Pada suatu malam di musim panas,bulan oktober ,1871, sebuah percikan api kecil berujung malapetaka terjadi di sebuah lumbung kecil milik pasangan O’leary,di sudut kota Chicago, Illinois. Kala itu, Chicago masih berumur sangat muda, tidak semodern saat ini. Kebanyakan bangunannya masih terbuat dari kayu. Percikan apa itu merembes ke rumah-rumah sekitarnya sehingga berujung pada tragedy besar yang di kenal dengan sebutan”The GREAT FIRE CHICAGO’ dan tercatat sebgai salah satu kebakaran terhebat dalam sejarah. Ratusan orang tewas, ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal. Selama berhari-hari kota itu menjadi lautan api. Chicago lumpuh total, orang-orang kehilangan tempat tinggal, kehilangan harta benda. Saudagar kaya berubah jadi pengemis miskin berpakaian compang-comping, tingkat kriminalitas meningkat dratis sejak saat itu. Namun kota itu tidak ‘mati’.Sebab beratus tahun kemudian, Chicago menjelma sebagai salah satu kota termodern dan terkenal di dunia.
Chicago, It's America!
Mendengar kata Chicago, semua orang pasti tahu bahwa kata itu menunjuk pada sebuah kota di Amerika Serikat. Chicago telah lama digambarkan di film-film barat, dijadikan lokasi syuting video klip, disebutkan di buku sejarah dan lain sebagainya. Chicago merupakan kota terbesar di Illinois. Illinois sangat lekat dengan nama-nama orang terkenal, sebut saja Abraham Lincoln, presiden ke 16 AS, dan Barrack Obama, yang sebelum menjadi presiden ke 44 AS, dikenal sebagai’sang senator dari Illinois. Juga Al-Capone, si mafia yang namanya terkenal di antara para gangster.
Saya menyebutnya sebagai sebuah keberuntungan, ketika saya dan ke 18 teman dari Indonesia bisa berkunjung ke kota terbesar ke – 3 di Amerika serikat itu. Menikmati musim semi di kota kosmopolitan dengan gedung-gedung pencakar langit yang berarsitektur luar biasa, dengan orang-orang yang berlalu lalang di pusat kota. Hiruk pikuknya benar-benar terasa.
Di Chicago, Untuk pertama kalinya sejak saya tiba di AS, saya benar-benar merasa sedang berada di Amerika.
I80 Derajat: Antara Chicago & Ames
Ames adalah sebuah kota kecil disebelah utara Des Moines, ibukota Iowa. Dari Ames, dibutuhkan waktu sekitar 6 jam untuk mencapai Chicago dengan mobil. Kehidupan Ames dan Chicago sangat berbeda 180 derajat. Di Ames, tidak ada hiruk pikuk seperti di Chicago. Chicago, seperti umumnya kota besar di dunia, memiliki tingkat kriminalitas yang cukup tinggi (seperti yang diterangkan supervisor kami, Ms Xiong). Bila di Ames, kami tak pernah (atau tepatnya belum pernah) melihat pengemis dan gelandangan, maka di Chicago kami begitu mudah menemukan peminta-minta yang duduk dipinggir jalan berpakaian compang-camping sambil menengadahkan karton (bukan tangan) yang bertuliskan ’Homeless,need some cent for eat" (sayang, saya gak punya fotonya)
Wajah Chicago |
Pose di depan salah satu gedung pencakar langit Chicago |
Ames yang tenang, kalem dan nampak'baik-baik' |
Individualistik masyarakat kota besar pun nampak dikeseharian masyarakat Chicago. Tidak ada senyum basa-basi seperti yang biasa dilakukan masyarkat Ames bila berpapasan di jalan. Diversity di Chicago juga sangat nampak. Orang-orang dari berbagai ras dan etnis nampak dimana-mana. Menurut pengamatan saya, tidak susah untuk menemukan muslimah berjilbab di kota ini, sebab selama beberapa hari saya di sana, tidak jarang saya melihat atau berpapasan dengan para jilbaber. Kebanyakan mereka berwajah timur tengah…
(To be Continued, penulisnya harus kerja PR..hohohh..:P)
(To be Continued, penulisnya harus kerja PR..hohohh..:P)
*SUV Apartment, Room 9B, Musim Semi 2011,disela-sela buku grammar tingkat 4.