Thursday, August 23, 2012

Out of Time

Where's the love song to set us free
Too many people down
Everything turning the wrong way round
And I don't know what life would be
If we stop dreaming now
Lord knows we'd never clear the clouds

And you've been so busy lately that you haven't found the time
To open up your mind
And watch the world spinning gently out of time
Feel the sunshine on your face
It's on a computer now
Gone to the future way out in space

And you've been so busy lately that you haven't found the time
To open up your mind
And watch the world spinning gently out of time

Tell me I'm not dreaming
But are we out of time
We're out of time
(Blur - Out of time)

Duka untuk Bunda....

Kemarin malam, saat saya bersiap-siap hendak bersilaturahim ke rumah salah seorang teman, sebuah sms masuk ke ponsel saya. Dari seorang sahabat di kota sebelah. Isinya singkat.
"Mama masuk ICU, mohon doanya"

Meski singkat sms itu cukup membuat saya sedikit bergetar. Terbayang wajah sang bunda yang sempat saya temui sebulan yang lalu. Waktu itu, saya sedang berkunjung ke Makassar dan menyempatkan diri untuk bersilaturahim di rumah sahabat saya tersebut. Sudah setahun kami tidak bertemu, sejak ia dan keluarganya pindah ke  Papua, April setahun yang lalu. Karena kondisi sang bunda yang mulai lemah dan sakit-sakitan, awal tahun 2012, sahabat saya memutuskan untuk kembali ke Makassar bersama ibundanya. Lebih aman katanya. Di Makassar ia memiliki keluarga besar. Sang Ibu merasa lebih tentram tinggal dan menikmati hari tuanya di tanah kelahirannya sendiri ketimbang harus hidup jauh di seberang pulau sana.

Malam itu, betapa kagetnya saya ketika pada akhirnya saya bertemu kembali dengan ibu sahabat saya tersebut. Tubuhnya ringkih dan lemah,sangat berbeda ketika terakhir kali saya melihatnya setahun yang lalu. Ketika hendak berpamitan pulang, saya memeluk sang bunda. Hati saya mencelos ketika saya menyadari bahwa yang saya peluk adalah tubuh yang sangat ringkih. Ya Allah...
Tidak tega menyakitinya, saya melepaskan pelukan saya dengan perlahan. Entah mengapa tiba-tiba mata saya memanas, pandangan saya sedikit kabur. Lalu saya dan saudara-saudara sayapun berpamitan pulang.
Sebelum pergi, Ibunda sahabat saya berpesan agar saya kembali untuk menginap. Saya mengiyakan meskipun saya tahu saya tak punya banyak waktu lagi di Makassar.

Di perjalanan pulang, saya menangis dalam diam. 

Ada perasaan tidak tega melihat sang bunda yang sakit-sakitan dan semakin hari semakin lemah. Saya teringat hari-hari dahulu waktu sahabat saya dan keluarganya masih tinggal di Palu. Saya kerap main ke rumah mereka. Bunda yang baik itu selalu menyambut kami dengan hangat. Mengganggap saya dan teman lainnya sebagai anaknya sendiri. Dalam diri bunda saya melihat ibu saya. Dan itu yang membuat saya sedih malam itu. Saya hanya bisa berdoa agar bunda bisa sehat seperti sedia kala.

Sebelum kembali ke Palu, sahabat saya menitipkan oleh-oleh, dari mama katanya.

***

Dan malam itu...sms tentang bunda yang masuk ke ICU cukup membuat saya gelisah. Terbesit pikiran buruk namun segera saya singkirkan sejauh-jauhnya. Setelah solat Isya, saya menitip doa untuk kesembuhan bunda.
***

Hari masih pagi, saya baru selesai menunaikan solat subuh, ketika saya mengecek ponsel dan melihat
3 Missed Call
Anggi.
tertulis di layarnya.
Perasaan saya tidak enak.Saya mengecek waktu panggilan, sekitar jam 4 subuh.
Oh, tidak, something must be happened.
Sayapun menelpon sahabat saya. Nomor sibuk. Saya ulangi lagi. Masih sibuk.
Tak lama berselang, sahabat saya menelpon.
Dunia terasa statis beberapa detik.
Apa yang saya khawatirkan sejak semalam benar-benar terjadi.

Bunda berpulang  pukul dua dinihari tadi pagi. Pulang ke tempat semua berawal. Pulang ke tempat semua berakhir. Pulang ke haribaan Sang Pemilik Kehidupan.
Air mata saya menetes tak terbendung.
Bunda yang baik hati kini telah tiada....

”Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam syurga,maka sungguh ia telah beruntung, Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”.
(Ali Imran : 185)

Selamat Jalan Bunda...
Selamat menempuh hidup baru di kehidupan yang sebenarnya...
Kami ikhlas atas kepergianmu...
Doa kami menyertaimu.......

Rabbighfir lii waliwaa lidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa” 




Thursday, August 23, 2012

Out of Time

Where's the love song to set us free
Too many people down
Everything turning the wrong way round
And I don't know what life would be
If we stop dreaming now
Lord knows we'd never clear the clouds

And you've been so busy lately that you haven't found the time
To open up your mind
And watch the world spinning gently out of time
Feel the sunshine on your face
It's on a computer now
Gone to the future way out in space

And you've been so busy lately that you haven't found the time
To open up your mind
And watch the world spinning gently out of time

Tell me I'm not dreaming
But are we out of time
We're out of time
(Blur - Out of time)

Duka untuk Bunda....

Kemarin malam, saat saya bersiap-siap hendak bersilaturahim ke rumah salah seorang teman, sebuah sms masuk ke ponsel saya. Dari seorang sahabat di kota sebelah. Isinya singkat.
"Mama masuk ICU, mohon doanya"

Meski singkat sms itu cukup membuat saya sedikit bergetar. Terbayang wajah sang bunda yang sempat saya temui sebulan yang lalu. Waktu itu, saya sedang berkunjung ke Makassar dan menyempatkan diri untuk bersilaturahim di rumah sahabat saya tersebut. Sudah setahun kami tidak bertemu, sejak ia dan keluarganya pindah ke  Papua, April setahun yang lalu. Karena kondisi sang bunda yang mulai lemah dan sakit-sakitan, awal tahun 2012, sahabat saya memutuskan untuk kembali ke Makassar bersama ibundanya. Lebih aman katanya. Di Makassar ia memiliki keluarga besar. Sang Ibu merasa lebih tentram tinggal dan menikmati hari tuanya di tanah kelahirannya sendiri ketimbang harus hidup jauh di seberang pulau sana.

Malam itu, betapa kagetnya saya ketika pada akhirnya saya bertemu kembali dengan ibu sahabat saya tersebut. Tubuhnya ringkih dan lemah,sangat berbeda ketika terakhir kali saya melihatnya setahun yang lalu. Ketika hendak berpamitan pulang, saya memeluk sang bunda. Hati saya mencelos ketika saya menyadari bahwa yang saya peluk adalah tubuh yang sangat ringkih. Ya Allah...
Tidak tega menyakitinya, saya melepaskan pelukan saya dengan perlahan. Entah mengapa tiba-tiba mata saya memanas, pandangan saya sedikit kabur. Lalu saya dan saudara-saudara sayapun berpamitan pulang.
Sebelum pergi, Ibunda sahabat saya berpesan agar saya kembali untuk menginap. Saya mengiyakan meskipun saya tahu saya tak punya banyak waktu lagi di Makassar.

Di perjalanan pulang, saya menangis dalam diam. 

Ada perasaan tidak tega melihat sang bunda yang sakit-sakitan dan semakin hari semakin lemah. Saya teringat hari-hari dahulu waktu sahabat saya dan keluarganya masih tinggal di Palu. Saya kerap main ke rumah mereka. Bunda yang baik itu selalu menyambut kami dengan hangat. Mengganggap saya dan teman lainnya sebagai anaknya sendiri. Dalam diri bunda saya melihat ibu saya. Dan itu yang membuat saya sedih malam itu. Saya hanya bisa berdoa agar bunda bisa sehat seperti sedia kala.

Sebelum kembali ke Palu, sahabat saya menitipkan oleh-oleh, dari mama katanya.

***

Dan malam itu...sms tentang bunda yang masuk ke ICU cukup membuat saya gelisah. Terbesit pikiran buruk namun segera saya singkirkan sejauh-jauhnya. Setelah solat Isya, saya menitip doa untuk kesembuhan bunda.
***

Hari masih pagi, saya baru selesai menunaikan solat subuh, ketika saya mengecek ponsel dan melihat
3 Missed Call
Anggi.
tertulis di layarnya.
Perasaan saya tidak enak.Saya mengecek waktu panggilan, sekitar jam 4 subuh.
Oh, tidak, something must be happened.
Sayapun menelpon sahabat saya. Nomor sibuk. Saya ulangi lagi. Masih sibuk.
Tak lama berselang, sahabat saya menelpon.
Dunia terasa statis beberapa detik.
Apa yang saya khawatirkan sejak semalam benar-benar terjadi.

Bunda berpulang  pukul dua dinihari tadi pagi. Pulang ke tempat semua berawal. Pulang ke tempat semua berakhir. Pulang ke haribaan Sang Pemilik Kehidupan.
Air mata saya menetes tak terbendung.
Bunda yang baik hati kini telah tiada....

”Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam syurga,maka sungguh ia telah beruntung, Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”.
(Ali Imran : 185)

Selamat Jalan Bunda...
Selamat menempuh hidup baru di kehidupan yang sebenarnya...
Kami ikhlas atas kepergianmu...
Doa kami menyertaimu.......

Rabbighfir lii waliwaa lidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa” 




Blogger templates

Free Cloud Cursors at www.totallyfreecursors.com
Kegagalan selalu membangkitkan rasa penasaran. Menyerah berarti berbuat kekonyolan. Bangkit, berlari dan teruslah berjuang! (rfs)

Thursday, August 23, 2012

Out of Time

Where's the love song to set us free
Too many people down
Everything turning the wrong way round
And I don't know what life would be
If we stop dreaming now
Lord knows we'd never clear the clouds

And you've been so busy lately that you haven't found the time
To open up your mind
And watch the world spinning gently out of time
Feel the sunshine on your face
It's on a computer now
Gone to the future way out in space

And you've been so busy lately that you haven't found the time
To open up your mind
And watch the world spinning gently out of time

Tell me I'm not dreaming
But are we out of time
We're out of time
(Blur - Out of time)

Duka untuk Bunda....

Kemarin malam, saat saya bersiap-siap hendak bersilaturahim ke rumah salah seorang teman, sebuah sms masuk ke ponsel saya. Dari seorang sahabat di kota sebelah. Isinya singkat.
"Mama masuk ICU, mohon doanya"

Meski singkat sms itu cukup membuat saya sedikit bergetar. Terbayang wajah sang bunda yang sempat saya temui sebulan yang lalu. Waktu itu, saya sedang berkunjung ke Makassar dan menyempatkan diri untuk bersilaturahim di rumah sahabat saya tersebut. Sudah setahun kami tidak bertemu, sejak ia dan keluarganya pindah ke  Papua, April setahun yang lalu. Karena kondisi sang bunda yang mulai lemah dan sakit-sakitan, awal tahun 2012, sahabat saya memutuskan untuk kembali ke Makassar bersama ibundanya. Lebih aman katanya. Di Makassar ia memiliki keluarga besar. Sang Ibu merasa lebih tentram tinggal dan menikmati hari tuanya di tanah kelahirannya sendiri ketimbang harus hidup jauh di seberang pulau sana.

Malam itu, betapa kagetnya saya ketika pada akhirnya saya bertemu kembali dengan ibu sahabat saya tersebut. Tubuhnya ringkih dan lemah,sangat berbeda ketika terakhir kali saya melihatnya setahun yang lalu. Ketika hendak berpamitan pulang, saya memeluk sang bunda. Hati saya mencelos ketika saya menyadari bahwa yang saya peluk adalah tubuh yang sangat ringkih. Ya Allah...
Tidak tega menyakitinya, saya melepaskan pelukan saya dengan perlahan. Entah mengapa tiba-tiba mata saya memanas, pandangan saya sedikit kabur. Lalu saya dan saudara-saudara sayapun berpamitan pulang.
Sebelum pergi, Ibunda sahabat saya berpesan agar saya kembali untuk menginap. Saya mengiyakan meskipun saya tahu saya tak punya banyak waktu lagi di Makassar.

Di perjalanan pulang, saya menangis dalam diam. 

Ada perasaan tidak tega melihat sang bunda yang sakit-sakitan dan semakin hari semakin lemah. Saya teringat hari-hari dahulu waktu sahabat saya dan keluarganya masih tinggal di Palu. Saya kerap main ke rumah mereka. Bunda yang baik itu selalu menyambut kami dengan hangat. Mengganggap saya dan teman lainnya sebagai anaknya sendiri. Dalam diri bunda saya melihat ibu saya. Dan itu yang membuat saya sedih malam itu. Saya hanya bisa berdoa agar bunda bisa sehat seperti sedia kala.

Sebelum kembali ke Palu, sahabat saya menitipkan oleh-oleh, dari mama katanya.

***

Dan malam itu...sms tentang bunda yang masuk ke ICU cukup membuat saya gelisah. Terbesit pikiran buruk namun segera saya singkirkan sejauh-jauhnya. Setelah solat Isya, saya menitip doa untuk kesembuhan bunda.
***

Hari masih pagi, saya baru selesai menunaikan solat subuh, ketika saya mengecek ponsel dan melihat
3 Missed Call
Anggi.
tertulis di layarnya.
Perasaan saya tidak enak.Saya mengecek waktu panggilan, sekitar jam 4 subuh.
Oh, tidak, something must be happened.
Sayapun menelpon sahabat saya. Nomor sibuk. Saya ulangi lagi. Masih sibuk.
Tak lama berselang, sahabat saya menelpon.
Dunia terasa statis beberapa detik.
Apa yang saya khawatirkan sejak semalam benar-benar terjadi.

Bunda berpulang  pukul dua dinihari tadi pagi. Pulang ke tempat semua berawal. Pulang ke tempat semua berakhir. Pulang ke haribaan Sang Pemilik Kehidupan.
Air mata saya menetes tak terbendung.
Bunda yang baik hati kini telah tiada....

”Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam syurga,maka sungguh ia telah beruntung, Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”.
(Ali Imran : 185)

Selamat Jalan Bunda...
Selamat menempuh hidup baru di kehidupan yang sebenarnya...
Kami ikhlas atas kepergianmu...
Doa kami menyertaimu.......

Rabbighfir lii waliwaa lidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa”