Thursday, July 26, 2012

me & my cute shoes #edisi iseng-iseng

Berhubung saya bego banget main Volly, waktu  teman-teman se grup Iowa lagi asyik maen volly di gym, saya iseng-iseng buat foto beginian. Seorang teman bilang: 'foto apaan sih??spatu??ga jelas banget.
Hehe.Iya juga sih sebenarnya.
Tapi kalo diliat-liat lucu juga.hehe.

my 3 dollar shoes :)

Friendship

Wednesday, July 25, 2012

Tuesday, July 24, 2012

Mengintip Sepenggal Surga di Kepulauan Togean #part 2

menumpuk di atas fery

Kapalpun mulai bergerak meninggalkan dermaga. Di antara hiruk pikuk penumpang, saya mencari posisi strategis untuk menikmati view laut yang indah. Karena tempat duduk di dek sudah penuh, maka saya nangkring di atas karung beras milik salah seorang penumpang yang entah kemana rimbanya. Yah, it's okelah, dari pada kaki saya pegal berdiri selama 4 jam. Beberapa teman menghilang di antara para penumpang, pergi mencari bule-bule cakep yang bisa diajak berfoto ( tipikal Indonesian sekali, hehe). Sementara yang lain memilih tidur di bilik.

Saya memilih untuk tetap duduk di atas karung beras, karena tak ingin melewatkan kesempatan menikmati pemandangan alam yang tersaji di hadapan saya. Angin laut bertiup sepoi-sepoi. Langit biru cerah, berwarna senada dengan lautan  yang berkilauan. Semakin jauh kami berkapal, semakin menakjukbkan pemandangan yang nampak. Gugusan pulau-pulau kecil tak berpenghuni berwarna kehijauan, berpadu dengan hamparan pasir putih yang berkilauan. Beberapa turis tak henti-hentinya membidik kan kamera ke berbagai arah, mengabadikan karya Tuhan yang luar biasa itu.
Gugusan Pulau-pulau kecil


Sedang asyik-asyiknya menikmati pemandangan, tiba-tiba ekor mata saya menangkap seorang ibu berusia paruh baya yang dengan santainya membuang botol pulpy orange kosong ke laut. Buset dah ini ibu, gerutu saya dalam hati. Belum hilang kekesalan saya, si ibu kembali membuang tongkol jagung rebusnya. Dengan gusar saya mendekatinya,

"Aduh bu, sampahnya jangan di buang di laut, nanti lautnya kotor" kata saya berusaha untuk tidak terkesan menggurui.

Si ibu dengan cueknya bilang
" Ah nda apa-apa, di bawa ombak juga hilang nanti"

Lalu desye lanjut mengunyah jagung rebus yang ke sekian biji.

"Hilang kemana??ke Hongkong?" Umpat saya dalam hati.
Dengan gusar saya meninggalkan si ibu. Susah juga ngomong sama orang yang pemikirannya masih 'primitif'. Masa buang sampah di laut? sekate laut TPS? Ibu itu nyadar gak sih kalo laut yang baru dia jadiin tempat sampah itu tempat hidup bagi makhluk lain? Coba kalau tempat tinggalnya dijadiin tempat sampah bagi orang lain?pasti kesal.

Saya mendelik ke arah si ibu, doski sih gak nyadar karena lagi asyik makan jagung rebus. 
Tiba-tiba pemandangan yang tadinya indah dan menawan kini berubah menjadi 'mengerikan'. Tumpukan sampah menggenang kira-kira sepanjang satu kilo meter di tengah lautan. Nah ini dia! Karena para penumpang kapal yang lewat kerap membuang sampah sembarangan,jadinya seperti ini. Sampahnya terkumpul menjadi satu, menari-nari mengikuti irama ombak. Dalam hati saya merasa prihatin. Mengapa kesadaran masyarakat kita masih kurang soal menjaga kelestarian lingkungan? tidakkah mereka sadar akan dampak yang dapat diperoleh akibat demikian? Ekosistem di kepulauan Togean yang merupakan salah satu potensi Sulawesi Tengah bisa saja rusak oleh tangan-tangan penduduknya sendiri. Tidak sadarkah mereka bahwa Tuhan telah menitipkan sepenggal surga di tanah mereka? 'Surga' yang membuat turis-turis asing rela menempuh ribuan kilo dan membayar mahal  untuk melihatnya.

Ah,,menyedihkan.

*masih bersambung



Monday, July 23, 2012

Mengintip Sepenggal Surga di Kepulauan Togean #part 1

Apa yang paling menyenangkan bagi para pekerja kantoran selain libur kejepit?yaitu libur yang berada pas diantara hari kerja dan weekend. Sepertinya libur kejepit adalah nikmat paling luar biasa bagi kami, kaum buruh yang setiap harinya disibukkan oleh rutinitas mencari secuil rejeki bagi anak istri. hoh!
Sebagai buruh, libur kejepit kerap saya manfaat kan untuk nyantai di rumah ato travelling ke tempat-tempat yang menarik.

Hari itu, kebetulan adalah libur nasional yang' terjepit', dan sebuah ajakan tak terduga datang kepada saya. Salah seorang teman kantor mengajak untuk liburan ke Pulau Togean. Yeah Togean!. Tanpa ba-bi-bu, saya yang lagi asyik ngemil kacang atom garuda langsung mengangguk-angguk dengan bersemangat.
Alhasil, saya keselek kacang garuda.
*ini kacangku!

Sudah bertahun tahun lamanya saya memendam hasrat untuk mengunjungi pulau eksotis di teluk Tomini itu. Togean, meski kalah popular dengan Bunaken atau Raja Ampat, merupakan salah satu destinasi wisata bagi turis manca negara. Yeah! Turis manca negara. Di saat Togean telupakan oleh masyrakat domestik, para turis dari berbagai belahan dunia justru berbondong-bondong menikmati keindahannya. Menurut apa yang pernah saya baca tentang Togean, kepulauan Togean ini memiliki kekayaan bawah laut yang luar biasa, mulai dari spesies karang, jenis ikan dan banyak lagi. Beberapa di antaranya adalah spesies endemik asli kepulauan tersebut. Itu berarti you can't find them in other part on earth!

Maka hari itu juga, sepulang kantor, saya bergegas pulang ke rumah untuk packing. Dalam sekejap, backpack saya sudah terisi segala kebutuhan travelling untuk tiga hari.

Rencananya kami akan bermobil pukul 4 sore dari Palu menuju Ampana, di Kabupaten Tojo Una-Una. Sekitar 11 jam via darat. Namun karena ada beberapa hal yang belum terselesaikan, maka kami baru bisa berangkat pukul 9 malam. Mengendarai mobil Avanza yang dapat menampung 7 makhluk Tuhan paling sexy, saya dan beberapa teman kantor berhimpit himpitan menuju Ampana. Bagi saya perjalanan 11 jam dan duduk berdesakan di dalam mobil bukanlah masalah besar, yang penting saya ke Togean.

Perjalanan darat yang kami lalui awalnya cukup lancar, aman dan menyenangkan sebelum akhirnya, ketika waktu telah menunjukkan lewat tengah malam, kami tersesat.
Yeah tersesat!
tersesat tengah malam
Teman saya yang men-joki selama perjalanan berbelok ke arah yang salah.Alih-alih ke arah Ampana doski malah nyasar ke jalan entah kemana.  Nanti sudah hampir 10 kilo baru kami menyadari bahwa kami salah jalan. Pantas saja jalanannya semakin lama semakin sempit, rumah warga juga semakin jarang.

Selamat datang di Ampana
Setelah tersesat dan terkantuk-kantuk, sekitar pukul 7 pagi kami memasuki kota ampana. Ampana merupakan ibu kota Kabupaten Tojo Una-Una. Wilayahnya kurang lebih sama dengan kota Poso. Di Ampana kami mampir di rumah kerabat salah seorang teman untuk numpang beristirahat sejenak, numpang mandi dan sekalian numpang makan. hehe.
Sekitar satu jam kami melepas penat setelah berkendera berjam-jam. Pukul 9 pagi kami bergegas ke Pelabuhan Ampana, sebab pukul 10 pagi, fery yang akan memboyong kami ke Togean akan segera berangkat. Hanya ada 2 fery besar ke Togean dan perjalanan ke Togean memakan waktu sekitar 4 jam, begitu kata seorang 'om', warga setempat.
Oke! Empat jam berfery. Lumayan lama juga ya. Awalnya sih saya enjoy aja mendengarnya, tapi pas tiba di pelabuhan, saya sedikit terkejut melihat 'fery besar' yang dimaksud si om tadi. 'Fery besar' dalam imajinasi saya adalah kapal fery yang dapat digunakan untuk penyebrangan dengan mobil, seperti fery pernyebrangan dari pulau Jawa ke Bali dan sebangsanya. Nyatanya??si Fery besar hanyalah 'seonggok' kapal kayu berukuran mini bertingkat dua yang nampak tidak mampu memiliki daya melawan badai yang sewaktu-waktu dapat menghadang di tengah lautan sono.
"Kita naik ini?"Yakin nih aman?seorang teman tiba-tiba nyeletuk.

Ternyata bukan hanya saya yang meragukan 'si fery besar'.

Tapi apa boleh buat, hanya dengan fery ini kami bisa ke Togean.
Maka sebelum peluit kapal dibunyikan, kami buru-buru membeli tiket dan naik ke atas fery. Rupanya kapal itu telah sesak dengan warga lokal yang membawa banyak barang bawaan, mulai dari hewan ternak sampe hasil kebun. Konon mereka adalah masyarakat suku Bajo yang tinggal di pulau-pulau kecil di teluk Tomini.
Bersiap berlayar bersama si 'Fery Besar'
tetap gaya meski kapalnya sesak
Selain warga lokal, para pelancong mancanegara juga  nampak duduk manis di atas fery. Beberapa teman cewek saya langsung kedip-kedip sambil cengengesan melihat bule cowok yang kinclong-kinclong. Sumprit dah..mereka emang cakep asli tanpa bahan pengawet.

Kalo saya perhatikan, dari tampang dan bahasa yang mereka gunakan, para turis itu berasal dari negara yang bevariasi. Ada yang dari Spanyol, Belanda, and Amerika.

Karena kami naik belakangan ke atas fery kami jadi rada kesulitan mencari space yang cukup buat rombongan kami. Setelah keliling-keliling mencari tempat, akhirnya kami menemukan sebuah bilik yang alhamdulillah tidak cukup bagi kami semua. Tapi lumayanlah untuk duduk berdesak-desakan selama 4 jam perjalanan laut.

*bersambung, adzan ashar berkumandang, penulisnya ciao dulu yaa*

Friday, July 20, 2012

Yang hilang kala Ramadhan tiba....

 Salah satu hal yang paling kita rindukan ketika Ramadhan tiba adalah kehangatan keluarga. Menjalankan ibadah puasa di tengah-tengah orang terkasih adalah suatu nikmat yang tiada terkira. Itulah mengapa banyak perantau yang memilih mudik di hari hari awal puasa. Alasannya agar biasa dapat awal puasa bersama keluarga di rumah.

Memang tak bisa dipungkiri. Di tengah-tengah keluarga, menjalankan ibadah puasa itu terasa semakin khusyuk dan menyenangkan. Sahur bersama, buka bersama, solat dan ngaji pun berjamaah.

Namun semakin saya besar, suasana Ramadhan semakin terasa ada yang kurang.

Waktu yang melesat begitu cepat, mengubah beberapa hal dalam kehidupan manusia. Kadang kita berharap waktu dapat statis, agar orang-orang yang kita cintai selalu berada bersama kita.

Ramadhan bertahun-tahun lalu, waktu saya masih kanak-kanak, adalah masa-masa Ramadhan terindah dalam hidup saya. Masih ada Papa dan Nenek di tengah-tengah kami. Ramadhan terasa begitu meriah. Bila solat tarawih tiba ada Papa yang mengimami, kalau hendak berbuka, ada nenek yang akan berkolaborasi dengan mama memasak di dapur.
Saya?? saya kecil akan bermain-main bersama anak tetangga atau dengan saudara sepupu yang kerap datang berkunjung kala Ramadhan tiba. Menunggu bedug magrib tiba, untuk menyantap masakan lezat mama dan nenek. Semuanya terasa mengasyikkan.

Tapi..Time goes so fast, as I am grow, some people are dissapeared.
Yeah..menghilang.

Pertengahan tahun 2005 nenek saya tercinta meninggal dunia. Quraisyin Abdul Walid, wanita penyabar yang selalu mengingatkan saya dan cucu-cucunya yang lain untuk tidak meninggalkan sholat itu pergi untuk selamanya. Sebuah kehilangan besar dalam hidup saya. Juga bagi keluarga besar kami. Memori dan kebiasaan yang kami lakukan bersama nya tinggallah kenangan.

Empat tahun kemudian, tepatnya Juli 2009, papa saya juga pergi menghadap ke haribaan Sang Pencipta. Said Ibrahim, sang guru kehidupan yang menanamkan ilmu agama dan budi pekerti kepada saya sejak kecil itupun telah tiada.
Kepergian nya meninggalkan ruang kosong di hati saya hingga detik ini.

Mereka hilang dari episode kehidupan saya selanjutnya.

Mungkin sudah cukup lama tanpa mereka. Tapi semua memori bersama mereka selalu menari-nari di ingatan. Menimbulkan rasa rindu yang teramat dalam. Terlebih ketika bulan Ramadhan tiba.

Seperti malam ini, dan di malam-malam awal Ramadhan setiap tahunnya. Di saat orang-orang mulai mengirimkan sms-sms ucapan berpuasa, rasa kehilangan itu hadir kembali. Sedikit menyesakkan.

Saat ini, di rumah kami hanya bertiga. Saya, mama dan kakak saya.
Sepi? yeah. Sangat sepi.
Ada kalanya air mata saya tergenang bila teringat mereka yang telah tiada. Papa pergi hanya sebulan sebelum Ramadhan tiba. Empat tahun lalu, ketika kami harus melewati ramadhan pertama tanpa beliau, hati saya seperti teriris-iris.

Ramadhan 2009......
Pagi yang dingin. Hari itu hari pertama puasa. Saya biasa paling susah kalau harus bangun sahur sendiri. Biasanya sih dibangunkan dan yang biasa membangunkan adalah papa. Namun pagi itu ada yang janggal. Saya tidak mendengar suara papa membangunkan saya untuk bersahur. Saya juga tidak melihatnya kala duduk di meja makan. Saya, mama dan kakak perempuan saya duduk dalam diam. Menyantap tanpa sepatah kata terucap. Lalu mata saya menangkap sesuatu yang berbeda di sudut meja. Biasanya ada empat gelas minum di atas meja yang sudah disediakan mama. Punya saya, kakak saya, mama saya, dan papa. Pagi itu tinggal tiga. Kenyataan bahwa satu gelas sudah tak terpakai lagi membuat saya menyadari bahwa papa benar-benar telah tiada. Untuk pertama kalinya sejak kepergian papa, saya merasakan kehilangan yang teramat sangat. Betul kata orang-orang, bila salah satu anggota keluarga kita meninggal, kita baru akan benar-benar merasa kehilangan ketika bulan Ramadhan tiba.
Air mata saya tidak bisa terbendung. Saya memutuskan untuk beranjak dari meja makan. Ke ruang tamu. Di sana, saya terisak hingga bahu saya terguncang keras. Saya tahu kepiluan itu bukan hanya saya yang rasakan. Mama dan kakak saya pun demikian, Tapi kami berusaha untuk tidak menunjukkan nya satu sama lain. Mungkin karena takut melukai perasaan masing masing.
Saya tidak benar-benar menyantap sahur pagi itu. Semuanya terasa hambar. Ingin rasanya saya segera kembali tidur agar tidak seorang pun melihat air mata saya pagi itu. Tapi percuma, mama sudah duluan menangkap basah saya sedang menangis tersedu di ruang tamu. Namun beliau tidak mengatakan apa-apa. 
Dari  matanya, tersirat kepedihan dan kerinduan yang sama.

Kehilangan orang yang kita cintai itu menyakitkan karena kita juga akan kehilangan kebiasaan-kebiasan hidup yang telah kita lalui bersama mereka. Itulah mengapa kita merasa sebagian dari kita juga ikut menghilang.
Hari ini, Ramadhan ke 4 tanpa papa, dan menjadi ramadhan ke 8 tanpa nenek. Ketika orang-orang pulang ke kampung halaman mereka masing-masing untuk beramai-ramai menjalani puasa bersama keluarga besar,
Saya disini...
merasa sepi.
Dan masih seperti Ramadhan sebelumnya.
Merasa kehilangan.

Marhaban Ya Ramadhan....

Lihatlah…hari berganti
Namun tiada seindah dulu
      Datanglah..aku ingin bertemu
.....

*Jumat, 20 Juli 2012, kamar, hari pertama Ramadhan, dengan mata yang sedikit tergenang.

Sunday, July 1, 2012

Euro 2012: The Dream Final!

Yay! Malam ini perhelatan akbar sepakbola di benua biru akan segera berakhir. Yeah, Spanyol vs Italy bakal jadi laga pamungkas Euro 2012. Dream final? yeah..mostly people berpendapat begitu,
Kedua tim merupakan raksasa di benua tua. Masing-masing negara memiliki liga terbaik dan prestisius di level dunia. Spanyol dengan La Liga-nya dan Italy dengan Liga Calcio-nya. Masing masing liga kerap melahirkan bintang-bintang sepakbola kenamaan. Wajar, bila sepakbola kedua negara dianggap sebagai kiblat bagi sepakbola modern.

Eniwei, kalo di suruh memilih antara Spanyol atau Italia, saya dengan sepenuh hati, tulus dan tanpa paksaan akan memilih La Furia Roja alias Tim Matador Spanyol. Why? Because I hate Italy. That simple.
Mengapa saya tidak menyukai tim berjuluk Gli Azzuri tersebut?
Jawabannya adalah...eng..ing..eng..
Saya tidak suka.

Why do I Hate Italia?

Sejak kali pertama saya tau sepak bola, waktu itu saya masih muda dan unyu-unyu, masih SMP. Waktu itu Piala Dunia 2002 Korea-Jepang, jam penanyanganya sama dengan Indonesia. Bersama almarhum papa, saya tidak pernah melewatkan satu pertandingan pun. Papa mengajarkan saya aturan-aturan sepakbola. Apa itu ofside (waktu itu saya menyebutnya 'omside'), mengapa pemain mendapat kartu, kenapa ada tendangan penalti, apa itu handsball, apa itu striker, bek dan gelandang dan apa saja tugas mereka. Tapi papa tak perlu mengajari saya untuk menilai tim mana yang harus saya pilih dan pemain bola mana yang cakep dan cuco'. Secara naluriah. saya bisa mengetahuinya dengan sendiri. Hehe. 

Maka kala itu pilihan saya jatuh pada tim Ayam Jantan Prancis (yang nasibnya tragis karena harus pulang sejak babak penyisihan*kasihan padahal masih muda*), juga pada Inggris, The Three Lions. Mau tau  kenapa saya suka tim ini? Karena sejak kecil saya ingin sekali bisa ke negerinya Ratu Elizabeth itu, sejak saya baca buku karangan Bu' De Enyd Byton (alasan saya ndak nyambung yah sama sepakbola?hoho). Lalu favorit saya berikutnya adalah Spanyol, karena saya terpesona pada Raul dan Si cakep Fernando Morientes   ( hehe, maklum lah masih ababil). Dan tentu saja sang finalis, Der Panzer, Jerman. ("Gilaa ..itu om Oliver Kahn jago banget" Saya, usia 13 tahun). Tapi entah mengapa sejak pertama melihat Tim Italy, hati dan naluri saya langsung tidak suka. Tatapan mata pemainnya yg sangat 'Cassanova' membuat saya tidak simpati. Maka sejak saat itu, saya tidak menyukai Italy (??).
Timnas Itali

Cassanova, si pemain cinta *cieh

Saya semakin tidak menyukai Itali sejak tim itu mengalahkan tim favorit saya, Prancis, dengan hasil yang menyakitkan di Final Piala Dunia 2006. Kala itu hatiku hancur mengenang dikau...berkeping-keping jadinya....♫ *plak*oke lanjut pemirsa, kala itu saya kesal luar dalem. Apalagi ada aksi pelecahan ras oleh Materazzi kepada Om Zinedine Zidane. Makin gak suka deh. Belum lagi sepakbolanya terlalu banyak skandal. Paling anyar skandal pengaturan skor, calciopoli jilid II.
Zidane Headbutt

 Hihhhh..amit..amit..udah ketahuan unfairnya.

Anehnya, di Indonesia, Italy punya banyak tifosi fanatik. Ceh..mereka gila-gilaan kalo soal membela tim pengeran biru itu. Suka alay. Bahkan ada yg sudah seperti 'menuhankan' pemain favorit mereka. Sering saya baca status teman yang alay di Twitter dan di Facebook. Parahnya, mereka suka mengumpat-umpat tim lawan, dan mengagung agungkan italy. Makanya sering banget tifosi Italy ber'tweetwar' dengan pendukung tim lawan. hedeww.
Belakangan ada yang suka ngirim sms ke saya, hanya untuk bilang "Forza Italy n bla..bla..bla.."
Ih..males banget dah.

Saking kesalnya saya sampe-sampe berikrar dalam hati " I won't marry a guy who loves Italy"

Haha, whateverlah..

If Only Torres were a moslem

Udah ah ngomongin Italy, now saya mo ngomongin tim matador Spanyol. Belakangan, tim yang di komandoi oleh Vicente Del Bosque ini makin menunjukkan kegarangannya di kancah dunia. Sejak menjuarai Euro 2008 dan World Cup 2010, tim ini menjadi tim raksasa yang disegani di seantero dunia. Pemain-pemainnya emang berkelas dan oke punya. Let's say, masa ini adalah masa emas timnas Spanyol. 

Eniwei, beberapa waktu lalu saya membaca sebuah buku yang berjudul '99 Cahaya Langit Di Eropa' sebuah buku yang berisi kisah perjalanan Hanum Salsabila Rais yang menapaktilasi perjalanan dan kejayaan islam di benua Eropa. Sungguh buku itu membuat saya bergetar. Terutama kala membaca bagian kejayaan Islam di Spanyol. Saya sampai menitikkkan air mata, ketika pada akhirnya Sultan di Kordoba harus takluk pada raja Ferdinand yang akhirnya mengusir kaum muslim keluar dari Spanyol dan mengkristenkan kembali negeri itu. Sedihnya, muslim yang tersisa di Spanyol dipaksa untuk convert keyakinan mereka bila masih terus ingin menghirup udara Spanyol, mereka bahkan  dipaksa memakan babi untuk membuktikan bahwa mereka telah murtad. Tragis.
Salah satu buku yang bikin saya merinding

Ketika saya selesai membaca bagian itu, pertandingan Spanyol melawan (entah apa, saya lupa) dimulai. Sambil menonton, pikiran saya kembali ke Spanyol masa lalu ketika Kerajaan Islam mash merajai negeri itu.
Tiba-tiba sorak sorai penonton dari televisi terdengar. Gol rupanya. Torres berlarian mengangkat tangannya sebagai selebrasi atas golnya. Hmm..Fernando Torres, bisa jadi leluhurnya adalah seorang muslim.Saya meracau dalam hati. Seandainya Spanyol tidak pernah ditaklukkan oleh Ferdinand, seandainya Spanyol masih merupakan bagian dari kesultanan Islam, seandainya Kordoba, The City Of Lights, masih menebarkan 99 cahaya ilahi di atas langitnya,  mungkin saja mereka yang berseragam Spanyol itu adalah muslim. Iker, Xavi, Fabregas, Silva...semuanya. Mungkin juga selebrasi Torres setelah menggolkan adalah sujud syukur. 
Yeahhh....If only he were a moslem.
Sungguh pikiran yang aneh dan tidak penting. Tapi cukup menggelitik hati saya yang paling dalam. Tentang sejarah kejayaan masa lalu yang telah sirna. Islam di Spanyol kini seperti sesuatu yang asing. Agama mereka kini adalah sepakbola, paling tidak itulah anggapan seorang espanola bernama Gomez yang ditemui Hanum Rais dalam perjalanannya di Spanyol.
Torres habis nge-gol
Tetapi sudahlah, sejarah kini tinggal sejarah. Yang bisa dikenang dan dijadikan pelajaran.
Sepakbola adalah sesuatu yang universal, tidak memandang suku agama ato bangsa. Jadi untuk apa menghayalkan hal yang tidak-tidak.

Semoga La Furia Roja akan kembali mengangkat piala dan mencetak sejarah baru sebagai tim yang berturut-turut merebut gelar dunia dan Eropa. Good Luck, Spain! :D
La Furia Roja

Demikian postingan tidak penting ini. Saya tidur dulu  ya, nge-charge mata buat partai final bentar. Ciaooooooo








Thursday, July 26, 2012

me & my cute shoes #edisi iseng-iseng

Berhubung saya bego banget main Volly, waktu  teman-teman se grup Iowa lagi asyik maen volly di gym, saya iseng-iseng buat foto beginian. Seorang teman bilang: 'foto apaan sih??spatu??ga jelas banget.
Hehe.Iya juga sih sebenarnya.
Tapi kalo diliat-liat lucu juga.hehe.

my 3 dollar shoes :)

Friendship

Wednesday, July 25, 2012

Tuesday, July 24, 2012

Mengintip Sepenggal Surga di Kepulauan Togean #part 2

menumpuk di atas fery

Kapalpun mulai bergerak meninggalkan dermaga. Di antara hiruk pikuk penumpang, saya mencari posisi strategis untuk menikmati view laut yang indah. Karena tempat duduk di dek sudah penuh, maka saya nangkring di atas karung beras milik salah seorang penumpang yang entah kemana rimbanya. Yah, it's okelah, dari pada kaki saya pegal berdiri selama 4 jam. Beberapa teman menghilang di antara para penumpang, pergi mencari bule-bule cakep yang bisa diajak berfoto ( tipikal Indonesian sekali, hehe). Sementara yang lain memilih tidur di bilik.

Saya memilih untuk tetap duduk di atas karung beras, karena tak ingin melewatkan kesempatan menikmati pemandangan alam yang tersaji di hadapan saya. Angin laut bertiup sepoi-sepoi. Langit biru cerah, berwarna senada dengan lautan  yang berkilauan. Semakin jauh kami berkapal, semakin menakjukbkan pemandangan yang nampak. Gugusan pulau-pulau kecil tak berpenghuni berwarna kehijauan, berpadu dengan hamparan pasir putih yang berkilauan. Beberapa turis tak henti-hentinya membidik kan kamera ke berbagai arah, mengabadikan karya Tuhan yang luar biasa itu.
Gugusan Pulau-pulau kecil


Sedang asyik-asyiknya menikmati pemandangan, tiba-tiba ekor mata saya menangkap seorang ibu berusia paruh baya yang dengan santainya membuang botol pulpy orange kosong ke laut. Buset dah ini ibu, gerutu saya dalam hati. Belum hilang kekesalan saya, si ibu kembali membuang tongkol jagung rebusnya. Dengan gusar saya mendekatinya,

"Aduh bu, sampahnya jangan di buang di laut, nanti lautnya kotor" kata saya berusaha untuk tidak terkesan menggurui.

Si ibu dengan cueknya bilang
" Ah nda apa-apa, di bawa ombak juga hilang nanti"

Lalu desye lanjut mengunyah jagung rebus yang ke sekian biji.

"Hilang kemana??ke Hongkong?" Umpat saya dalam hati.
Dengan gusar saya meninggalkan si ibu. Susah juga ngomong sama orang yang pemikirannya masih 'primitif'. Masa buang sampah di laut? sekate laut TPS? Ibu itu nyadar gak sih kalo laut yang baru dia jadiin tempat sampah itu tempat hidup bagi makhluk lain? Coba kalau tempat tinggalnya dijadiin tempat sampah bagi orang lain?pasti kesal.

Saya mendelik ke arah si ibu, doski sih gak nyadar karena lagi asyik makan jagung rebus. 
Tiba-tiba pemandangan yang tadinya indah dan menawan kini berubah menjadi 'mengerikan'. Tumpukan sampah menggenang kira-kira sepanjang satu kilo meter di tengah lautan. Nah ini dia! Karena para penumpang kapal yang lewat kerap membuang sampah sembarangan,jadinya seperti ini. Sampahnya terkumpul menjadi satu, menari-nari mengikuti irama ombak. Dalam hati saya merasa prihatin. Mengapa kesadaran masyarakat kita masih kurang soal menjaga kelestarian lingkungan? tidakkah mereka sadar akan dampak yang dapat diperoleh akibat demikian? Ekosistem di kepulauan Togean yang merupakan salah satu potensi Sulawesi Tengah bisa saja rusak oleh tangan-tangan penduduknya sendiri. Tidak sadarkah mereka bahwa Tuhan telah menitipkan sepenggal surga di tanah mereka? 'Surga' yang membuat turis-turis asing rela menempuh ribuan kilo dan membayar mahal  untuk melihatnya.

Ah,,menyedihkan.

*masih bersambung



Monday, July 23, 2012

Mengintip Sepenggal Surga di Kepulauan Togean #part 1

Apa yang paling menyenangkan bagi para pekerja kantoran selain libur kejepit?yaitu libur yang berada pas diantara hari kerja dan weekend. Sepertinya libur kejepit adalah nikmat paling luar biasa bagi kami, kaum buruh yang setiap harinya disibukkan oleh rutinitas mencari secuil rejeki bagi anak istri. hoh!
Sebagai buruh, libur kejepit kerap saya manfaat kan untuk nyantai di rumah ato travelling ke tempat-tempat yang menarik.

Hari itu, kebetulan adalah libur nasional yang' terjepit', dan sebuah ajakan tak terduga datang kepada saya. Salah seorang teman kantor mengajak untuk liburan ke Pulau Togean. Yeah Togean!. Tanpa ba-bi-bu, saya yang lagi asyik ngemil kacang atom garuda langsung mengangguk-angguk dengan bersemangat.
Alhasil, saya keselek kacang garuda.
*ini kacangku!

Sudah bertahun tahun lamanya saya memendam hasrat untuk mengunjungi pulau eksotis di teluk Tomini itu. Togean, meski kalah popular dengan Bunaken atau Raja Ampat, merupakan salah satu destinasi wisata bagi turis manca negara. Yeah! Turis manca negara. Di saat Togean telupakan oleh masyrakat domestik, para turis dari berbagai belahan dunia justru berbondong-bondong menikmati keindahannya. Menurut apa yang pernah saya baca tentang Togean, kepulauan Togean ini memiliki kekayaan bawah laut yang luar biasa, mulai dari spesies karang, jenis ikan dan banyak lagi. Beberapa di antaranya adalah spesies endemik asli kepulauan tersebut. Itu berarti you can't find them in other part on earth!

Maka hari itu juga, sepulang kantor, saya bergegas pulang ke rumah untuk packing. Dalam sekejap, backpack saya sudah terisi segala kebutuhan travelling untuk tiga hari.

Rencananya kami akan bermobil pukul 4 sore dari Palu menuju Ampana, di Kabupaten Tojo Una-Una. Sekitar 11 jam via darat. Namun karena ada beberapa hal yang belum terselesaikan, maka kami baru bisa berangkat pukul 9 malam. Mengendarai mobil Avanza yang dapat menampung 7 makhluk Tuhan paling sexy, saya dan beberapa teman kantor berhimpit himpitan menuju Ampana. Bagi saya perjalanan 11 jam dan duduk berdesakan di dalam mobil bukanlah masalah besar, yang penting saya ke Togean.

Perjalanan darat yang kami lalui awalnya cukup lancar, aman dan menyenangkan sebelum akhirnya, ketika waktu telah menunjukkan lewat tengah malam, kami tersesat.
Yeah tersesat!
tersesat tengah malam
Teman saya yang men-joki selama perjalanan berbelok ke arah yang salah.Alih-alih ke arah Ampana doski malah nyasar ke jalan entah kemana.  Nanti sudah hampir 10 kilo baru kami menyadari bahwa kami salah jalan. Pantas saja jalanannya semakin lama semakin sempit, rumah warga juga semakin jarang.

Selamat datang di Ampana
Setelah tersesat dan terkantuk-kantuk, sekitar pukul 7 pagi kami memasuki kota ampana. Ampana merupakan ibu kota Kabupaten Tojo Una-Una. Wilayahnya kurang lebih sama dengan kota Poso. Di Ampana kami mampir di rumah kerabat salah seorang teman untuk numpang beristirahat sejenak, numpang mandi dan sekalian numpang makan. hehe.
Sekitar satu jam kami melepas penat setelah berkendera berjam-jam. Pukul 9 pagi kami bergegas ke Pelabuhan Ampana, sebab pukul 10 pagi, fery yang akan memboyong kami ke Togean akan segera berangkat. Hanya ada 2 fery besar ke Togean dan perjalanan ke Togean memakan waktu sekitar 4 jam, begitu kata seorang 'om', warga setempat.
Oke! Empat jam berfery. Lumayan lama juga ya. Awalnya sih saya enjoy aja mendengarnya, tapi pas tiba di pelabuhan, saya sedikit terkejut melihat 'fery besar' yang dimaksud si om tadi. 'Fery besar' dalam imajinasi saya adalah kapal fery yang dapat digunakan untuk penyebrangan dengan mobil, seperti fery pernyebrangan dari pulau Jawa ke Bali dan sebangsanya. Nyatanya??si Fery besar hanyalah 'seonggok' kapal kayu berukuran mini bertingkat dua yang nampak tidak mampu memiliki daya melawan badai yang sewaktu-waktu dapat menghadang di tengah lautan sono.
"Kita naik ini?"Yakin nih aman?seorang teman tiba-tiba nyeletuk.

Ternyata bukan hanya saya yang meragukan 'si fery besar'.

Tapi apa boleh buat, hanya dengan fery ini kami bisa ke Togean.
Maka sebelum peluit kapal dibunyikan, kami buru-buru membeli tiket dan naik ke atas fery. Rupanya kapal itu telah sesak dengan warga lokal yang membawa banyak barang bawaan, mulai dari hewan ternak sampe hasil kebun. Konon mereka adalah masyarakat suku Bajo yang tinggal di pulau-pulau kecil di teluk Tomini.
Bersiap berlayar bersama si 'Fery Besar'
tetap gaya meski kapalnya sesak
Selain warga lokal, para pelancong mancanegara juga  nampak duduk manis di atas fery. Beberapa teman cewek saya langsung kedip-kedip sambil cengengesan melihat bule cowok yang kinclong-kinclong. Sumprit dah..mereka emang cakep asli tanpa bahan pengawet.

Kalo saya perhatikan, dari tampang dan bahasa yang mereka gunakan, para turis itu berasal dari negara yang bevariasi. Ada yang dari Spanyol, Belanda, and Amerika.

Karena kami naik belakangan ke atas fery kami jadi rada kesulitan mencari space yang cukup buat rombongan kami. Setelah keliling-keliling mencari tempat, akhirnya kami menemukan sebuah bilik yang alhamdulillah tidak cukup bagi kami semua. Tapi lumayanlah untuk duduk berdesak-desakan selama 4 jam perjalanan laut.

*bersambung, adzan ashar berkumandang, penulisnya ciao dulu yaa*

Friday, July 20, 2012

Yang hilang kala Ramadhan tiba....

 Salah satu hal yang paling kita rindukan ketika Ramadhan tiba adalah kehangatan keluarga. Menjalankan ibadah puasa di tengah-tengah orang terkasih adalah suatu nikmat yang tiada terkira. Itulah mengapa banyak perantau yang memilih mudik di hari hari awal puasa. Alasannya agar biasa dapat awal puasa bersama keluarga di rumah.

Memang tak bisa dipungkiri. Di tengah-tengah keluarga, menjalankan ibadah puasa itu terasa semakin khusyuk dan menyenangkan. Sahur bersama, buka bersama, solat dan ngaji pun berjamaah.

Namun semakin saya besar, suasana Ramadhan semakin terasa ada yang kurang.

Waktu yang melesat begitu cepat, mengubah beberapa hal dalam kehidupan manusia. Kadang kita berharap waktu dapat statis, agar orang-orang yang kita cintai selalu berada bersama kita.

Ramadhan bertahun-tahun lalu, waktu saya masih kanak-kanak, adalah masa-masa Ramadhan terindah dalam hidup saya. Masih ada Papa dan Nenek di tengah-tengah kami. Ramadhan terasa begitu meriah. Bila solat tarawih tiba ada Papa yang mengimami, kalau hendak berbuka, ada nenek yang akan berkolaborasi dengan mama memasak di dapur.
Saya?? saya kecil akan bermain-main bersama anak tetangga atau dengan saudara sepupu yang kerap datang berkunjung kala Ramadhan tiba. Menunggu bedug magrib tiba, untuk menyantap masakan lezat mama dan nenek. Semuanya terasa mengasyikkan.

Tapi..Time goes so fast, as I am grow, some people are dissapeared.
Yeah..menghilang.

Pertengahan tahun 2005 nenek saya tercinta meninggal dunia. Quraisyin Abdul Walid, wanita penyabar yang selalu mengingatkan saya dan cucu-cucunya yang lain untuk tidak meninggalkan sholat itu pergi untuk selamanya. Sebuah kehilangan besar dalam hidup saya. Juga bagi keluarga besar kami. Memori dan kebiasaan yang kami lakukan bersama nya tinggallah kenangan.

Empat tahun kemudian, tepatnya Juli 2009, papa saya juga pergi menghadap ke haribaan Sang Pencipta. Said Ibrahim, sang guru kehidupan yang menanamkan ilmu agama dan budi pekerti kepada saya sejak kecil itupun telah tiada.
Kepergian nya meninggalkan ruang kosong di hati saya hingga detik ini.

Mereka hilang dari episode kehidupan saya selanjutnya.

Mungkin sudah cukup lama tanpa mereka. Tapi semua memori bersama mereka selalu menari-nari di ingatan. Menimbulkan rasa rindu yang teramat dalam. Terlebih ketika bulan Ramadhan tiba.

Seperti malam ini, dan di malam-malam awal Ramadhan setiap tahunnya. Di saat orang-orang mulai mengirimkan sms-sms ucapan berpuasa, rasa kehilangan itu hadir kembali. Sedikit menyesakkan.

Saat ini, di rumah kami hanya bertiga. Saya, mama dan kakak saya.
Sepi? yeah. Sangat sepi.
Ada kalanya air mata saya tergenang bila teringat mereka yang telah tiada. Papa pergi hanya sebulan sebelum Ramadhan tiba. Empat tahun lalu, ketika kami harus melewati ramadhan pertama tanpa beliau, hati saya seperti teriris-iris.

Ramadhan 2009......
Pagi yang dingin. Hari itu hari pertama puasa. Saya biasa paling susah kalau harus bangun sahur sendiri. Biasanya sih dibangunkan dan yang biasa membangunkan adalah papa. Namun pagi itu ada yang janggal. Saya tidak mendengar suara papa membangunkan saya untuk bersahur. Saya juga tidak melihatnya kala duduk di meja makan. Saya, mama dan kakak perempuan saya duduk dalam diam. Menyantap tanpa sepatah kata terucap. Lalu mata saya menangkap sesuatu yang berbeda di sudut meja. Biasanya ada empat gelas minum di atas meja yang sudah disediakan mama. Punya saya, kakak saya, mama saya, dan papa. Pagi itu tinggal tiga. Kenyataan bahwa satu gelas sudah tak terpakai lagi membuat saya menyadari bahwa papa benar-benar telah tiada. Untuk pertama kalinya sejak kepergian papa, saya merasakan kehilangan yang teramat sangat. Betul kata orang-orang, bila salah satu anggota keluarga kita meninggal, kita baru akan benar-benar merasa kehilangan ketika bulan Ramadhan tiba.
Air mata saya tidak bisa terbendung. Saya memutuskan untuk beranjak dari meja makan. Ke ruang tamu. Di sana, saya terisak hingga bahu saya terguncang keras. Saya tahu kepiluan itu bukan hanya saya yang rasakan. Mama dan kakak saya pun demikian, Tapi kami berusaha untuk tidak menunjukkan nya satu sama lain. Mungkin karena takut melukai perasaan masing masing.
Saya tidak benar-benar menyantap sahur pagi itu. Semuanya terasa hambar. Ingin rasanya saya segera kembali tidur agar tidak seorang pun melihat air mata saya pagi itu. Tapi percuma, mama sudah duluan menangkap basah saya sedang menangis tersedu di ruang tamu. Namun beliau tidak mengatakan apa-apa. 
Dari  matanya, tersirat kepedihan dan kerinduan yang sama.

Kehilangan orang yang kita cintai itu menyakitkan karena kita juga akan kehilangan kebiasaan-kebiasan hidup yang telah kita lalui bersama mereka. Itulah mengapa kita merasa sebagian dari kita juga ikut menghilang.
Hari ini, Ramadhan ke 4 tanpa papa, dan menjadi ramadhan ke 8 tanpa nenek. Ketika orang-orang pulang ke kampung halaman mereka masing-masing untuk beramai-ramai menjalani puasa bersama keluarga besar,
Saya disini...
merasa sepi.
Dan masih seperti Ramadhan sebelumnya.
Merasa kehilangan.

Marhaban Ya Ramadhan....

Lihatlah…hari berganti
Namun tiada seindah dulu
      Datanglah..aku ingin bertemu
.....

*Jumat, 20 Juli 2012, kamar, hari pertama Ramadhan, dengan mata yang sedikit tergenang.

Sunday, July 1, 2012

Euro 2012: The Dream Final!

Yay! Malam ini perhelatan akbar sepakbola di benua biru akan segera berakhir. Yeah, Spanyol vs Italy bakal jadi laga pamungkas Euro 2012. Dream final? yeah..mostly people berpendapat begitu,
Kedua tim merupakan raksasa di benua tua. Masing-masing negara memiliki liga terbaik dan prestisius di level dunia. Spanyol dengan La Liga-nya dan Italy dengan Liga Calcio-nya. Masing masing liga kerap melahirkan bintang-bintang sepakbola kenamaan. Wajar, bila sepakbola kedua negara dianggap sebagai kiblat bagi sepakbola modern.

Eniwei, kalo di suruh memilih antara Spanyol atau Italia, saya dengan sepenuh hati, tulus dan tanpa paksaan akan memilih La Furia Roja alias Tim Matador Spanyol. Why? Because I hate Italy. That simple.
Mengapa saya tidak menyukai tim berjuluk Gli Azzuri tersebut?
Jawabannya adalah...eng..ing..eng..
Saya tidak suka.

Why do I Hate Italia?

Sejak kali pertama saya tau sepak bola, waktu itu saya masih muda dan unyu-unyu, masih SMP. Waktu itu Piala Dunia 2002 Korea-Jepang, jam penanyanganya sama dengan Indonesia. Bersama almarhum papa, saya tidak pernah melewatkan satu pertandingan pun. Papa mengajarkan saya aturan-aturan sepakbola. Apa itu ofside (waktu itu saya menyebutnya 'omside'), mengapa pemain mendapat kartu, kenapa ada tendangan penalti, apa itu handsball, apa itu striker, bek dan gelandang dan apa saja tugas mereka. Tapi papa tak perlu mengajari saya untuk menilai tim mana yang harus saya pilih dan pemain bola mana yang cakep dan cuco'. Secara naluriah. saya bisa mengetahuinya dengan sendiri. Hehe. 

Maka kala itu pilihan saya jatuh pada tim Ayam Jantan Prancis (yang nasibnya tragis karena harus pulang sejak babak penyisihan*kasihan padahal masih muda*), juga pada Inggris, The Three Lions. Mau tau  kenapa saya suka tim ini? Karena sejak kecil saya ingin sekali bisa ke negerinya Ratu Elizabeth itu, sejak saya baca buku karangan Bu' De Enyd Byton (alasan saya ndak nyambung yah sama sepakbola?hoho). Lalu favorit saya berikutnya adalah Spanyol, karena saya terpesona pada Raul dan Si cakep Fernando Morientes   ( hehe, maklum lah masih ababil). Dan tentu saja sang finalis, Der Panzer, Jerman. ("Gilaa ..itu om Oliver Kahn jago banget" Saya, usia 13 tahun). Tapi entah mengapa sejak pertama melihat Tim Italy, hati dan naluri saya langsung tidak suka. Tatapan mata pemainnya yg sangat 'Cassanova' membuat saya tidak simpati. Maka sejak saat itu, saya tidak menyukai Italy (??).
Timnas Itali

Cassanova, si pemain cinta *cieh

Saya semakin tidak menyukai Itali sejak tim itu mengalahkan tim favorit saya, Prancis, dengan hasil yang menyakitkan di Final Piala Dunia 2006. Kala itu hatiku hancur mengenang dikau...berkeping-keping jadinya....♫ *plak*oke lanjut pemirsa, kala itu saya kesal luar dalem. Apalagi ada aksi pelecahan ras oleh Materazzi kepada Om Zinedine Zidane. Makin gak suka deh. Belum lagi sepakbolanya terlalu banyak skandal. Paling anyar skandal pengaturan skor, calciopoli jilid II.
Zidane Headbutt

 Hihhhh..amit..amit..udah ketahuan unfairnya.

Anehnya, di Indonesia, Italy punya banyak tifosi fanatik. Ceh..mereka gila-gilaan kalo soal membela tim pengeran biru itu. Suka alay. Bahkan ada yg sudah seperti 'menuhankan' pemain favorit mereka. Sering saya baca status teman yang alay di Twitter dan di Facebook. Parahnya, mereka suka mengumpat-umpat tim lawan, dan mengagung agungkan italy. Makanya sering banget tifosi Italy ber'tweetwar' dengan pendukung tim lawan. hedeww.
Belakangan ada yang suka ngirim sms ke saya, hanya untuk bilang "Forza Italy n bla..bla..bla.."
Ih..males banget dah.

Saking kesalnya saya sampe-sampe berikrar dalam hati " I won't marry a guy who loves Italy"

Haha, whateverlah..

If Only Torres were a moslem

Udah ah ngomongin Italy, now saya mo ngomongin tim matador Spanyol. Belakangan, tim yang di komandoi oleh Vicente Del Bosque ini makin menunjukkan kegarangannya di kancah dunia. Sejak menjuarai Euro 2008 dan World Cup 2010, tim ini menjadi tim raksasa yang disegani di seantero dunia. Pemain-pemainnya emang berkelas dan oke punya. Let's say, masa ini adalah masa emas timnas Spanyol. 

Eniwei, beberapa waktu lalu saya membaca sebuah buku yang berjudul '99 Cahaya Langit Di Eropa' sebuah buku yang berisi kisah perjalanan Hanum Salsabila Rais yang menapaktilasi perjalanan dan kejayaan islam di benua Eropa. Sungguh buku itu membuat saya bergetar. Terutama kala membaca bagian kejayaan Islam di Spanyol. Saya sampai menitikkkan air mata, ketika pada akhirnya Sultan di Kordoba harus takluk pada raja Ferdinand yang akhirnya mengusir kaum muslim keluar dari Spanyol dan mengkristenkan kembali negeri itu. Sedihnya, muslim yang tersisa di Spanyol dipaksa untuk convert keyakinan mereka bila masih terus ingin menghirup udara Spanyol, mereka bahkan  dipaksa memakan babi untuk membuktikan bahwa mereka telah murtad. Tragis.
Salah satu buku yang bikin saya merinding

Ketika saya selesai membaca bagian itu, pertandingan Spanyol melawan (entah apa, saya lupa) dimulai. Sambil menonton, pikiran saya kembali ke Spanyol masa lalu ketika Kerajaan Islam mash merajai negeri itu.
Tiba-tiba sorak sorai penonton dari televisi terdengar. Gol rupanya. Torres berlarian mengangkat tangannya sebagai selebrasi atas golnya. Hmm..Fernando Torres, bisa jadi leluhurnya adalah seorang muslim.Saya meracau dalam hati. Seandainya Spanyol tidak pernah ditaklukkan oleh Ferdinand, seandainya Spanyol masih merupakan bagian dari kesultanan Islam, seandainya Kordoba, The City Of Lights, masih menebarkan 99 cahaya ilahi di atas langitnya,  mungkin saja mereka yang berseragam Spanyol itu adalah muslim. Iker, Xavi, Fabregas, Silva...semuanya. Mungkin juga selebrasi Torres setelah menggolkan adalah sujud syukur. 
Yeahhh....If only he were a moslem.
Sungguh pikiran yang aneh dan tidak penting. Tapi cukup menggelitik hati saya yang paling dalam. Tentang sejarah kejayaan masa lalu yang telah sirna. Islam di Spanyol kini seperti sesuatu yang asing. Agama mereka kini adalah sepakbola, paling tidak itulah anggapan seorang espanola bernama Gomez yang ditemui Hanum Rais dalam perjalanannya di Spanyol.
Torres habis nge-gol
Tetapi sudahlah, sejarah kini tinggal sejarah. Yang bisa dikenang dan dijadikan pelajaran.
Sepakbola adalah sesuatu yang universal, tidak memandang suku agama ato bangsa. Jadi untuk apa menghayalkan hal yang tidak-tidak.

Semoga La Furia Roja akan kembali mengangkat piala dan mencetak sejarah baru sebagai tim yang berturut-turut merebut gelar dunia dan Eropa. Good Luck, Spain! :D
La Furia Roja

Demikian postingan tidak penting ini. Saya tidur dulu  ya, nge-charge mata buat partai final bentar. Ciaooooooo








Blogger templates

Free Cloud Cursors at www.totallyfreecursors.com
Kegagalan selalu membangkitkan rasa penasaran. Menyerah berarti berbuat kekonyolan. Bangkit, berlari dan teruslah berjuang! (rfs)

Thursday, July 26, 2012

me & my cute shoes #edisi iseng-iseng

Berhubung saya bego banget main Volly, waktu  teman-teman se grup Iowa lagi asyik maen volly di gym, saya iseng-iseng buat foto beginian. Seorang teman bilang: 'foto apaan sih??spatu??ga jelas banget.
Hehe.Iya juga sih sebenarnya.
Tapi kalo diliat-liat lucu juga.hehe.

my 3 dollar shoes :)

Friendship

Wednesday, July 25, 2012

Tuesday, July 24, 2012

Mengintip Sepenggal Surga di Kepulauan Togean #part 2

menumpuk di atas fery

Kapalpun mulai bergerak meninggalkan dermaga. Di antara hiruk pikuk penumpang, saya mencari posisi strategis untuk menikmati view laut yang indah. Karena tempat duduk di dek sudah penuh, maka saya nangkring di atas karung beras milik salah seorang penumpang yang entah kemana rimbanya. Yah, it's okelah, dari pada kaki saya pegal berdiri selama 4 jam. Beberapa teman menghilang di antara para penumpang, pergi mencari bule-bule cakep yang bisa diajak berfoto ( tipikal Indonesian sekali, hehe). Sementara yang lain memilih tidur di bilik.

Saya memilih untuk tetap duduk di atas karung beras, karena tak ingin melewatkan kesempatan menikmati pemandangan alam yang tersaji di hadapan saya. Angin laut bertiup sepoi-sepoi. Langit biru cerah, berwarna senada dengan lautan  yang berkilauan. Semakin jauh kami berkapal, semakin menakjukbkan pemandangan yang nampak. Gugusan pulau-pulau kecil tak berpenghuni berwarna kehijauan, berpadu dengan hamparan pasir putih yang berkilauan. Beberapa turis tak henti-hentinya membidik kan kamera ke berbagai arah, mengabadikan karya Tuhan yang luar biasa itu.
Gugusan Pulau-pulau kecil


Sedang asyik-asyiknya menikmati pemandangan, tiba-tiba ekor mata saya menangkap seorang ibu berusia paruh baya yang dengan santainya membuang botol pulpy orange kosong ke laut. Buset dah ini ibu, gerutu saya dalam hati. Belum hilang kekesalan saya, si ibu kembali membuang tongkol jagung rebusnya. Dengan gusar saya mendekatinya,

"Aduh bu, sampahnya jangan di buang di laut, nanti lautnya kotor" kata saya berusaha untuk tidak terkesan menggurui.

Si ibu dengan cueknya bilang
" Ah nda apa-apa, di bawa ombak juga hilang nanti"

Lalu desye lanjut mengunyah jagung rebus yang ke sekian biji.

"Hilang kemana??ke Hongkong?" Umpat saya dalam hati.
Dengan gusar saya meninggalkan si ibu. Susah juga ngomong sama orang yang pemikirannya masih 'primitif'. Masa buang sampah di laut? sekate laut TPS? Ibu itu nyadar gak sih kalo laut yang baru dia jadiin tempat sampah itu tempat hidup bagi makhluk lain? Coba kalau tempat tinggalnya dijadiin tempat sampah bagi orang lain?pasti kesal.

Saya mendelik ke arah si ibu, doski sih gak nyadar karena lagi asyik makan jagung rebus. 
Tiba-tiba pemandangan yang tadinya indah dan menawan kini berubah menjadi 'mengerikan'. Tumpukan sampah menggenang kira-kira sepanjang satu kilo meter di tengah lautan. Nah ini dia! Karena para penumpang kapal yang lewat kerap membuang sampah sembarangan,jadinya seperti ini. Sampahnya terkumpul menjadi satu, menari-nari mengikuti irama ombak. Dalam hati saya merasa prihatin. Mengapa kesadaran masyarakat kita masih kurang soal menjaga kelestarian lingkungan? tidakkah mereka sadar akan dampak yang dapat diperoleh akibat demikian? Ekosistem di kepulauan Togean yang merupakan salah satu potensi Sulawesi Tengah bisa saja rusak oleh tangan-tangan penduduknya sendiri. Tidak sadarkah mereka bahwa Tuhan telah menitipkan sepenggal surga di tanah mereka? 'Surga' yang membuat turis-turis asing rela menempuh ribuan kilo dan membayar mahal  untuk melihatnya.

Ah,,menyedihkan.

*masih bersambung



Monday, July 23, 2012

Mengintip Sepenggal Surga di Kepulauan Togean #part 1

Apa yang paling menyenangkan bagi para pekerja kantoran selain libur kejepit?yaitu libur yang berada pas diantara hari kerja dan weekend. Sepertinya libur kejepit adalah nikmat paling luar biasa bagi kami, kaum buruh yang setiap harinya disibukkan oleh rutinitas mencari secuil rejeki bagi anak istri. hoh!
Sebagai buruh, libur kejepit kerap saya manfaat kan untuk nyantai di rumah ato travelling ke tempat-tempat yang menarik.

Hari itu, kebetulan adalah libur nasional yang' terjepit', dan sebuah ajakan tak terduga datang kepada saya. Salah seorang teman kantor mengajak untuk liburan ke Pulau Togean. Yeah Togean!. Tanpa ba-bi-bu, saya yang lagi asyik ngemil kacang atom garuda langsung mengangguk-angguk dengan bersemangat.
Alhasil, saya keselek kacang garuda.
*ini kacangku!

Sudah bertahun tahun lamanya saya memendam hasrat untuk mengunjungi pulau eksotis di teluk Tomini itu. Togean, meski kalah popular dengan Bunaken atau Raja Ampat, merupakan salah satu destinasi wisata bagi turis manca negara. Yeah! Turis manca negara. Di saat Togean telupakan oleh masyrakat domestik, para turis dari berbagai belahan dunia justru berbondong-bondong menikmati keindahannya. Menurut apa yang pernah saya baca tentang Togean, kepulauan Togean ini memiliki kekayaan bawah laut yang luar biasa, mulai dari spesies karang, jenis ikan dan banyak lagi. Beberapa di antaranya adalah spesies endemik asli kepulauan tersebut. Itu berarti you can't find them in other part on earth!

Maka hari itu juga, sepulang kantor, saya bergegas pulang ke rumah untuk packing. Dalam sekejap, backpack saya sudah terisi segala kebutuhan travelling untuk tiga hari.

Rencananya kami akan bermobil pukul 4 sore dari Palu menuju Ampana, di Kabupaten Tojo Una-Una. Sekitar 11 jam via darat. Namun karena ada beberapa hal yang belum terselesaikan, maka kami baru bisa berangkat pukul 9 malam. Mengendarai mobil Avanza yang dapat menampung 7 makhluk Tuhan paling sexy, saya dan beberapa teman kantor berhimpit himpitan menuju Ampana. Bagi saya perjalanan 11 jam dan duduk berdesakan di dalam mobil bukanlah masalah besar, yang penting saya ke Togean.

Perjalanan darat yang kami lalui awalnya cukup lancar, aman dan menyenangkan sebelum akhirnya, ketika waktu telah menunjukkan lewat tengah malam, kami tersesat.
Yeah tersesat!
tersesat tengah malam
Teman saya yang men-joki selama perjalanan berbelok ke arah yang salah.Alih-alih ke arah Ampana doski malah nyasar ke jalan entah kemana.  Nanti sudah hampir 10 kilo baru kami menyadari bahwa kami salah jalan. Pantas saja jalanannya semakin lama semakin sempit, rumah warga juga semakin jarang.

Selamat datang di Ampana
Setelah tersesat dan terkantuk-kantuk, sekitar pukul 7 pagi kami memasuki kota ampana. Ampana merupakan ibu kota Kabupaten Tojo Una-Una. Wilayahnya kurang lebih sama dengan kota Poso. Di Ampana kami mampir di rumah kerabat salah seorang teman untuk numpang beristirahat sejenak, numpang mandi dan sekalian numpang makan. hehe.
Sekitar satu jam kami melepas penat setelah berkendera berjam-jam. Pukul 9 pagi kami bergegas ke Pelabuhan Ampana, sebab pukul 10 pagi, fery yang akan memboyong kami ke Togean akan segera berangkat. Hanya ada 2 fery besar ke Togean dan perjalanan ke Togean memakan waktu sekitar 4 jam, begitu kata seorang 'om', warga setempat.
Oke! Empat jam berfery. Lumayan lama juga ya. Awalnya sih saya enjoy aja mendengarnya, tapi pas tiba di pelabuhan, saya sedikit terkejut melihat 'fery besar' yang dimaksud si om tadi. 'Fery besar' dalam imajinasi saya adalah kapal fery yang dapat digunakan untuk penyebrangan dengan mobil, seperti fery pernyebrangan dari pulau Jawa ke Bali dan sebangsanya. Nyatanya??si Fery besar hanyalah 'seonggok' kapal kayu berukuran mini bertingkat dua yang nampak tidak mampu memiliki daya melawan badai yang sewaktu-waktu dapat menghadang di tengah lautan sono.
"Kita naik ini?"Yakin nih aman?seorang teman tiba-tiba nyeletuk.

Ternyata bukan hanya saya yang meragukan 'si fery besar'.

Tapi apa boleh buat, hanya dengan fery ini kami bisa ke Togean.
Maka sebelum peluit kapal dibunyikan, kami buru-buru membeli tiket dan naik ke atas fery. Rupanya kapal itu telah sesak dengan warga lokal yang membawa banyak barang bawaan, mulai dari hewan ternak sampe hasil kebun. Konon mereka adalah masyarakat suku Bajo yang tinggal di pulau-pulau kecil di teluk Tomini.
Bersiap berlayar bersama si 'Fery Besar'
tetap gaya meski kapalnya sesak
Selain warga lokal, para pelancong mancanegara juga  nampak duduk manis di atas fery. Beberapa teman cewek saya langsung kedip-kedip sambil cengengesan melihat bule cowok yang kinclong-kinclong. Sumprit dah..mereka emang cakep asli tanpa bahan pengawet.

Kalo saya perhatikan, dari tampang dan bahasa yang mereka gunakan, para turis itu berasal dari negara yang bevariasi. Ada yang dari Spanyol, Belanda, and Amerika.

Karena kami naik belakangan ke atas fery kami jadi rada kesulitan mencari space yang cukup buat rombongan kami. Setelah keliling-keliling mencari tempat, akhirnya kami menemukan sebuah bilik yang alhamdulillah tidak cukup bagi kami semua. Tapi lumayanlah untuk duduk berdesak-desakan selama 4 jam perjalanan laut.

*bersambung, adzan ashar berkumandang, penulisnya ciao dulu yaa*

Friday, July 20, 2012

Yang hilang kala Ramadhan tiba....

 Salah satu hal yang paling kita rindukan ketika Ramadhan tiba adalah kehangatan keluarga. Menjalankan ibadah puasa di tengah-tengah orang terkasih adalah suatu nikmat yang tiada terkira. Itulah mengapa banyak perantau yang memilih mudik di hari hari awal puasa. Alasannya agar biasa dapat awal puasa bersama keluarga di rumah.

Memang tak bisa dipungkiri. Di tengah-tengah keluarga, menjalankan ibadah puasa itu terasa semakin khusyuk dan menyenangkan. Sahur bersama, buka bersama, solat dan ngaji pun berjamaah.

Namun semakin saya besar, suasana Ramadhan semakin terasa ada yang kurang.

Waktu yang melesat begitu cepat, mengubah beberapa hal dalam kehidupan manusia. Kadang kita berharap waktu dapat statis, agar orang-orang yang kita cintai selalu berada bersama kita.

Ramadhan bertahun-tahun lalu, waktu saya masih kanak-kanak, adalah masa-masa Ramadhan terindah dalam hidup saya. Masih ada Papa dan Nenek di tengah-tengah kami. Ramadhan terasa begitu meriah. Bila solat tarawih tiba ada Papa yang mengimami, kalau hendak berbuka, ada nenek yang akan berkolaborasi dengan mama memasak di dapur.
Saya?? saya kecil akan bermain-main bersama anak tetangga atau dengan saudara sepupu yang kerap datang berkunjung kala Ramadhan tiba. Menunggu bedug magrib tiba, untuk menyantap masakan lezat mama dan nenek. Semuanya terasa mengasyikkan.

Tapi..Time goes so fast, as I am grow, some people are dissapeared.
Yeah..menghilang.

Pertengahan tahun 2005 nenek saya tercinta meninggal dunia. Quraisyin Abdul Walid, wanita penyabar yang selalu mengingatkan saya dan cucu-cucunya yang lain untuk tidak meninggalkan sholat itu pergi untuk selamanya. Sebuah kehilangan besar dalam hidup saya. Juga bagi keluarga besar kami. Memori dan kebiasaan yang kami lakukan bersama nya tinggallah kenangan.

Empat tahun kemudian, tepatnya Juli 2009, papa saya juga pergi menghadap ke haribaan Sang Pencipta. Said Ibrahim, sang guru kehidupan yang menanamkan ilmu agama dan budi pekerti kepada saya sejak kecil itupun telah tiada.
Kepergian nya meninggalkan ruang kosong di hati saya hingga detik ini.

Mereka hilang dari episode kehidupan saya selanjutnya.

Mungkin sudah cukup lama tanpa mereka. Tapi semua memori bersama mereka selalu menari-nari di ingatan. Menimbulkan rasa rindu yang teramat dalam. Terlebih ketika bulan Ramadhan tiba.

Seperti malam ini, dan di malam-malam awal Ramadhan setiap tahunnya. Di saat orang-orang mulai mengirimkan sms-sms ucapan berpuasa, rasa kehilangan itu hadir kembali. Sedikit menyesakkan.

Saat ini, di rumah kami hanya bertiga. Saya, mama dan kakak saya.
Sepi? yeah. Sangat sepi.
Ada kalanya air mata saya tergenang bila teringat mereka yang telah tiada. Papa pergi hanya sebulan sebelum Ramadhan tiba. Empat tahun lalu, ketika kami harus melewati ramadhan pertama tanpa beliau, hati saya seperti teriris-iris.

Ramadhan 2009......
Pagi yang dingin. Hari itu hari pertama puasa. Saya biasa paling susah kalau harus bangun sahur sendiri. Biasanya sih dibangunkan dan yang biasa membangunkan adalah papa. Namun pagi itu ada yang janggal. Saya tidak mendengar suara papa membangunkan saya untuk bersahur. Saya juga tidak melihatnya kala duduk di meja makan. Saya, mama dan kakak perempuan saya duduk dalam diam. Menyantap tanpa sepatah kata terucap. Lalu mata saya menangkap sesuatu yang berbeda di sudut meja. Biasanya ada empat gelas minum di atas meja yang sudah disediakan mama. Punya saya, kakak saya, mama saya, dan papa. Pagi itu tinggal tiga. Kenyataan bahwa satu gelas sudah tak terpakai lagi membuat saya menyadari bahwa papa benar-benar telah tiada. Untuk pertama kalinya sejak kepergian papa, saya merasakan kehilangan yang teramat sangat. Betul kata orang-orang, bila salah satu anggota keluarga kita meninggal, kita baru akan benar-benar merasa kehilangan ketika bulan Ramadhan tiba.
Air mata saya tidak bisa terbendung. Saya memutuskan untuk beranjak dari meja makan. Ke ruang tamu. Di sana, saya terisak hingga bahu saya terguncang keras. Saya tahu kepiluan itu bukan hanya saya yang rasakan. Mama dan kakak saya pun demikian, Tapi kami berusaha untuk tidak menunjukkan nya satu sama lain. Mungkin karena takut melukai perasaan masing masing.
Saya tidak benar-benar menyantap sahur pagi itu. Semuanya terasa hambar. Ingin rasanya saya segera kembali tidur agar tidak seorang pun melihat air mata saya pagi itu. Tapi percuma, mama sudah duluan menangkap basah saya sedang menangis tersedu di ruang tamu. Namun beliau tidak mengatakan apa-apa. 
Dari  matanya, tersirat kepedihan dan kerinduan yang sama.

Kehilangan orang yang kita cintai itu menyakitkan karena kita juga akan kehilangan kebiasaan-kebiasan hidup yang telah kita lalui bersama mereka. Itulah mengapa kita merasa sebagian dari kita juga ikut menghilang.
Hari ini, Ramadhan ke 4 tanpa papa, dan menjadi ramadhan ke 8 tanpa nenek. Ketika orang-orang pulang ke kampung halaman mereka masing-masing untuk beramai-ramai menjalani puasa bersama keluarga besar,
Saya disini...
merasa sepi.
Dan masih seperti Ramadhan sebelumnya.
Merasa kehilangan.

Marhaban Ya Ramadhan....

Lihatlah…hari berganti
Namun tiada seindah dulu
      Datanglah..aku ingin bertemu
.....

*Jumat, 20 Juli 2012, kamar, hari pertama Ramadhan, dengan mata yang sedikit tergenang.

Sunday, July 1, 2012

Euro 2012: The Dream Final!

Yay! Malam ini perhelatan akbar sepakbola di benua biru akan segera berakhir. Yeah, Spanyol vs Italy bakal jadi laga pamungkas Euro 2012. Dream final? yeah..mostly people berpendapat begitu,
Kedua tim merupakan raksasa di benua tua. Masing-masing negara memiliki liga terbaik dan prestisius di level dunia. Spanyol dengan La Liga-nya dan Italy dengan Liga Calcio-nya. Masing masing liga kerap melahirkan bintang-bintang sepakbola kenamaan. Wajar, bila sepakbola kedua negara dianggap sebagai kiblat bagi sepakbola modern.

Eniwei, kalo di suruh memilih antara Spanyol atau Italia, saya dengan sepenuh hati, tulus dan tanpa paksaan akan memilih La Furia Roja alias Tim Matador Spanyol. Why? Because I hate Italy. That simple.
Mengapa saya tidak menyukai tim berjuluk Gli Azzuri tersebut?
Jawabannya adalah...eng..ing..eng..
Saya tidak suka.

Why do I Hate Italia?

Sejak kali pertama saya tau sepak bola, waktu itu saya masih muda dan unyu-unyu, masih SMP. Waktu itu Piala Dunia 2002 Korea-Jepang, jam penanyanganya sama dengan Indonesia. Bersama almarhum papa, saya tidak pernah melewatkan satu pertandingan pun. Papa mengajarkan saya aturan-aturan sepakbola. Apa itu ofside (waktu itu saya menyebutnya 'omside'), mengapa pemain mendapat kartu, kenapa ada tendangan penalti, apa itu handsball, apa itu striker, bek dan gelandang dan apa saja tugas mereka. Tapi papa tak perlu mengajari saya untuk menilai tim mana yang harus saya pilih dan pemain bola mana yang cakep dan cuco'. Secara naluriah. saya bisa mengetahuinya dengan sendiri. Hehe. 

Maka kala itu pilihan saya jatuh pada tim Ayam Jantan Prancis (yang nasibnya tragis karena harus pulang sejak babak penyisihan*kasihan padahal masih muda*), juga pada Inggris, The Three Lions. Mau tau  kenapa saya suka tim ini? Karena sejak kecil saya ingin sekali bisa ke negerinya Ratu Elizabeth itu, sejak saya baca buku karangan Bu' De Enyd Byton (alasan saya ndak nyambung yah sama sepakbola?hoho). Lalu favorit saya berikutnya adalah Spanyol, karena saya terpesona pada Raul dan Si cakep Fernando Morientes   ( hehe, maklum lah masih ababil). Dan tentu saja sang finalis, Der Panzer, Jerman. ("Gilaa ..itu om Oliver Kahn jago banget" Saya, usia 13 tahun). Tapi entah mengapa sejak pertama melihat Tim Italy, hati dan naluri saya langsung tidak suka. Tatapan mata pemainnya yg sangat 'Cassanova' membuat saya tidak simpati. Maka sejak saat itu, saya tidak menyukai Italy (??).
Timnas Itali

Cassanova, si pemain cinta *cieh

Saya semakin tidak menyukai Itali sejak tim itu mengalahkan tim favorit saya, Prancis, dengan hasil yang menyakitkan di Final Piala Dunia 2006. Kala itu hatiku hancur mengenang dikau...berkeping-keping jadinya....♫ *plak*oke lanjut pemirsa, kala itu saya kesal luar dalem. Apalagi ada aksi pelecahan ras oleh Materazzi kepada Om Zinedine Zidane. Makin gak suka deh. Belum lagi sepakbolanya terlalu banyak skandal. Paling anyar skandal pengaturan skor, calciopoli jilid II.
Zidane Headbutt

 Hihhhh..amit..amit..udah ketahuan unfairnya.

Anehnya, di Indonesia, Italy punya banyak tifosi fanatik. Ceh..mereka gila-gilaan kalo soal membela tim pengeran biru itu. Suka alay. Bahkan ada yg sudah seperti 'menuhankan' pemain favorit mereka. Sering saya baca status teman yang alay di Twitter dan di Facebook. Parahnya, mereka suka mengumpat-umpat tim lawan, dan mengagung agungkan italy. Makanya sering banget tifosi Italy ber'tweetwar' dengan pendukung tim lawan. hedeww.
Belakangan ada yang suka ngirim sms ke saya, hanya untuk bilang "Forza Italy n bla..bla..bla.."
Ih..males banget dah.

Saking kesalnya saya sampe-sampe berikrar dalam hati " I won't marry a guy who loves Italy"

Haha, whateverlah..

If Only Torres were a moslem

Udah ah ngomongin Italy, now saya mo ngomongin tim matador Spanyol. Belakangan, tim yang di komandoi oleh Vicente Del Bosque ini makin menunjukkan kegarangannya di kancah dunia. Sejak menjuarai Euro 2008 dan World Cup 2010, tim ini menjadi tim raksasa yang disegani di seantero dunia. Pemain-pemainnya emang berkelas dan oke punya. Let's say, masa ini adalah masa emas timnas Spanyol. 

Eniwei, beberapa waktu lalu saya membaca sebuah buku yang berjudul '99 Cahaya Langit Di Eropa' sebuah buku yang berisi kisah perjalanan Hanum Salsabila Rais yang menapaktilasi perjalanan dan kejayaan islam di benua Eropa. Sungguh buku itu membuat saya bergetar. Terutama kala membaca bagian kejayaan Islam di Spanyol. Saya sampai menitikkkan air mata, ketika pada akhirnya Sultan di Kordoba harus takluk pada raja Ferdinand yang akhirnya mengusir kaum muslim keluar dari Spanyol dan mengkristenkan kembali negeri itu. Sedihnya, muslim yang tersisa di Spanyol dipaksa untuk convert keyakinan mereka bila masih terus ingin menghirup udara Spanyol, mereka bahkan  dipaksa memakan babi untuk membuktikan bahwa mereka telah murtad. Tragis.
Salah satu buku yang bikin saya merinding

Ketika saya selesai membaca bagian itu, pertandingan Spanyol melawan (entah apa, saya lupa) dimulai. Sambil menonton, pikiran saya kembali ke Spanyol masa lalu ketika Kerajaan Islam mash merajai negeri itu.
Tiba-tiba sorak sorai penonton dari televisi terdengar. Gol rupanya. Torres berlarian mengangkat tangannya sebagai selebrasi atas golnya. Hmm..Fernando Torres, bisa jadi leluhurnya adalah seorang muslim.Saya meracau dalam hati. Seandainya Spanyol tidak pernah ditaklukkan oleh Ferdinand, seandainya Spanyol masih merupakan bagian dari kesultanan Islam, seandainya Kordoba, The City Of Lights, masih menebarkan 99 cahaya ilahi di atas langitnya,  mungkin saja mereka yang berseragam Spanyol itu adalah muslim. Iker, Xavi, Fabregas, Silva...semuanya. Mungkin juga selebrasi Torres setelah menggolkan adalah sujud syukur. 
Yeahhh....If only he were a moslem.
Sungguh pikiran yang aneh dan tidak penting. Tapi cukup menggelitik hati saya yang paling dalam. Tentang sejarah kejayaan masa lalu yang telah sirna. Islam di Spanyol kini seperti sesuatu yang asing. Agama mereka kini adalah sepakbola, paling tidak itulah anggapan seorang espanola bernama Gomez yang ditemui Hanum Rais dalam perjalanannya di Spanyol.
Torres habis nge-gol
Tetapi sudahlah, sejarah kini tinggal sejarah. Yang bisa dikenang dan dijadikan pelajaran.
Sepakbola adalah sesuatu yang universal, tidak memandang suku agama ato bangsa. Jadi untuk apa menghayalkan hal yang tidak-tidak.

Semoga La Furia Roja akan kembali mengangkat piala dan mencetak sejarah baru sebagai tim yang berturut-turut merebut gelar dunia dan Eropa. Good Luck, Spain! :D
La Furia Roja

Demikian postingan tidak penting ini. Saya tidur dulu  ya, nge-charge mata buat partai final bentar. Ciaooooooo