan menjaga kami selama  trip di Chicago sebulan yang lalu.

Kami terbang ke Mineapollis sekitar pukul 8 pagi dengan menumpang Delta Airlines berukuran mini.


 Checkin at DSM Airport

Di Mineapolis, kami harus menunggu cukup lama sebelum boarding menuju Indonesia. Hmm, baguslah. Paling tidak, kami masih memiliki beberapa jam di Amerika. Untuk membunuh waktu, saya menyempatkan jalan-jalan disekitaran bandara. Pemandangan di luar bandara tidak semenarik ketika datang dulu, tidak ada salju di luar sana. Ternyata bandaranya memang gede (seperti perkiraan sebelumnya). Saya setengah berharap dapat bertemu dengan artis  seperti ketika datang dulu. Tengok kiri kanan, saya tidak menemukan tanda-tanda Taylor Swift atau Rihanna sedang jalan-jalan di St Paul. Akhirnya saya memutuskan untuk kembali bersama teman-teman di ruang tunggu. Ms. Xiong mengajak kami berfoto satu persatu. Ia juga membagikan hadiah perpisahan. Coklat dan kartu berisi  kata-kata perpisahan.


Minnesota again!

****

Detik demi detik berlalu,
dan tibalah saat itu, ketika panggilan untuk penumpang Delta Airlines kami bergema, kami tahu, hanya dalam beberapa menit, kami tidak akan melihat Ms.Xiong dan Amerika lagi (mungkin nanti dimasa depan, tetapi bukankah kata ‘mungkin’ tidak selalu memberikan kepastian??).
Saat itulah puncak haru biru kami. Satu persatu, kami menyalami dan memeluk Ms.Xiong  sambil berlinangan air mata.

Sungguh, momen itu adalah salah satu momen paling mengharukan sepanjang hidup saya. Saya tak akan lupa saat-saat terakhir bersama perempuan yang telah mendampingi kami selama dua bulan terakhir, menyayangi kami selayaknya anak sendiri. Alyssa Xiong,  mungkin hanya dua bulan kami mengenalnya. Tetapi, dua bulan itu telah memberikan kamibanyak pelajaran berharga. Kata-katanya yang penuh motivasi,inspirasi,dan nasehat tak akan pernah kami lupakan hingga akhir hayat.


Our Beloved American Mom: Alyssa Xiong

 Bila saya ingat-ingat, adegan di bandara Mineapolis itu layaknya adegan perpisahan di film2 yang sering saya tonton. Ada pelukan, ada tangis dan air mata. Namun, diantara haru biru itu, disaat semua orang menangis tersedu-sedu, salah seorang dari kami tidak nampak meneteskan airmata, tidak  sedih.
Sama sekali.
Orang itu adalah Zamzami, bujang Aceh yang memang selalu nampak riang gembira di segala situasi dan kondisi. Seperti biasa, ia selalu tersenyum lebar dan nampak tak ada beban. Saya tak habis pikir,bagaimana mungkin ia tidak bersedih di saat-saat terakhir kami di negeri paman sam. Sambil tersenyum Zamzami hanya berkata (dengan logat melayunya seperti biasa): “This is not the end, we will meet again, someday, Ms.Xiong”.
Grup kami pun dipanggil untuk segera boarding. Kami berbaris satu-satu bersiap memasuki pesawat. Ms.Xiong mengawasi kami sambil melambaikan tangan. Sesekali ia nampak terisak. Kami pun demikian.

Beberapa penumpang lainnya melirik ingin tahu mengapa  wajah kami coreng moreng dengan air mata dan nampak sebegitu sedihnya. Dalam hati saya berguman “Kalian hanya tidak pernah ikut IELSP, dan  tidak pernah tahu bagaimana rasanya ketika semuanya berakhir
Dan ketika waktu nya untuk masuk ke pesawat telah tiba, saya kembali menoleh kearah Ms.Xiong. Ia masih melambai dan tersenyum. Seiring dengan langkah kaki kami perlahan, senyum hangatnya hilang dari pandangan.
Saya kembali terisak.
***
Beberapa menit kemudian, Delta Airlines mulai bergerak dan bersiap lepas landas. Semakin lama, semakin cepat. Dari kaca pesawat, saya memandangi langit Amerika. Hari itu mendung. Semendung hati kami.

Perlahan..roda-roda pesawat terasa mulai beranjak naik.
Dan dalam sekejap, Delta Airlines menderu mengangkasa...
 membawa kami pulang, kembali ke dekapan Ibu Pertiwi…..


Selamat tinggal, Paman….I promise to see you again :)

Return to the real life :D

Yess, I'm back!!

Setelah lama menghilang dari dunia blogger dan berekplorasi di 'dunia penuh tekanan' (wordpress) :P. akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke blogger. Yeah!

Tunggu postingan berikutnya yaaaakkkk...;D

Good Bye Stories #Part 1

Waktu, melesat-lesat begitu cepat. Berlari begitu kencang, meninggalkan jejak-jejak memori dalam kehidupan. Rasanya hanya sekejap, 2 bulan berlalu begitu cepat..dan tibalah kami harus meninggalkan negeri Paman Sam. Program IELSP kami telah berakhir.
Saya ingat bagaimana perasaan kami,para IELSPer Iowa di hari-hari terakhir kami di sana. Perasaan kami campur aduk, tetapi perasaan sedih  adalah yang paling mendominasi. Sedih, ya tentu saja. Sedih meninggalkan semua hal baru yang telah kami kenal di Amerika, Ms.Xiong, teman2 Internasional student, teman2 sesama Indonesia, para Instruktur IEOP, kehidupan AS yang perlahan,kami telah terbiasa. Kami telah memiliki keluarga di sana. Kami merasa nyaman, meski tentu saja, tidak ada tempat di dunia ini yang senyaman tanah air.

Di hari-hari terakhir, saya dan teman-teman memilih untuk menikmati hari-hari terakhir kami dengan hal-hal yang menyenangkan. Kami lebih sering ngumpul bersama, mempererat pertemanan kami. Sebab kami sadar, bahwa sekembalinya kami di tanah air, kami akan berpisah. Kami berasal dari dari Aceh hingga Papua, kami tinggal di kota yang berbeda-beda. Kemungkinan kami akan bertemu setelah program adalah sangat kecil. Bagaimanapun, teman-teman sesama  grantee Iowa  adalah keluarga yang kami punya saat kami  berada di AS. Kami senang dan susah bersama-sama. Perpisahan yang hanya tinggal menghitung hari, membuat kami menjadi agak melankolis ketika harus berbicara soal pulang.

Siang ini, saya iseng-iseng membuka laptop, melihat-lihat foto dan video- video kala masih di Iowa. Memori saya benar-benar terbawa kembali di masa-masa itu.
                                                                 ***
April,23rd.Dinihari waktu Ames. Sebuah panggilan menyadarkanku dari tidur . Itu suara Lyla,roomateku. Katanya Ms xiong, supervisor kami telah menunggu di depan.
Aku melirik jam digital di meja belajarku. Kurang 15 menit pukul lima. Dengan mata berat,  aku bergegas  bangun, mencuci muka dan mengenakan  jaket. Tidak mandi lagi, sebab semalam sebelum tidur aku menghabiskan kurang lebih setengah jam berendam air hangat di bath up. Setelah memastikan tidak ada yang ketinggalan di kamarku, aku bersiap untuk keluar. Pagi itu, kamar tempatku tidur selama dua bulan itu nampak rapi dan bersih. Tidak ada laptop dan tumpukan buku di atas meja, tidak ada alunan Fireworks nya Katty Perry terdengar dari radio mungilnya, tidak ada sweater dan jaket tergantung di lemarinya, dan sebentar lagi… tidak akan ada lagi aku di dalamnya. Kamar itu, nampak kembali normal seperti dua bulan lalu, ketika pertama kali aku memasukinya. Hampa.
Agak kaget ketika aku menemukan Mohammed, teman sesama mahasiswa IEOP berada diruang tamu.
“Nothing left??” sapanya.
“I hope so, hey, what are you doing in this early morning??
“ To watch you leave” katanya sambil tersenyum. Senyumnya, aku tahu, tersirat kesedihan.
Aku tak menyangka Mohammed akan tiba di apartemen kami sepagi dan sedingin ini hanya untuk mengantar kami. Dibutuhkan sebuah pengorbanan besar untuk tiba di Schilleter di saat sebagian besar penduduk Ames masih terlelap di bawah selimut. Pemuda Kuwait itu memang sangat dekat dengan kami selama program. Terutama dengan Lyla, mereka layaknya saudara berbeda bangsa.
Aku  dan Lyla mengecek sekali lagi apertemen kami. Semuanya beres. Tidak ada yang ketinggalan. Kecuali dua buah pasang sepatu yang sengaja kami tinggalkan karena koper kami tidak cukup lagi menampungnya (belakangan aku menyesal meninggalkan sepatu itu)
Aku menyapukan pandangan ke seluruh ruangan apartemen 9B, sekali lagi, untuk terakhir kalinya. Ruang duduknya yang nyaman, dapurnya yang bernuansa putih semuanya nampak rapi. Selamat tinggal, Batinku. Dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan kami bergegas keluar, Mohammed membantu kami menyeret koper-koper yang gemuk luar biasa itu menuju van.

Udara pagi Ames dingin menusuk hingga ke tulang. Aku mellihat teman-teman dari apartemen lainnya sibuk menaikkan koper-koper mereka ke van.
Bang Ireng, saudara kami yang selama ini selalu menyemarakan hari-hari kami di Iowa, nampak di antara para IELSPer lainnya. Ia, sebentar lagi, akan ditinggal oleh ke-19 adik-adik Indonesianya.
Setelah semua koper dinaikkan, Ms. Xiong pun menginstruksikan kami untuk segera naik ke van. Dan inilah momen itu. Satu persatu, kami menyalami Bang Ireng dan Mohammed. Beberapa di antara kami mulai terisak pelan, termasuk aku.
Sambil menyalaminya aku berkata:“ Bang Ireng, selamat tinggal…semoga kita ketemu lagi ya, sukses buat studinya, maaf kalo selama dua bulan ini kami ada salah sama abang, terima kasih untuk semua bantuannya selama program, See you someday in Indonesia” Air mataku benar-benar tak bisa terbendung,
Bang Ireng tersenyum dan berkata” Maaf juga kalo saya ada salah, sukses buat kalian, semoga selamat sampe Indonesia, tetap semangat dan terus belajar”
Dan meskipun hari masih gelap, aku bisa melihat, di bawah sinar lampu jalanan, mata bang Ireng juga tergenang. Para anak lelaki menyalami dan merangkul Bang Ireng, erat.
Aku lalu menyalami Mohammed,” Mohammed, Thanks for everything, Thanks for our wonderful moment together,nice to be your friend, I know I’m gonna miss you, come to Indonesia if you have time”
Mohammed, yang meski secara fisik nampak jauhh lebih dewasa dari kami, nyatanya usianya jauh berada di bawah kami. Matanya berkaca-kaca. Sesekali ia mengusap air matanya.
“ I’m gonna visit ya’all in Indonesia” Katanya dengan senyum lebar meski dengan air mata yang menggenang.
Ia gagal  menyembunyikan kesedihannya.

Berdua dengan Bang Ireng, ia menatap kami satu persatu menaiki van. Di bawah lampu jalan, ditengah dinginnya udara pagi Ames, mereka melambai sebagai tanda perpisahan ketika Van kami mulai berjalan perlahan. Dari kaca jendela kami memandangi sosok dua pemuda yang telah menjadi sahabat dan saudara kami selama di perantauan. Kami pun membalas lambaian mereka. Beberapa di antara kami kembali terisak.
Good bye Bang Ireng, Good Bye Mohammed, Good Bye Schilletter….



Our Big Brother, Ireng Maulana
Mohammed, A friend from Quwait

Kami diam selama dalam perjalanan menuju Des Moines. Hening yang menyiksa. Isak tangis masih terdengar dari beberapa di antara kami. Dari kaca van yang berembun, aku memandangi jalanan yang biasa kami lewati setiap harinya dengan Cyride.  Istal kuda, tempat yang hingga detik terakhirku di Ames tak pernah ku kunjungi, perlahan hilang dari pandangan. Di kiriku, aku menatap Farm House Dr yang lengang dan gelap, tempat kami menunggu Blue North No 3 setiap hari seusai kelas.
Haha..mulai hari ini, tidak akan ada lagi kami, bergerombol menanti bus menuju Schilleter.
Aku bertanya-tanya dalam hati, apakah para bule yang kerap melihat kami di bus stop itu akan bertanya-tanya tentang keberadaan kami bila mereka tak menjumpai kami hari ini dan seterusnya di Farm House Dr.

***
Semburat cahaya merah mulai nampak di ufuk timur. Sebentar lagi matahari akan muncul.
Aku menatapnya tak berkedip.
Ini, adalah pagi terakhirku di Amerika.
The place where we always wait for Blue North No 3 after class
Farm House Dr, tempat kami menanti Cyride setiap sore

***to be continued***

Save The Earth! #Di kantor Juga Bisa..:)

Isu tentang Global Warming emang telah menjadi topik yang cukup hot beberapa tahun belakangan ini. Sebenarnya sih, isu ini adalah isu lama , hanya saja baru beberapa tahun belakangan ini beken and mendapat perhatian serius dari warga bumi.  Gak heran, soalnya kita sudah mulai merasakan dampaknya. Cuaca ekstrim, panas yang membara *terlebih di kota khatulistiwa kayak Palu*, musim yang tak menentu, matinya beberapa species tertentu, es kutub mencair,  dan tenggelamnya daratan.*glek
Sayang seribu sayang gak semua orang peduli akan hal in. Mungkin nanti, bila dampaknya semakin parah baru kita sadar. Tapi apa guna, kalo bumi udah marah??
Sebenarnya gak susah loh mengurangi dampak global warming*pake istilah ‘mengurangi’ & bukan ‘mencegah’ coz emang udah kejadian :(
Banyak hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak Global Warming. Kita gak harus turun lapangan buat menanam pohon kayak kampanye yang sering kita liat di tipi-tipi. Dalam keseharian kita, kita bisa kok menunjukkan kepedulian kita terhadap bumi. Ada banyak caranya, tapi di postingan kali ini saya hanya fokus bagaimana kita tetap peduli lingkungan meski saat sedang kerja kantoran.
Cekidot!
  • Kurangi Penggunaan Tissue di Kantor
Tau kan kalo bahan utam tissue itu berasal dari pohon. Semakin banyak pake tissu, semakin banyak pula pohon yang’dilukai ‘ while kita tahu sendiri bahwa pohon, hutan dan sebagainya itu adalah salah satu elemen dalam ekosistem yang bisa membantu mengurangi dampak global warming. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Kalo pohon mati, kita manusia yang repot
  • ‘turn off’ Action!
Well, kita tahu bahwa penyebab Global Warming adalah Green-House Effect ato Efek Rumah Kaca. Dulu waktu SD, pas pelajaran IPA, bu guru pernah membahas soal Efek Rumah Kaca. Saya yang kala itu masih lugu dan malu-malu cakep, berpikir bahwa yang dimaksud dengan efek rumah kaca adalah rumah yang terbuat dari kaca yang di dalamnya ada tanaman hijau *persis seperti rumah Herbology di film Harry Potter*. Ternyata eh ternyata yang dimaksud dengan efek rumah kaca adalah peristiwa naiknya konsentrasi gas CO2 dan gas-gas lainnya di atmosfer dan kemudian terperangkap di atmofser sehingga menghangatkan seisi bumi. Disebut rumah kaca karena persis  peristiwa yang terjadi bila panas masuk dan terperangkap di rumah kaca dan tidak bisa keluar, maka rumah kaca itu akan memanas.
Penggunaan Air Conditioner ato AC memang adalah salah satu kebutuhan wajib di kantor-kantor. Apalagi di daerah tropis kayak Palu. Sayangnya AC adalah salah satu benda elektronik penyumbang gas berbahaya ke atmofser karena AC dan juga kulkas mengandung gas Chlorofluorocarbon (CFC) yang asli gak ramah lingkungan. So…kalo misalnya gak parah-parah amat panasnya udara , ada baiknya melakukan ‘turn-off’ Action. Kan ada tuh yang namanya kipas sate, lumayan lah buat di pake ngadem..hehee :D
Tapi  bukan hanya AC loh..TV, Komputer bahkan charger HP, kalo udah gak dipake sebaiknya dimatikan. Paling kesal kalo di kantor TV onnnnn trus even gak ada yang nonton. Maka saya biasa akan melakukan ini:
  • Use and re-use
Di kantor emang paling banyak kertas bekas, kadang-kadang sampe menumpuk-numpuk. Rasanya rugi banget kalo dibuang.So, sebaiknya di re-use..dibuat memo, dibuat bundel catatan, ato apalah..bisa juga ditimbang and dijual *hohoo* lumayan loh buat jajan :D , lagian kalo kertas-kertas itu ditimbang bakal didaur ulang dengan alat yang lebih canggih.
Mungkin tips di atas rada basi bagi pembaca sekalian, tapi percayalah*mata berbinar dan berkaca-kaca* saya hanya mengingatkan kembali.
Ingat! Masa depan bumi ada di tangan kita, so kalo merasa manusia, sudah saatnya kita untuk lebih peduli. dimulai dari hal kecil..Insha Allah bisa berdampak besar :)