14 Februari merupakan hari yang disakralkan oleh jutaan manusia di seluruh dunia. Valentine’s day atau hari kasih sayang di “baiat”oleh sebagian orang sebagai momentum yang tepat untuk mengungkapkan rasa cinta kepada sesama manusia. Hari special,karena pada hari itu,orang-orang merasa bebas mengekspresikan rasa cintanya pada orang-orang yang dikasihinya.Walaupun pada hakikatnya cinta besifat universal namun mau tidak mau kita harus mengakui bahwa fenomena valentine’s day lebih identik dengan kaum muda yang sedang dimabuk asmara. Sebab pada kenyataannya Kaum mudalah yang beramai-ramai merayakan valentine. Berbagai cara dilakukan untuk merayakan hari Valentine mulai dari sekedar mengucapan “Happy Valentine, tukar menukar kado,memberikan bunga,saling memberi coklat kepada pasangan sampai acara-acara meriah di hotel-hotel berbintang. Lalu apa sebenarnya Valentine’s day itu?banyak orang tidak memahami dan mengetahui cikal bakal tradisi yang selalu diidentikkan dengan coklat dan warna pink itu.
Tradisi Valentine adalah tradisi barat yang sejarahnya pun hingga saat ini masih belum jelas. Ada berbagai versi tentang asal muasal valentine’s day,pertama,Valentine adalah ritual Kristen yang dikukuhkan oleh paus Gelasius untuk mengenang orang-orang suci Kristen yaitu Santo valentine dan santo Marius,alkisah pada masa pemerintahan kaisar Claudius di Roma(268-270 M) ada satu kebijakan yang melaranng para prajurit negara untuk menikah. Kebijakan ini ditentang oleh santo valentine dan santo marius,secara diam-diam mereka menikahkan para prajurit dengan kekasih mereka. Perbuatan kedua santo inipun akhirnya di ketahui oleh kaisar yang akhirnya memberikan hukuman mati kepada mereka. Sebelum dihukum mati mereka dipenjarakan terlebih dahulu. Saat dipenjara santo Valentine menjalin hubungan cinta dengan anak gadis salah seorang sipir dan ketika saat eksekusi matinya telah dekat,Santo menulis sepucuk surat kepada kekasihnya tesebut dimana dalam surat itu tertulis “from My Valentine”.setelah kematian kedua santo tersebut orang-orang menginngat kedua santo tersebut sebagai pahlawan cinta kasih sayang sehingga hari tanggal 14 februari didaulat sebagai hari kasih sayang.
Selain itu, versi lain tentang sejarah Valentine,mengemukakan bahwa tanggal 14 Pebruari merupakan hari raya untuk memperingati dewi Juno, dewi Juno adalah ratu dari segala dewa dan dewi dimana orang-orang Romawi kuno meyakini bahwa dewi Juno adalah dewi cinta.
Pada tanggal 14 Februari orang-orang Romawi kuno mengadakan perayaan untuk memperingati Dewi Juno dengan cara memisahkan kaum laki-laki dan perempuan. Nama-nama remaja perempuan ditulis pada potongan kertas lalu digulung dan dimasukkan ke dalam botol, setelah itu para laki-laki mengambil satu kertas, setiap laki-laki akan mendapatkan pasangan sesuai nama yang didapat dalam undian tersebut, bila kemudian mereka ada kecocokan maka mereka akan melangsungkan pernikahan dihari-hari berikutnya.
Melihat sejarahnya yang sangat jauh dari budaya ketimuran dan keislaman serta berbau paganisme(menyembah dewa),sangat mengherankan bahwa saat ini,momentum valentine day sudah sangat begitu membudaya dalam masyarakat Indonesia yang notabene adalah negara dengan pemeluk muslim terbesar di dunia,masyarakat Indonesia khusunya kawula muda ikut-ikutan merayakan Valentine dan menjadikannya sebagai hari akbar yang wajib dirayakan. Valentine telah menjadi trend symbol modernitas sehingga timbul anggapan,tidak tahu dan tidak merayakan Valentine sama dengan ketinggalan zaman.
Hingar bingar Valentine semakin semarak tatkala pelaku bisnis dari berbagai sector usaha juga memanfaatkan moment Valentine untuk meraih keuntungan besar-besaran. Lihat saja menjelang Valentine,industri media massa khusunya TV marak menampilkan berbagai program “berbau” cinta. Sinetron,kuis dan acara-acara musik,semuanya dilabeli “special valentine”. Bioskop-bioskop pun diramaikan dengan film-film bertema cinta. Sementara itu,di pusat-pusat perbelanjaan,pernak-pernik valentine seperti kartu ucapan, bunga mawar,boneka,dan cokelat akan mudah dijumpai. Ironisnya, tanpa mereka sadari hal ini justru semakin menumbuhsuburkan tradisi Valentine dalam masyarakat Indonesia. Orang-orang yang pada awalnya tidak menanggapi keberadaan valentine,karena melihat kesemarakan valentine di media massa dan disekelilingnya akan terpengaruh dan terjebak dalam tradisi tersebut dan pada akhirnya larut dalam efouria Valentine’s Day.
Adapun salah satu hal yang mengkhawatirkan dari perayaan valentine adalah kecenderungan terjadinya maksiat yang dilakukan oleh para remaja. Sebuah survey yang dilakukan oleh seorang penulis di Bandung pada tahun 2004 menunjukkan bahwa dari 413 responden yang terdiri dari siswa-siswi SMA di Bandung dan sekitarnya,26,7% di antaranya mengaku lebih suka merayakan Valentine berdua bersama kekasih dengan jalan-jalan, ,berpesta,berkencan, berciuman yang ujung-ujungnya mengarah pada seks bebas. Sungguh memprihatinkan!
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kita sebagai kaum muda Indonesia yang lahir dan besar dalam nilai-nilai budaya ketimuran agar lebih selektif dan tidak menjadi generasi latah yang ikut-ikutan dalam mengadopsi suatu tradisi atau budaya asing sehingga mudah terjerat dalam kehidupan hedonis.Valentine tidak akan menghentikan perang yang sedang menderu di Irak,afganistan dan negara-negara konflik lain,pun tidak akan mencegah seorang perampok untuk membatalkan melakukan suatu aksi kriminal Oleh sebab itu tidak ada alasan untuk “mengagungkan”nya sebagai hari special yang penuh cinta dan menumbuhsuburkan tradisi ini dalam kehidupan kita.
Sejatinya kasih sayang tidak harus diekspresikan dalam satu hari khusus. Kasih sayang dan cinta yang bersifat universal harus senantiasa ditumbuhkan dan dipelihara dalam diri setiap umat manusia,setiap detik, setiap menit,setiap hari dan sepanjang kehidupan umat manusia.
Penulis
Rizka Fitrah sari,Siswa SMAN 3 Palu
(tulisan ini rencananya hendak saya kirim di salah satu surat kabar sebagai opini suara pelajar bertahun2 lalu, sayangnya lambat,jadinya yaaa..gitu deh..hanya berakhir di blog pribadi..dari pada gak dimuat dimana-mana..hikss..)
Wednesday, July 13, 2011
Valentine'S Day : Tradisi Asing Yang di”Indonesia”kan(Sebuah Tulisan Gagal Muat)
Labels:
Literasi Media
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Wednesday, July 13, 2011
Valentine'S Day : Tradisi Asing Yang di”Indonesia”kan(Sebuah Tulisan Gagal Muat)
14 Februari merupakan hari yang disakralkan oleh jutaan manusia di seluruh dunia. Valentine’s day atau hari kasih sayang di “baiat”oleh sebagian orang sebagai momentum yang tepat untuk mengungkapkan rasa cinta kepada sesama manusia. Hari special,karena pada hari itu,orang-orang merasa bebas mengekspresikan rasa cintanya pada orang-orang yang dikasihinya.Walaupun pada hakikatnya cinta besifat universal namun mau tidak mau kita harus mengakui bahwa fenomena valentine’s day lebih identik dengan kaum muda yang sedang dimabuk asmara. Sebab pada kenyataannya Kaum mudalah yang beramai-ramai merayakan valentine. Berbagai cara dilakukan untuk merayakan hari Valentine mulai dari sekedar mengucapan “Happy Valentine, tukar menukar kado,memberikan bunga,saling memberi coklat kepada pasangan sampai acara-acara meriah di hotel-hotel berbintang. Lalu apa sebenarnya Valentine’s day itu?banyak orang tidak memahami dan mengetahui cikal bakal tradisi yang selalu diidentikkan dengan coklat dan warna pink itu.
Tradisi Valentine adalah tradisi barat yang sejarahnya pun hingga saat ini masih belum jelas. Ada berbagai versi tentang asal muasal valentine’s day,pertama,Valentine adalah ritual Kristen yang dikukuhkan oleh paus Gelasius untuk mengenang orang-orang suci Kristen yaitu Santo valentine dan santo Marius,alkisah pada masa pemerintahan kaisar Claudius di Roma(268-270 M) ada satu kebijakan yang melaranng para prajurit negara untuk menikah. Kebijakan ini ditentang oleh santo valentine dan santo marius,secara diam-diam mereka menikahkan para prajurit dengan kekasih mereka. Perbuatan kedua santo inipun akhirnya di ketahui oleh kaisar yang akhirnya memberikan hukuman mati kepada mereka. Sebelum dihukum mati mereka dipenjarakan terlebih dahulu. Saat dipenjara santo Valentine menjalin hubungan cinta dengan anak gadis salah seorang sipir dan ketika saat eksekusi matinya telah dekat,Santo menulis sepucuk surat kepada kekasihnya tesebut dimana dalam surat itu tertulis “from My Valentine”.setelah kematian kedua santo tersebut orang-orang menginngat kedua santo tersebut sebagai pahlawan cinta kasih sayang sehingga hari tanggal 14 februari didaulat sebagai hari kasih sayang.
Selain itu, versi lain tentang sejarah Valentine,mengemukakan bahwa tanggal 14 Pebruari merupakan hari raya untuk memperingati dewi Juno, dewi Juno adalah ratu dari segala dewa dan dewi dimana orang-orang Romawi kuno meyakini bahwa dewi Juno adalah dewi cinta.
Pada tanggal 14 Februari orang-orang Romawi kuno mengadakan perayaan untuk memperingati Dewi Juno dengan cara memisahkan kaum laki-laki dan perempuan. Nama-nama remaja perempuan ditulis pada potongan kertas lalu digulung dan dimasukkan ke dalam botol, setelah itu para laki-laki mengambil satu kertas, setiap laki-laki akan mendapatkan pasangan sesuai nama yang didapat dalam undian tersebut, bila kemudian mereka ada kecocokan maka mereka akan melangsungkan pernikahan dihari-hari berikutnya.
Melihat sejarahnya yang sangat jauh dari budaya ketimuran dan keislaman serta berbau paganisme(menyembah dewa),sangat mengherankan bahwa saat ini,momentum valentine day sudah sangat begitu membudaya dalam masyarakat Indonesia yang notabene adalah negara dengan pemeluk muslim terbesar di dunia,masyarakat Indonesia khusunya kawula muda ikut-ikutan merayakan Valentine dan menjadikannya sebagai hari akbar yang wajib dirayakan. Valentine telah menjadi trend symbol modernitas sehingga timbul anggapan,tidak tahu dan tidak merayakan Valentine sama dengan ketinggalan zaman.
Hingar bingar Valentine semakin semarak tatkala pelaku bisnis dari berbagai sector usaha juga memanfaatkan moment Valentine untuk meraih keuntungan besar-besaran. Lihat saja menjelang Valentine,industri media massa khusunya TV marak menampilkan berbagai program “berbau” cinta. Sinetron,kuis dan acara-acara musik,semuanya dilabeli “special valentine”. Bioskop-bioskop pun diramaikan dengan film-film bertema cinta. Sementara itu,di pusat-pusat perbelanjaan,pernak-pernik valentine seperti kartu ucapan, bunga mawar,boneka,dan cokelat akan mudah dijumpai. Ironisnya, tanpa mereka sadari hal ini justru semakin menumbuhsuburkan tradisi Valentine dalam masyarakat Indonesia. Orang-orang yang pada awalnya tidak menanggapi keberadaan valentine,karena melihat kesemarakan valentine di media massa dan disekelilingnya akan terpengaruh dan terjebak dalam tradisi tersebut dan pada akhirnya larut dalam efouria Valentine’s Day.
Adapun salah satu hal yang mengkhawatirkan dari perayaan valentine adalah kecenderungan terjadinya maksiat yang dilakukan oleh para remaja. Sebuah survey yang dilakukan oleh seorang penulis di Bandung pada tahun 2004 menunjukkan bahwa dari 413 responden yang terdiri dari siswa-siswi SMA di Bandung dan sekitarnya,26,7% di antaranya mengaku lebih suka merayakan Valentine berdua bersama kekasih dengan jalan-jalan, ,berpesta,berkencan, berciuman yang ujung-ujungnya mengarah pada seks bebas. Sungguh memprihatinkan!
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kita sebagai kaum muda Indonesia yang lahir dan besar dalam nilai-nilai budaya ketimuran agar lebih selektif dan tidak menjadi generasi latah yang ikut-ikutan dalam mengadopsi suatu tradisi atau budaya asing sehingga mudah terjerat dalam kehidupan hedonis.Valentine tidak akan menghentikan perang yang sedang menderu di Irak,afganistan dan negara-negara konflik lain,pun tidak akan mencegah seorang perampok untuk membatalkan melakukan suatu aksi kriminal Oleh sebab itu tidak ada alasan untuk “mengagungkan”nya sebagai hari special yang penuh cinta dan menumbuhsuburkan tradisi ini dalam kehidupan kita.
Sejatinya kasih sayang tidak harus diekspresikan dalam satu hari khusus. Kasih sayang dan cinta yang bersifat universal harus senantiasa ditumbuhkan dan dipelihara dalam diri setiap umat manusia,setiap detik, setiap menit,setiap hari dan sepanjang kehidupan umat manusia.
Penulis
Rizka Fitrah sari,Siswa SMAN 3 Palu
(tulisan ini rencananya hendak saya kirim di salah satu surat kabar sebagai opini suara pelajar bertahun2 lalu, sayangnya lambat,jadinya yaaa..gitu deh..hanya berakhir di blog pribadi..dari pada gak dimuat dimana-mana..hikss..)
Tradisi Valentine adalah tradisi barat yang sejarahnya pun hingga saat ini masih belum jelas. Ada berbagai versi tentang asal muasal valentine’s day,pertama,Valentine adalah ritual Kristen yang dikukuhkan oleh paus Gelasius untuk mengenang orang-orang suci Kristen yaitu Santo valentine dan santo Marius,alkisah pada masa pemerintahan kaisar Claudius di Roma(268-270 M) ada satu kebijakan yang melaranng para prajurit negara untuk menikah. Kebijakan ini ditentang oleh santo valentine dan santo marius,secara diam-diam mereka menikahkan para prajurit dengan kekasih mereka. Perbuatan kedua santo inipun akhirnya di ketahui oleh kaisar yang akhirnya memberikan hukuman mati kepada mereka. Sebelum dihukum mati mereka dipenjarakan terlebih dahulu. Saat dipenjara santo Valentine menjalin hubungan cinta dengan anak gadis salah seorang sipir dan ketika saat eksekusi matinya telah dekat,Santo menulis sepucuk surat kepada kekasihnya tesebut dimana dalam surat itu tertulis “from My Valentine”.setelah kematian kedua santo tersebut orang-orang menginngat kedua santo tersebut sebagai pahlawan cinta kasih sayang sehingga hari tanggal 14 februari didaulat sebagai hari kasih sayang.
Selain itu, versi lain tentang sejarah Valentine,mengemukakan bahwa tanggal 14 Pebruari merupakan hari raya untuk memperingati dewi Juno, dewi Juno adalah ratu dari segala dewa dan dewi dimana orang-orang Romawi kuno meyakini bahwa dewi Juno adalah dewi cinta.
Pada tanggal 14 Februari orang-orang Romawi kuno mengadakan perayaan untuk memperingati Dewi Juno dengan cara memisahkan kaum laki-laki dan perempuan. Nama-nama remaja perempuan ditulis pada potongan kertas lalu digulung dan dimasukkan ke dalam botol, setelah itu para laki-laki mengambil satu kertas, setiap laki-laki akan mendapatkan pasangan sesuai nama yang didapat dalam undian tersebut, bila kemudian mereka ada kecocokan maka mereka akan melangsungkan pernikahan dihari-hari berikutnya.
Melihat sejarahnya yang sangat jauh dari budaya ketimuran dan keislaman serta berbau paganisme(menyembah dewa),sangat mengherankan bahwa saat ini,momentum valentine day sudah sangat begitu membudaya dalam masyarakat Indonesia yang notabene adalah negara dengan pemeluk muslim terbesar di dunia,masyarakat Indonesia khusunya kawula muda ikut-ikutan merayakan Valentine dan menjadikannya sebagai hari akbar yang wajib dirayakan. Valentine telah menjadi trend symbol modernitas sehingga timbul anggapan,tidak tahu dan tidak merayakan Valentine sama dengan ketinggalan zaman.
Hingar bingar Valentine semakin semarak tatkala pelaku bisnis dari berbagai sector usaha juga memanfaatkan moment Valentine untuk meraih keuntungan besar-besaran. Lihat saja menjelang Valentine,industri media massa khusunya TV marak menampilkan berbagai program “berbau” cinta. Sinetron,kuis dan acara-acara musik,semuanya dilabeli “special valentine”. Bioskop-bioskop pun diramaikan dengan film-film bertema cinta. Sementara itu,di pusat-pusat perbelanjaan,pernak-pernik valentine seperti kartu ucapan, bunga mawar,boneka,dan cokelat akan mudah dijumpai. Ironisnya, tanpa mereka sadari hal ini justru semakin menumbuhsuburkan tradisi Valentine dalam masyarakat Indonesia. Orang-orang yang pada awalnya tidak menanggapi keberadaan valentine,karena melihat kesemarakan valentine di media massa dan disekelilingnya akan terpengaruh dan terjebak dalam tradisi tersebut dan pada akhirnya larut dalam efouria Valentine’s Day.
Adapun salah satu hal yang mengkhawatirkan dari perayaan valentine adalah kecenderungan terjadinya maksiat yang dilakukan oleh para remaja. Sebuah survey yang dilakukan oleh seorang penulis di Bandung pada tahun 2004 menunjukkan bahwa dari 413 responden yang terdiri dari siswa-siswi SMA di Bandung dan sekitarnya,26,7% di antaranya mengaku lebih suka merayakan Valentine berdua bersama kekasih dengan jalan-jalan, ,berpesta,berkencan, berciuman yang ujung-ujungnya mengarah pada seks bebas. Sungguh memprihatinkan!
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kita sebagai kaum muda Indonesia yang lahir dan besar dalam nilai-nilai budaya ketimuran agar lebih selektif dan tidak menjadi generasi latah yang ikut-ikutan dalam mengadopsi suatu tradisi atau budaya asing sehingga mudah terjerat dalam kehidupan hedonis.Valentine tidak akan menghentikan perang yang sedang menderu di Irak,afganistan dan negara-negara konflik lain,pun tidak akan mencegah seorang perampok untuk membatalkan melakukan suatu aksi kriminal Oleh sebab itu tidak ada alasan untuk “mengagungkan”nya sebagai hari special yang penuh cinta dan menumbuhsuburkan tradisi ini dalam kehidupan kita.
Sejatinya kasih sayang tidak harus diekspresikan dalam satu hari khusus. Kasih sayang dan cinta yang bersifat universal harus senantiasa ditumbuhkan dan dipelihara dalam diri setiap umat manusia,setiap detik, setiap menit,setiap hari dan sepanjang kehidupan umat manusia.
Penulis
Rizka Fitrah sari,Siswa SMAN 3 Palu
(tulisan ini rencananya hendak saya kirim di salah satu surat kabar sebagai opini suara pelajar bertahun2 lalu, sayangnya lambat,jadinya yaaa..gitu deh..hanya berakhir di blog pribadi..dari pada gak dimuat dimana-mana..hikss..)
Labels:
Literasi Media
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Wednesday, July 13, 2011
Valentine'S Day : Tradisi Asing Yang di”Indonesia”kan(Sebuah Tulisan Gagal Muat)
14 Februari merupakan hari yang disakralkan oleh jutaan manusia di seluruh dunia. Valentine’s day atau hari kasih sayang di “baiat”oleh sebagian orang sebagai momentum yang tepat untuk mengungkapkan rasa cinta kepada sesama manusia. Hari special,karena pada hari itu,orang-orang merasa bebas mengekspresikan rasa cintanya pada orang-orang yang dikasihinya.Walaupun pada hakikatnya cinta besifat universal namun mau tidak mau kita harus mengakui bahwa fenomena valentine’s day lebih identik dengan kaum muda yang sedang dimabuk asmara. Sebab pada kenyataannya Kaum mudalah yang beramai-ramai merayakan valentine. Berbagai cara dilakukan untuk merayakan hari Valentine mulai dari sekedar mengucapan “Happy Valentine, tukar menukar kado,memberikan bunga,saling memberi coklat kepada pasangan sampai acara-acara meriah di hotel-hotel berbintang. Lalu apa sebenarnya Valentine’s day itu?banyak orang tidak memahami dan mengetahui cikal bakal tradisi yang selalu diidentikkan dengan coklat dan warna pink itu.
Tradisi Valentine adalah tradisi barat yang sejarahnya pun hingga saat ini masih belum jelas. Ada berbagai versi tentang asal muasal valentine’s day,pertama,Valentine adalah ritual Kristen yang dikukuhkan oleh paus Gelasius untuk mengenang orang-orang suci Kristen yaitu Santo valentine dan santo Marius,alkisah pada masa pemerintahan kaisar Claudius di Roma(268-270 M) ada satu kebijakan yang melaranng para prajurit negara untuk menikah. Kebijakan ini ditentang oleh santo valentine dan santo marius,secara diam-diam mereka menikahkan para prajurit dengan kekasih mereka. Perbuatan kedua santo inipun akhirnya di ketahui oleh kaisar yang akhirnya memberikan hukuman mati kepada mereka. Sebelum dihukum mati mereka dipenjarakan terlebih dahulu. Saat dipenjara santo Valentine menjalin hubungan cinta dengan anak gadis salah seorang sipir dan ketika saat eksekusi matinya telah dekat,Santo menulis sepucuk surat kepada kekasihnya tesebut dimana dalam surat itu tertulis “from My Valentine”.setelah kematian kedua santo tersebut orang-orang menginngat kedua santo tersebut sebagai pahlawan cinta kasih sayang sehingga hari tanggal 14 februari didaulat sebagai hari kasih sayang.
Selain itu, versi lain tentang sejarah Valentine,mengemukakan bahwa tanggal 14 Pebruari merupakan hari raya untuk memperingati dewi Juno, dewi Juno adalah ratu dari segala dewa dan dewi dimana orang-orang Romawi kuno meyakini bahwa dewi Juno adalah dewi cinta.
Pada tanggal 14 Februari orang-orang Romawi kuno mengadakan perayaan untuk memperingati Dewi Juno dengan cara memisahkan kaum laki-laki dan perempuan. Nama-nama remaja perempuan ditulis pada potongan kertas lalu digulung dan dimasukkan ke dalam botol, setelah itu para laki-laki mengambil satu kertas, setiap laki-laki akan mendapatkan pasangan sesuai nama yang didapat dalam undian tersebut, bila kemudian mereka ada kecocokan maka mereka akan melangsungkan pernikahan dihari-hari berikutnya.
Melihat sejarahnya yang sangat jauh dari budaya ketimuran dan keislaman serta berbau paganisme(menyembah dewa),sangat mengherankan bahwa saat ini,momentum valentine day sudah sangat begitu membudaya dalam masyarakat Indonesia yang notabene adalah negara dengan pemeluk muslim terbesar di dunia,masyarakat Indonesia khusunya kawula muda ikut-ikutan merayakan Valentine dan menjadikannya sebagai hari akbar yang wajib dirayakan. Valentine telah menjadi trend symbol modernitas sehingga timbul anggapan,tidak tahu dan tidak merayakan Valentine sama dengan ketinggalan zaman.
Hingar bingar Valentine semakin semarak tatkala pelaku bisnis dari berbagai sector usaha juga memanfaatkan moment Valentine untuk meraih keuntungan besar-besaran. Lihat saja menjelang Valentine,industri media massa khusunya TV marak menampilkan berbagai program “berbau” cinta. Sinetron,kuis dan acara-acara musik,semuanya dilabeli “special valentine”. Bioskop-bioskop pun diramaikan dengan film-film bertema cinta. Sementara itu,di pusat-pusat perbelanjaan,pernak-pernik valentine seperti kartu ucapan, bunga mawar,boneka,dan cokelat akan mudah dijumpai. Ironisnya, tanpa mereka sadari hal ini justru semakin menumbuhsuburkan tradisi Valentine dalam masyarakat Indonesia. Orang-orang yang pada awalnya tidak menanggapi keberadaan valentine,karena melihat kesemarakan valentine di media massa dan disekelilingnya akan terpengaruh dan terjebak dalam tradisi tersebut dan pada akhirnya larut dalam efouria Valentine’s Day.
Adapun salah satu hal yang mengkhawatirkan dari perayaan valentine adalah kecenderungan terjadinya maksiat yang dilakukan oleh para remaja. Sebuah survey yang dilakukan oleh seorang penulis di Bandung pada tahun 2004 menunjukkan bahwa dari 413 responden yang terdiri dari siswa-siswi SMA di Bandung dan sekitarnya,26,7% di antaranya mengaku lebih suka merayakan Valentine berdua bersama kekasih dengan jalan-jalan, ,berpesta,berkencan, berciuman yang ujung-ujungnya mengarah pada seks bebas. Sungguh memprihatinkan!
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kita sebagai kaum muda Indonesia yang lahir dan besar dalam nilai-nilai budaya ketimuran agar lebih selektif dan tidak menjadi generasi latah yang ikut-ikutan dalam mengadopsi suatu tradisi atau budaya asing sehingga mudah terjerat dalam kehidupan hedonis.Valentine tidak akan menghentikan perang yang sedang menderu di Irak,afganistan dan negara-negara konflik lain,pun tidak akan mencegah seorang perampok untuk membatalkan melakukan suatu aksi kriminal Oleh sebab itu tidak ada alasan untuk “mengagungkan”nya sebagai hari special yang penuh cinta dan menumbuhsuburkan tradisi ini dalam kehidupan kita.
Sejatinya kasih sayang tidak harus diekspresikan dalam satu hari khusus. Kasih sayang dan cinta yang bersifat universal harus senantiasa ditumbuhkan dan dipelihara dalam diri setiap umat manusia,setiap detik, setiap menit,setiap hari dan sepanjang kehidupan umat manusia.
Penulis
Rizka Fitrah sari,Siswa SMAN 3 Palu
(tulisan ini rencananya hendak saya kirim di salah satu surat kabar sebagai opini suara pelajar bertahun2 lalu, sayangnya lambat,jadinya yaaa..gitu deh..hanya berakhir di blog pribadi..dari pada gak dimuat dimana-mana..hikss..)
Tradisi Valentine adalah tradisi barat yang sejarahnya pun hingga saat ini masih belum jelas. Ada berbagai versi tentang asal muasal valentine’s day,pertama,Valentine adalah ritual Kristen yang dikukuhkan oleh paus Gelasius untuk mengenang orang-orang suci Kristen yaitu Santo valentine dan santo Marius,alkisah pada masa pemerintahan kaisar Claudius di Roma(268-270 M) ada satu kebijakan yang melaranng para prajurit negara untuk menikah. Kebijakan ini ditentang oleh santo valentine dan santo marius,secara diam-diam mereka menikahkan para prajurit dengan kekasih mereka. Perbuatan kedua santo inipun akhirnya di ketahui oleh kaisar yang akhirnya memberikan hukuman mati kepada mereka. Sebelum dihukum mati mereka dipenjarakan terlebih dahulu. Saat dipenjara santo Valentine menjalin hubungan cinta dengan anak gadis salah seorang sipir dan ketika saat eksekusi matinya telah dekat,Santo menulis sepucuk surat kepada kekasihnya tesebut dimana dalam surat itu tertulis “from My Valentine”.setelah kematian kedua santo tersebut orang-orang menginngat kedua santo tersebut sebagai pahlawan cinta kasih sayang sehingga hari tanggal 14 februari didaulat sebagai hari kasih sayang.
Selain itu, versi lain tentang sejarah Valentine,mengemukakan bahwa tanggal 14 Pebruari merupakan hari raya untuk memperingati dewi Juno, dewi Juno adalah ratu dari segala dewa dan dewi dimana orang-orang Romawi kuno meyakini bahwa dewi Juno adalah dewi cinta.
Pada tanggal 14 Februari orang-orang Romawi kuno mengadakan perayaan untuk memperingati Dewi Juno dengan cara memisahkan kaum laki-laki dan perempuan. Nama-nama remaja perempuan ditulis pada potongan kertas lalu digulung dan dimasukkan ke dalam botol, setelah itu para laki-laki mengambil satu kertas, setiap laki-laki akan mendapatkan pasangan sesuai nama yang didapat dalam undian tersebut, bila kemudian mereka ada kecocokan maka mereka akan melangsungkan pernikahan dihari-hari berikutnya.
Melihat sejarahnya yang sangat jauh dari budaya ketimuran dan keislaman serta berbau paganisme(menyembah dewa),sangat mengherankan bahwa saat ini,momentum valentine day sudah sangat begitu membudaya dalam masyarakat Indonesia yang notabene adalah negara dengan pemeluk muslim terbesar di dunia,masyarakat Indonesia khusunya kawula muda ikut-ikutan merayakan Valentine dan menjadikannya sebagai hari akbar yang wajib dirayakan. Valentine telah menjadi trend symbol modernitas sehingga timbul anggapan,tidak tahu dan tidak merayakan Valentine sama dengan ketinggalan zaman.
Hingar bingar Valentine semakin semarak tatkala pelaku bisnis dari berbagai sector usaha juga memanfaatkan moment Valentine untuk meraih keuntungan besar-besaran. Lihat saja menjelang Valentine,industri media massa khusunya TV marak menampilkan berbagai program “berbau” cinta. Sinetron,kuis dan acara-acara musik,semuanya dilabeli “special valentine”. Bioskop-bioskop pun diramaikan dengan film-film bertema cinta. Sementara itu,di pusat-pusat perbelanjaan,pernak-pernik valentine seperti kartu ucapan, bunga mawar,boneka,dan cokelat akan mudah dijumpai. Ironisnya, tanpa mereka sadari hal ini justru semakin menumbuhsuburkan tradisi Valentine dalam masyarakat Indonesia. Orang-orang yang pada awalnya tidak menanggapi keberadaan valentine,karena melihat kesemarakan valentine di media massa dan disekelilingnya akan terpengaruh dan terjebak dalam tradisi tersebut dan pada akhirnya larut dalam efouria Valentine’s Day.
Adapun salah satu hal yang mengkhawatirkan dari perayaan valentine adalah kecenderungan terjadinya maksiat yang dilakukan oleh para remaja. Sebuah survey yang dilakukan oleh seorang penulis di Bandung pada tahun 2004 menunjukkan bahwa dari 413 responden yang terdiri dari siswa-siswi SMA di Bandung dan sekitarnya,26,7% di antaranya mengaku lebih suka merayakan Valentine berdua bersama kekasih dengan jalan-jalan, ,berpesta,berkencan, berciuman yang ujung-ujungnya mengarah pada seks bebas. Sungguh memprihatinkan!
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kita sebagai kaum muda Indonesia yang lahir dan besar dalam nilai-nilai budaya ketimuran agar lebih selektif dan tidak menjadi generasi latah yang ikut-ikutan dalam mengadopsi suatu tradisi atau budaya asing sehingga mudah terjerat dalam kehidupan hedonis.Valentine tidak akan menghentikan perang yang sedang menderu di Irak,afganistan dan negara-negara konflik lain,pun tidak akan mencegah seorang perampok untuk membatalkan melakukan suatu aksi kriminal Oleh sebab itu tidak ada alasan untuk “mengagungkan”nya sebagai hari special yang penuh cinta dan menumbuhsuburkan tradisi ini dalam kehidupan kita.
Sejatinya kasih sayang tidak harus diekspresikan dalam satu hari khusus. Kasih sayang dan cinta yang bersifat universal harus senantiasa ditumbuhkan dan dipelihara dalam diri setiap umat manusia,setiap detik, setiap menit,setiap hari dan sepanjang kehidupan umat manusia.
Penulis
Rizka Fitrah sari,Siswa SMAN 3 Palu
(tulisan ini rencananya hendak saya kirim di salah satu surat kabar sebagai opini suara pelajar bertahun2 lalu, sayangnya lambat,jadinya yaaa..gitu deh..hanya berakhir di blog pribadi..dari pada gak dimuat dimana-mana..hikss..)
Labels:
Literasi Media
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment