Monday, February 13, 2012

Good Bye Stories.. #Part 2

Sekitar 45 menit van kami melaju menuju Ibu kota Iowa, Des Moines. Pukul 6 lebih sedikit, kami tiba di DSM International Airport. Meski matahari telah bersinar, udara masih tetap menusuk. Angin pagi Iowa, membuat saya menggigil.

Setelah semua barang diturunkan, kami segera chek in untuk flight menuju Minnesota. Sebelumnya, kami mengucapkan salam perpisahan kepada Jared dan Jessie, pengajar di IEOP yang telah menyempatkan diri untuk mengantar kami hingga ke Des Moines. ‘Paman Jessie’ lelaki datar yang mengatai dirinya sendiri sebagai pribadi yang membosankan, tersenyum ke  arah kami sesaat ketika kami hendak masuk ke bandara.
Ah, Jessie…bagaimanapun, saya tidak akan pernah lupa, ketabahannya menemani dan menjaga kami selama  trip di Chicago sebulan yang lalu.

Kami terbang ke Mineapollis sekitar pukul 8 pagi dengan menumpang Delta Airlines berukuran mini.


 Checkin at DSM Airport

Di Mineapolis, kami harus menunggu cukup lama sebelum boarding menuju Indonesia. Hmm, baguslah. Paling tidak, kami masih memiliki beberapa jam di Amerika. Untuk membunuh waktu, saya menyempatkan jalan-jalan disekitaran bandara. Pemandangan di luar bandara tidak semenarik ketika datang dulu, tidak ada salju di luar sana. Ternyata bandaranya memang gede (seperti perkiraan sebelumnya). Saya setengah berharap dapat bertemu dengan artis  seperti ketika datang dulu. Tengok kiri kanan, saya tidak menemukan tanda-tanda Taylor Swift atau Rihanna sedang jalan-jalan di St Paul. Akhirnya saya memutuskan untuk kembali bersama teman-teman di ruang tunggu. Ms. Xiong mengajak kami berfoto satu persatu. Ia juga membagikan hadiah perpisahan. Coklat dan kartu berisi  kata-kata perpisahan.


Minnesota again!

****

Detik demi detik berlalu,
dan tibalah saat itu, ketika panggilan untuk penumpang Delta Airlines kami bergema, kami tahu, hanya dalam beberapa menit, kami tidak akan melihat Ms.Xiong dan Amerika lagi (mungkin nanti dimasa depan, tetapi bukankah kata ‘mungkin’ tidak selalu memberikan kepastian??).
Saat itulah puncak haru biru kami. Satu persatu, kami menyalami dan memeluk Ms.Xiong  sambil berlinangan air mata.

Sungguh, momen itu adalah salah satu momen paling mengharukan sepanjang hidup saya. Saya tak akan lupa saat-saat terakhir bersama perempuan yang telah mendampingi kami selama dua bulan terakhir, menyayangi kami selayaknya anak sendiri. Alyssa Xiong,  mungkin hanya dua bulan kami mengenalnya. Tetapi, dua bulan itu telah memberikan kamibanyak pelajaran berharga. Kata-katanya yang penuh motivasi,inspirasi,dan nasehat tak akan pernah kami lupakan hingga akhir hayat.


Our Beloved American Mom: Alyssa Xiong

 Bila saya ingat-ingat, adegan di bandara Mineapolis itu layaknya adegan perpisahan di film2 yang sering saya tonton. Ada pelukan, ada tangis dan air mata. Namun, diantara haru biru itu, disaat semua orang menangis tersedu-sedu, salah seorang dari kami tidak nampak meneteskan airmata, tidak  sedih.
Sama sekali.
Orang itu adalah Zamzami, bujang Aceh yang memang selalu nampak riang gembira di segala situasi dan kondisi. Seperti biasa, ia selalu tersenyum lebar dan nampak tak ada beban. Saya tak habis pikir,bagaimana mungkin ia tidak bersedih di saat-saat terakhir kami di negeri paman sam. Sambil tersenyum Zamzami hanya berkata (dengan logat melayunya seperti biasa): “This is not the end, we will meet again, someday, Ms.Xiong”.
Grup kami pun dipanggil untuk segera boarding. Kami berbaris satu-satu bersiap memasuki pesawat. Ms.Xiong mengawasi kami sambil melambaikan tangan. Sesekali ia nampak terisak. Kami pun demikian.

Beberapa penumpang lainnya melirik ingin tahu mengapa  wajah kami coreng moreng dengan air mata dan nampak sebegitu sedihnya. Dalam hati saya berguman “Kalian hanya tidak pernah ikut IELSP, dan  tidak pernah tahu bagaimana rasanya ketika semuanya berakhir
Dan ketika waktu nya untuk masuk ke pesawat telah tiba, saya kembali menoleh kearah Ms.Xiong. Ia masih melambai dan tersenyum. Seiring dengan langkah kaki kami perlahan, senyum hangatnya hilang dari pandangan.
Saya kembali terisak.
***
Beberapa menit kemudian, Delta Airlines mulai bergerak dan bersiap lepas landas. Semakin lama, semakin cepat. Dari kaca pesawat, saya memandangi langit Amerika. Hari itu mendung. Semendung hati kami.

Perlahan..roda-roda pesawat terasa mulai beranjak naik.
Dan dalam sekejap, Delta Airlines menderu mengangkasa...
 membawa kami pulang, kembali ke dekapan Ibu Pertiwi…..


Selamat tinggal, Paman….I promise to see you again :)

Return to the real life :D

No comments:

Post a Comment

Monday, February 13, 2012

Good Bye Stories.. #Part 2

Sekitar 45 menit van kami melaju menuju Ibu kota Iowa, Des Moines. Pukul 6 lebih sedikit, kami tiba di DSM International Airport. Meski matahari telah bersinar, udara masih tetap menusuk. Angin pagi Iowa, membuat saya menggigil.

Setelah semua barang diturunkan, kami segera chek in untuk flight menuju Minnesota. Sebelumnya, kami mengucapkan salam perpisahan kepada Jared dan Jessie, pengajar di IEOP yang telah menyempatkan diri untuk mengantar kami hingga ke Des Moines. ‘Paman Jessie’ lelaki datar yang mengatai dirinya sendiri sebagai pribadi yang membosankan, tersenyum ke  arah kami sesaat ketika kami hendak masuk ke bandara.
Ah, Jessie…bagaimanapun, saya tidak akan pernah lupa, ketabahannya menemani dan menjaga kami selama  trip di Chicago sebulan yang lalu.

Kami terbang ke Mineapollis sekitar pukul 8 pagi dengan menumpang Delta Airlines berukuran mini.


 Checkin at DSM Airport

Di Mineapolis, kami harus menunggu cukup lama sebelum boarding menuju Indonesia. Hmm, baguslah. Paling tidak, kami masih memiliki beberapa jam di Amerika. Untuk membunuh waktu, saya menyempatkan jalan-jalan disekitaran bandara. Pemandangan di luar bandara tidak semenarik ketika datang dulu, tidak ada salju di luar sana. Ternyata bandaranya memang gede (seperti perkiraan sebelumnya). Saya setengah berharap dapat bertemu dengan artis  seperti ketika datang dulu. Tengok kiri kanan, saya tidak menemukan tanda-tanda Taylor Swift atau Rihanna sedang jalan-jalan di St Paul. Akhirnya saya memutuskan untuk kembali bersama teman-teman di ruang tunggu. Ms. Xiong mengajak kami berfoto satu persatu. Ia juga membagikan hadiah perpisahan. Coklat dan kartu berisi  kata-kata perpisahan.


Minnesota again!

****

Detik demi detik berlalu,
dan tibalah saat itu, ketika panggilan untuk penumpang Delta Airlines kami bergema, kami tahu, hanya dalam beberapa menit, kami tidak akan melihat Ms.Xiong dan Amerika lagi (mungkin nanti dimasa depan, tetapi bukankah kata ‘mungkin’ tidak selalu memberikan kepastian??).
Saat itulah puncak haru biru kami. Satu persatu, kami menyalami dan memeluk Ms.Xiong  sambil berlinangan air mata.

Sungguh, momen itu adalah salah satu momen paling mengharukan sepanjang hidup saya. Saya tak akan lupa saat-saat terakhir bersama perempuan yang telah mendampingi kami selama dua bulan terakhir, menyayangi kami selayaknya anak sendiri. Alyssa Xiong,  mungkin hanya dua bulan kami mengenalnya. Tetapi, dua bulan itu telah memberikan kamibanyak pelajaran berharga. Kata-katanya yang penuh motivasi,inspirasi,dan nasehat tak akan pernah kami lupakan hingga akhir hayat.


Our Beloved American Mom: Alyssa Xiong

 Bila saya ingat-ingat, adegan di bandara Mineapolis itu layaknya adegan perpisahan di film2 yang sering saya tonton. Ada pelukan, ada tangis dan air mata. Namun, diantara haru biru itu, disaat semua orang menangis tersedu-sedu, salah seorang dari kami tidak nampak meneteskan airmata, tidak  sedih.
Sama sekali.
Orang itu adalah Zamzami, bujang Aceh yang memang selalu nampak riang gembira di segala situasi dan kondisi. Seperti biasa, ia selalu tersenyum lebar dan nampak tak ada beban. Saya tak habis pikir,bagaimana mungkin ia tidak bersedih di saat-saat terakhir kami di negeri paman sam. Sambil tersenyum Zamzami hanya berkata (dengan logat melayunya seperti biasa): “This is not the end, we will meet again, someday, Ms.Xiong”.
Grup kami pun dipanggil untuk segera boarding. Kami berbaris satu-satu bersiap memasuki pesawat. Ms.Xiong mengawasi kami sambil melambaikan tangan. Sesekali ia nampak terisak. Kami pun demikian.

Beberapa penumpang lainnya melirik ingin tahu mengapa  wajah kami coreng moreng dengan air mata dan nampak sebegitu sedihnya. Dalam hati saya berguman “Kalian hanya tidak pernah ikut IELSP, dan  tidak pernah tahu bagaimana rasanya ketika semuanya berakhir
Dan ketika waktu nya untuk masuk ke pesawat telah tiba, saya kembali menoleh kearah Ms.Xiong. Ia masih melambai dan tersenyum. Seiring dengan langkah kaki kami perlahan, senyum hangatnya hilang dari pandangan.
Saya kembali terisak.
***
Beberapa menit kemudian, Delta Airlines mulai bergerak dan bersiap lepas landas. Semakin lama, semakin cepat. Dari kaca pesawat, saya memandangi langit Amerika. Hari itu mendung. Semendung hati kami.

Perlahan..roda-roda pesawat terasa mulai beranjak naik.
Dan dalam sekejap, Delta Airlines menderu mengangkasa...
 membawa kami pulang, kembali ke dekapan Ibu Pertiwi…..


Selamat tinggal, Paman….I promise to see you again :)

Return to the real life :D

No comments:

Post a Comment

Blogger templates

Free Cloud Cursors at www.totallyfreecursors.com
Kegagalan selalu membangkitkan rasa penasaran. Menyerah berarti berbuat kekonyolan. Bangkit, berlari dan teruslah berjuang! (rfs)

Monday, February 13, 2012

Good Bye Stories.. #Part 2

Sekitar 45 menit van kami melaju menuju Ibu kota Iowa, Des Moines. Pukul 6 lebih sedikit, kami tiba di DSM International Airport. Meski matahari telah bersinar, udara masih tetap menusuk. Angin pagi Iowa, membuat saya menggigil.

Setelah semua barang diturunkan, kami segera chek in untuk flight menuju Minnesota. Sebelumnya, kami mengucapkan salam perpisahan kepada Jared dan Jessie, pengajar di IEOP yang telah menyempatkan diri untuk mengantar kami hingga ke Des Moines. ‘Paman Jessie’ lelaki datar yang mengatai dirinya sendiri sebagai pribadi yang membosankan, tersenyum ke  arah kami sesaat ketika kami hendak masuk ke bandara.
Ah, Jessie…bagaimanapun, saya tidak akan pernah lupa, ketabahannya menemani dan menjaga kami selama  trip di Chicago sebulan yang lalu.

Kami terbang ke Mineapollis sekitar pukul 8 pagi dengan menumpang Delta Airlines berukuran mini.


 Checkin at DSM Airport

Di Mineapolis, kami harus menunggu cukup lama sebelum boarding menuju Indonesia. Hmm, baguslah. Paling tidak, kami masih memiliki beberapa jam di Amerika. Untuk membunuh waktu, saya menyempatkan jalan-jalan disekitaran bandara. Pemandangan di luar bandara tidak semenarik ketika datang dulu, tidak ada salju di luar sana. Ternyata bandaranya memang gede (seperti perkiraan sebelumnya). Saya setengah berharap dapat bertemu dengan artis  seperti ketika datang dulu. Tengok kiri kanan, saya tidak menemukan tanda-tanda Taylor Swift atau Rihanna sedang jalan-jalan di St Paul. Akhirnya saya memutuskan untuk kembali bersama teman-teman di ruang tunggu. Ms. Xiong mengajak kami berfoto satu persatu. Ia juga membagikan hadiah perpisahan. Coklat dan kartu berisi  kata-kata perpisahan.


Minnesota again!

****

Detik demi detik berlalu,
dan tibalah saat itu, ketika panggilan untuk penumpang Delta Airlines kami bergema, kami tahu, hanya dalam beberapa menit, kami tidak akan melihat Ms.Xiong dan Amerika lagi (mungkin nanti dimasa depan, tetapi bukankah kata ‘mungkin’ tidak selalu memberikan kepastian??).
Saat itulah puncak haru biru kami. Satu persatu, kami menyalami dan memeluk Ms.Xiong  sambil berlinangan air mata.

Sungguh, momen itu adalah salah satu momen paling mengharukan sepanjang hidup saya. Saya tak akan lupa saat-saat terakhir bersama perempuan yang telah mendampingi kami selama dua bulan terakhir, menyayangi kami selayaknya anak sendiri. Alyssa Xiong,  mungkin hanya dua bulan kami mengenalnya. Tetapi, dua bulan itu telah memberikan kamibanyak pelajaran berharga. Kata-katanya yang penuh motivasi,inspirasi,dan nasehat tak akan pernah kami lupakan hingga akhir hayat.


Our Beloved American Mom: Alyssa Xiong

 Bila saya ingat-ingat, adegan di bandara Mineapolis itu layaknya adegan perpisahan di film2 yang sering saya tonton. Ada pelukan, ada tangis dan air mata. Namun, diantara haru biru itu, disaat semua orang menangis tersedu-sedu, salah seorang dari kami tidak nampak meneteskan airmata, tidak  sedih.
Sama sekali.
Orang itu adalah Zamzami, bujang Aceh yang memang selalu nampak riang gembira di segala situasi dan kondisi. Seperti biasa, ia selalu tersenyum lebar dan nampak tak ada beban. Saya tak habis pikir,bagaimana mungkin ia tidak bersedih di saat-saat terakhir kami di negeri paman sam. Sambil tersenyum Zamzami hanya berkata (dengan logat melayunya seperti biasa): “This is not the end, we will meet again, someday, Ms.Xiong”.
Grup kami pun dipanggil untuk segera boarding. Kami berbaris satu-satu bersiap memasuki pesawat. Ms.Xiong mengawasi kami sambil melambaikan tangan. Sesekali ia nampak terisak. Kami pun demikian.

Beberapa penumpang lainnya melirik ingin tahu mengapa  wajah kami coreng moreng dengan air mata dan nampak sebegitu sedihnya. Dalam hati saya berguman “Kalian hanya tidak pernah ikut IELSP, dan  tidak pernah tahu bagaimana rasanya ketika semuanya berakhir
Dan ketika waktu nya untuk masuk ke pesawat telah tiba, saya kembali menoleh kearah Ms.Xiong. Ia masih melambai dan tersenyum. Seiring dengan langkah kaki kami perlahan, senyum hangatnya hilang dari pandangan.
Saya kembali terisak.
***
Beberapa menit kemudian, Delta Airlines mulai bergerak dan bersiap lepas landas. Semakin lama, semakin cepat. Dari kaca pesawat, saya memandangi langit Amerika. Hari itu mendung. Semendung hati kami.

Perlahan..roda-roda pesawat terasa mulai beranjak naik.
Dan dalam sekejap, Delta Airlines menderu mengangkasa...
 membawa kami pulang, kembali ke dekapan Ibu Pertiwi…..


Selamat tinggal, Paman….I promise to see you again :)

Return to the real life :D

No comments:

Post a Comment