Tuesday, July 24, 2012

Mengintip Sepenggal Surga di Kepulauan Togean #part 2

menumpuk di atas fery

Kapalpun mulai bergerak meninggalkan dermaga. Di antara hiruk pikuk penumpang, saya mencari posisi strategis untuk menikmati view laut yang indah. Karena tempat duduk di dek sudah penuh, maka saya nangkring di atas karung beras milik salah seorang penumpang yang entah kemana rimbanya. Yah, it's okelah, dari pada kaki saya pegal berdiri selama 4 jam. Beberapa teman menghilang di antara para penumpang, pergi mencari bule-bule cakep yang bisa diajak berfoto ( tipikal Indonesian sekali, hehe). Sementara yang lain memilih tidur di bilik.

Saya memilih untuk tetap duduk di atas karung beras, karena tak ingin melewatkan kesempatan menikmati pemandangan alam yang tersaji di hadapan saya. Angin laut bertiup sepoi-sepoi. Langit biru cerah, berwarna senada dengan lautan  yang berkilauan. Semakin jauh kami berkapal, semakin menakjukbkan pemandangan yang nampak. Gugusan pulau-pulau kecil tak berpenghuni berwarna kehijauan, berpadu dengan hamparan pasir putih yang berkilauan. Beberapa turis tak henti-hentinya membidik kan kamera ke berbagai arah, mengabadikan karya Tuhan yang luar biasa itu.
Gugusan Pulau-pulau kecil


Sedang asyik-asyiknya menikmati pemandangan, tiba-tiba ekor mata saya menangkap seorang ibu berusia paruh baya yang dengan santainya membuang botol pulpy orange kosong ke laut. Buset dah ini ibu, gerutu saya dalam hati. Belum hilang kekesalan saya, si ibu kembali membuang tongkol jagung rebusnya. Dengan gusar saya mendekatinya,

"Aduh bu, sampahnya jangan di buang di laut, nanti lautnya kotor" kata saya berusaha untuk tidak terkesan menggurui.

Si ibu dengan cueknya bilang
" Ah nda apa-apa, di bawa ombak juga hilang nanti"

Lalu desye lanjut mengunyah jagung rebus yang ke sekian biji.

"Hilang kemana??ke Hongkong?" Umpat saya dalam hati.
Dengan gusar saya meninggalkan si ibu. Susah juga ngomong sama orang yang pemikirannya masih 'primitif'. Masa buang sampah di laut? sekate laut TPS? Ibu itu nyadar gak sih kalo laut yang baru dia jadiin tempat sampah itu tempat hidup bagi makhluk lain? Coba kalau tempat tinggalnya dijadiin tempat sampah bagi orang lain?pasti kesal.

Saya mendelik ke arah si ibu, doski sih gak nyadar karena lagi asyik makan jagung rebus. 
Tiba-tiba pemandangan yang tadinya indah dan menawan kini berubah menjadi 'mengerikan'. Tumpukan sampah menggenang kira-kira sepanjang satu kilo meter di tengah lautan. Nah ini dia! Karena para penumpang kapal yang lewat kerap membuang sampah sembarangan,jadinya seperti ini. Sampahnya terkumpul menjadi satu, menari-nari mengikuti irama ombak. Dalam hati saya merasa prihatin. Mengapa kesadaran masyarakat kita masih kurang soal menjaga kelestarian lingkungan? tidakkah mereka sadar akan dampak yang dapat diperoleh akibat demikian? Ekosistem di kepulauan Togean yang merupakan salah satu potensi Sulawesi Tengah bisa saja rusak oleh tangan-tangan penduduknya sendiri. Tidak sadarkah mereka bahwa Tuhan telah menitipkan sepenggal surga di tanah mereka? 'Surga' yang membuat turis-turis asing rela menempuh ribuan kilo dan membayar mahal  untuk melihatnya.

Ah,,menyedihkan.

*masih bersambung



No comments:

Post a Comment

Tuesday, July 24, 2012

Mengintip Sepenggal Surga di Kepulauan Togean #part 2

menumpuk di atas fery

Kapalpun mulai bergerak meninggalkan dermaga. Di antara hiruk pikuk penumpang, saya mencari posisi strategis untuk menikmati view laut yang indah. Karena tempat duduk di dek sudah penuh, maka saya nangkring di atas karung beras milik salah seorang penumpang yang entah kemana rimbanya. Yah, it's okelah, dari pada kaki saya pegal berdiri selama 4 jam. Beberapa teman menghilang di antara para penumpang, pergi mencari bule-bule cakep yang bisa diajak berfoto ( tipikal Indonesian sekali, hehe). Sementara yang lain memilih tidur di bilik.

Saya memilih untuk tetap duduk di atas karung beras, karena tak ingin melewatkan kesempatan menikmati pemandangan alam yang tersaji di hadapan saya. Angin laut bertiup sepoi-sepoi. Langit biru cerah, berwarna senada dengan lautan  yang berkilauan. Semakin jauh kami berkapal, semakin menakjukbkan pemandangan yang nampak. Gugusan pulau-pulau kecil tak berpenghuni berwarna kehijauan, berpadu dengan hamparan pasir putih yang berkilauan. Beberapa turis tak henti-hentinya membidik kan kamera ke berbagai arah, mengabadikan karya Tuhan yang luar biasa itu.
Gugusan Pulau-pulau kecil


Sedang asyik-asyiknya menikmati pemandangan, tiba-tiba ekor mata saya menangkap seorang ibu berusia paruh baya yang dengan santainya membuang botol pulpy orange kosong ke laut. Buset dah ini ibu, gerutu saya dalam hati. Belum hilang kekesalan saya, si ibu kembali membuang tongkol jagung rebusnya. Dengan gusar saya mendekatinya,

"Aduh bu, sampahnya jangan di buang di laut, nanti lautnya kotor" kata saya berusaha untuk tidak terkesan menggurui.

Si ibu dengan cueknya bilang
" Ah nda apa-apa, di bawa ombak juga hilang nanti"

Lalu desye lanjut mengunyah jagung rebus yang ke sekian biji.

"Hilang kemana??ke Hongkong?" Umpat saya dalam hati.
Dengan gusar saya meninggalkan si ibu. Susah juga ngomong sama orang yang pemikirannya masih 'primitif'. Masa buang sampah di laut? sekate laut TPS? Ibu itu nyadar gak sih kalo laut yang baru dia jadiin tempat sampah itu tempat hidup bagi makhluk lain? Coba kalau tempat tinggalnya dijadiin tempat sampah bagi orang lain?pasti kesal.

Saya mendelik ke arah si ibu, doski sih gak nyadar karena lagi asyik makan jagung rebus. 
Tiba-tiba pemandangan yang tadinya indah dan menawan kini berubah menjadi 'mengerikan'. Tumpukan sampah menggenang kira-kira sepanjang satu kilo meter di tengah lautan. Nah ini dia! Karena para penumpang kapal yang lewat kerap membuang sampah sembarangan,jadinya seperti ini. Sampahnya terkumpul menjadi satu, menari-nari mengikuti irama ombak. Dalam hati saya merasa prihatin. Mengapa kesadaran masyarakat kita masih kurang soal menjaga kelestarian lingkungan? tidakkah mereka sadar akan dampak yang dapat diperoleh akibat demikian? Ekosistem di kepulauan Togean yang merupakan salah satu potensi Sulawesi Tengah bisa saja rusak oleh tangan-tangan penduduknya sendiri. Tidak sadarkah mereka bahwa Tuhan telah menitipkan sepenggal surga di tanah mereka? 'Surga' yang membuat turis-turis asing rela menempuh ribuan kilo dan membayar mahal  untuk melihatnya.

Ah,,menyedihkan.

*masih bersambung



No comments:

Post a Comment

Blogger templates

Free Cloud Cursors at www.totallyfreecursors.com
Kegagalan selalu membangkitkan rasa penasaran. Menyerah berarti berbuat kekonyolan. Bangkit, berlari dan teruslah berjuang! (rfs)

Tuesday, July 24, 2012

Mengintip Sepenggal Surga di Kepulauan Togean #part 2

menumpuk di atas fery

Kapalpun mulai bergerak meninggalkan dermaga. Di antara hiruk pikuk penumpang, saya mencari posisi strategis untuk menikmati view laut yang indah. Karena tempat duduk di dek sudah penuh, maka saya nangkring di atas karung beras milik salah seorang penumpang yang entah kemana rimbanya. Yah, it's okelah, dari pada kaki saya pegal berdiri selama 4 jam. Beberapa teman menghilang di antara para penumpang, pergi mencari bule-bule cakep yang bisa diajak berfoto ( tipikal Indonesian sekali, hehe). Sementara yang lain memilih tidur di bilik.

Saya memilih untuk tetap duduk di atas karung beras, karena tak ingin melewatkan kesempatan menikmati pemandangan alam yang tersaji di hadapan saya. Angin laut bertiup sepoi-sepoi. Langit biru cerah, berwarna senada dengan lautan  yang berkilauan. Semakin jauh kami berkapal, semakin menakjukbkan pemandangan yang nampak. Gugusan pulau-pulau kecil tak berpenghuni berwarna kehijauan, berpadu dengan hamparan pasir putih yang berkilauan. Beberapa turis tak henti-hentinya membidik kan kamera ke berbagai arah, mengabadikan karya Tuhan yang luar biasa itu.
Gugusan Pulau-pulau kecil


Sedang asyik-asyiknya menikmati pemandangan, tiba-tiba ekor mata saya menangkap seorang ibu berusia paruh baya yang dengan santainya membuang botol pulpy orange kosong ke laut. Buset dah ini ibu, gerutu saya dalam hati. Belum hilang kekesalan saya, si ibu kembali membuang tongkol jagung rebusnya. Dengan gusar saya mendekatinya,

"Aduh bu, sampahnya jangan di buang di laut, nanti lautnya kotor" kata saya berusaha untuk tidak terkesan menggurui.

Si ibu dengan cueknya bilang
" Ah nda apa-apa, di bawa ombak juga hilang nanti"

Lalu desye lanjut mengunyah jagung rebus yang ke sekian biji.

"Hilang kemana??ke Hongkong?" Umpat saya dalam hati.
Dengan gusar saya meninggalkan si ibu. Susah juga ngomong sama orang yang pemikirannya masih 'primitif'. Masa buang sampah di laut? sekate laut TPS? Ibu itu nyadar gak sih kalo laut yang baru dia jadiin tempat sampah itu tempat hidup bagi makhluk lain? Coba kalau tempat tinggalnya dijadiin tempat sampah bagi orang lain?pasti kesal.

Saya mendelik ke arah si ibu, doski sih gak nyadar karena lagi asyik makan jagung rebus. 
Tiba-tiba pemandangan yang tadinya indah dan menawan kini berubah menjadi 'mengerikan'. Tumpukan sampah menggenang kira-kira sepanjang satu kilo meter di tengah lautan. Nah ini dia! Karena para penumpang kapal yang lewat kerap membuang sampah sembarangan,jadinya seperti ini. Sampahnya terkumpul menjadi satu, menari-nari mengikuti irama ombak. Dalam hati saya merasa prihatin. Mengapa kesadaran masyarakat kita masih kurang soal menjaga kelestarian lingkungan? tidakkah mereka sadar akan dampak yang dapat diperoleh akibat demikian? Ekosistem di kepulauan Togean yang merupakan salah satu potensi Sulawesi Tengah bisa saja rusak oleh tangan-tangan penduduknya sendiri. Tidak sadarkah mereka bahwa Tuhan telah menitipkan sepenggal surga di tanah mereka? 'Surga' yang membuat turis-turis asing rela menempuh ribuan kilo dan membayar mahal  untuk melihatnya.

Ah,,menyedihkan.

*masih bersambung



No comments:

Post a Comment