Cicak-cicak di dinding...na..na..na
Ada yang masih ingat ndak kelanjutan lagu di atas?? Waktu zaman saya kanak-kanak,lagu itu didendangkan oleh hamper seluruh anak Indonesia. Sepertinya lagu di atas menajdi lagu wajib hafal bagi seluruh anak Indonesia. Tapi itu dulu. Sekarang??Hmm…saya tidak begitu yakin.
Beberapa waktu lalu, saya dikejutkan oleh seorang keponakan berusia 4 tahun yang dengan lancarnya menyanyikan lagu The Bagindas yang sempat Booming di tanah air, C.I.N.T.A. Agak kaget juga, mengingat anak seusianya belumlah pantas menyayikan lagu bertema CINTA seperti itu. Tapi kenyataan berkata lain, lagu Balonku Ada Lima atau Cicak-Cicak di dinding nampaknya tidak lagi begitu menarik bagi anak-anak zaman sekarang. Kehadiran penyanyi –penyanyi dewasa di tanah air berbanding terbalik dengan kehadiran para penyayi cilik. Kalau dulu, anak –anak Indonesia dihibur oleh banyak artis cilik seperti Trio Kwek-Kwek, Eno Lerian, Tasya, Chikita Meidy, Sherina dll, maka anak-anak jaman sekarang dihibur oleh band-band dewasa seperti Peterpan,Ungu,ST12, The Bagindas,The Massive dan lain sebagainya. Coba,minta anak-anak zaman sekarang untuk menyanyikan satu lagu Peterpan. Jangan heran bila mereka akan menyanyikan lagu tersebut dengan lancar. Kemudian coba suruh mereka menyanyikan lagu anak-anak Balonku ada lima, atau lagu-lagu nasional seperti Garuda Pancasila belum tentu mereka akan bernyanyi selancar lagu band favorit mereka. Lagu favorit anak-anak berganti dari lagu sejenis cicak-cicak di dinding menjadi Bertahan satu C.I.N.T.A.
Artis cilik idola anak-anak jaman saya ingusan
Media massa berperan besar dalam hal ini. Ini yang disebut para ahli komunikasi sebagai budaya massa mempengaruhi selera massa. Terpaan media terhadap anak nampaknnya dapat mempengaruhi selera musik anak. Program-program acara seperti Dahsyat, Inbox, Derings dan sejenisnya ‘menjamur’ di stasiun- stasiun TV kita. Sementara program acara musik anak-anak seperti Tralala-trilili, Klap-klip, Kring-kring olala(yang beken di tahun 90an dan awal 2000an) tak ada lagi menghiasi layar kaca. Anak-anak, bila setiap hari yang mereka dengar adalah lagu-lagu orang dewasa, maka jangan heran bila mereka telah mengenal istilah Cinta, Kekasih,Pacaran ‘Putus’dan sebagainya diusia mereka yang masih belia.
Anak-anak'canggih' era millenium ..waaaaaWW:O
Serba salah memang, sebab kenyataananya, artis cilik jaman sekarang amatlah langka. Coba saja tanya mereka, siapa artis cilik idola mereka saat ini? Mereka pasti akan kebingungan karena memang artis cilik jaman sekarang sangat sedikit. Anak-anak jadi kehilangan tokoh idolanya. Artis cilik mana yang bisa mereka idolakan bila tiap hari yang muncul di TV atau Radio adalah artis-artis dewasa.
Sebuah harapan muncul ketika salah satu stasiun swasta mengadakan ajang pencarian bakat untuk anak-anak. Sayangnya, acara itu bukanlah pure acara anak-anak. Penampilan para pesertanya disulap menjadi dewasa. Dari penampilan,gaya panggung dan tentu saja lagu yang dibawakan. Hasilnya,bukan lagi dunia anak yang penuh warna dan keceriaan, tetapi anak-anak bermake up dewasa yang benyanyi sendu karena putus cinta. Hahaa..miris..
Hak anak-anak untuk mendapat hiburan sepertinya dikesampingkan oleh para pebisnis di industri media. Kurang laku mungkin, hmm…yang pasti sadar maupun tidak sadar, pergesaran nilai karena terpaan media menjadi sangat nyata. Hmmm,,,,tragis!
Tuesday, May 24, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Tuesday, May 24, 2011
KETIKA 'CICAK-CICAK DI DINDING TELAH BERTAHAN SATU C.I.N.T.A'
Cicak-cicak di dinding...na..na..na
Ada yang masih ingat ndak kelanjutan lagu di atas?? Waktu zaman saya kanak-kanak,lagu itu didendangkan oleh hamper seluruh anak Indonesia. Sepertinya lagu di atas menajdi lagu wajib hafal bagi seluruh anak Indonesia. Tapi itu dulu. Sekarang??Hmm…saya tidak begitu yakin.
Beberapa waktu lalu, saya dikejutkan oleh seorang keponakan berusia 4 tahun yang dengan lancarnya menyanyikan lagu The Bagindas yang sempat Booming di tanah air, C.I.N.T.A. Agak kaget juga, mengingat anak seusianya belumlah pantas menyayikan lagu bertema CINTA seperti itu. Tapi kenyataan berkata lain, lagu Balonku Ada Lima atau Cicak-Cicak di dinding nampaknya tidak lagi begitu menarik bagi anak-anak zaman sekarang. Kehadiran penyanyi –penyanyi dewasa di tanah air berbanding terbalik dengan kehadiran para penyayi cilik. Kalau dulu, anak –anak Indonesia dihibur oleh banyak artis cilik seperti Trio Kwek-Kwek, Eno Lerian, Tasya, Chikita Meidy, Sherina dll, maka anak-anak jaman sekarang dihibur oleh band-band dewasa seperti Peterpan,Ungu,ST12, The Bagindas,The Massive dan lain sebagainya. Coba,minta anak-anak zaman sekarang untuk menyanyikan satu lagu Peterpan. Jangan heran bila mereka akan menyanyikan lagu tersebut dengan lancar. Kemudian coba suruh mereka menyanyikan lagu anak-anak Balonku ada lima, atau lagu-lagu nasional seperti Garuda Pancasila belum tentu mereka akan bernyanyi selancar lagu band favorit mereka. Lagu favorit anak-anak berganti dari lagu sejenis cicak-cicak di dinding menjadi Bertahan satu C.I.N.T.A.
Artis cilik idola anak-anak jaman saya ingusan
Media massa berperan besar dalam hal ini. Ini yang disebut para ahli komunikasi sebagai budaya massa mempengaruhi selera massa. Terpaan media terhadap anak nampaknnya dapat mempengaruhi selera musik anak. Program-program acara seperti Dahsyat, Inbox, Derings dan sejenisnya ‘menjamur’ di stasiun- stasiun TV kita. Sementara program acara musik anak-anak seperti Tralala-trilili, Klap-klip, Kring-kring olala(yang beken di tahun 90an dan awal 2000an) tak ada lagi menghiasi layar kaca. Anak-anak, bila setiap hari yang mereka dengar adalah lagu-lagu orang dewasa, maka jangan heran bila mereka telah mengenal istilah Cinta, Kekasih,Pacaran ‘Putus’dan sebagainya diusia mereka yang masih belia.
Anak-anak'canggih' era millenium ..waaaaaWW:O
Serba salah memang, sebab kenyataananya, artis cilik jaman sekarang amatlah langka. Coba saja tanya mereka, siapa artis cilik idola mereka saat ini? Mereka pasti akan kebingungan karena memang artis cilik jaman sekarang sangat sedikit. Anak-anak jadi kehilangan tokoh idolanya. Artis cilik mana yang bisa mereka idolakan bila tiap hari yang muncul di TV atau Radio adalah artis-artis dewasa.
Sebuah harapan muncul ketika salah satu stasiun swasta mengadakan ajang pencarian bakat untuk anak-anak. Sayangnya, acara itu bukanlah pure acara anak-anak. Penampilan para pesertanya disulap menjadi dewasa. Dari penampilan,gaya panggung dan tentu saja lagu yang dibawakan. Hasilnya,bukan lagi dunia anak yang penuh warna dan keceriaan, tetapi anak-anak bermake up dewasa yang benyanyi sendu karena putus cinta. Hahaa..miris..
Hak anak-anak untuk mendapat hiburan sepertinya dikesampingkan oleh para pebisnis di industri media. Kurang laku mungkin, hmm…yang pasti sadar maupun tidak sadar, pergesaran nilai karena terpaan media menjadi sangat nyata. Hmmm,,,,tragis!
Ada yang masih ingat ndak kelanjutan lagu di atas?? Waktu zaman saya kanak-kanak,lagu itu didendangkan oleh hamper seluruh anak Indonesia. Sepertinya lagu di atas menajdi lagu wajib hafal bagi seluruh anak Indonesia. Tapi itu dulu. Sekarang??Hmm…saya tidak begitu yakin.
Beberapa waktu lalu, saya dikejutkan oleh seorang keponakan berusia 4 tahun yang dengan lancarnya menyanyikan lagu The Bagindas yang sempat Booming di tanah air, C.I.N.T.A. Agak kaget juga, mengingat anak seusianya belumlah pantas menyayikan lagu bertema CINTA seperti itu. Tapi kenyataan berkata lain, lagu Balonku Ada Lima atau Cicak-Cicak di dinding nampaknya tidak lagi begitu menarik bagi anak-anak zaman sekarang. Kehadiran penyanyi –penyanyi dewasa di tanah air berbanding terbalik dengan kehadiran para penyayi cilik. Kalau dulu, anak –anak Indonesia dihibur oleh banyak artis cilik seperti Trio Kwek-Kwek, Eno Lerian, Tasya, Chikita Meidy, Sherina dll, maka anak-anak jaman sekarang dihibur oleh band-band dewasa seperti Peterpan,Ungu,ST12, The Bagindas,The Massive dan lain sebagainya. Coba,minta anak-anak zaman sekarang untuk menyanyikan satu lagu Peterpan. Jangan heran bila mereka akan menyanyikan lagu tersebut dengan lancar. Kemudian coba suruh mereka menyanyikan lagu anak-anak Balonku ada lima, atau lagu-lagu nasional seperti Garuda Pancasila belum tentu mereka akan bernyanyi selancar lagu band favorit mereka. Lagu favorit anak-anak berganti dari lagu sejenis cicak-cicak di dinding menjadi Bertahan satu C.I.N.T.A.
Artis cilik idola anak-anak jaman saya ingusan
Media massa berperan besar dalam hal ini. Ini yang disebut para ahli komunikasi sebagai budaya massa mempengaruhi selera massa. Terpaan media terhadap anak nampaknnya dapat mempengaruhi selera musik anak. Program-program acara seperti Dahsyat, Inbox, Derings dan sejenisnya ‘menjamur’ di stasiun- stasiun TV kita. Sementara program acara musik anak-anak seperti Tralala-trilili, Klap-klip, Kring-kring olala(yang beken di tahun 90an dan awal 2000an) tak ada lagi menghiasi layar kaca. Anak-anak, bila setiap hari yang mereka dengar adalah lagu-lagu orang dewasa, maka jangan heran bila mereka telah mengenal istilah Cinta, Kekasih,Pacaran ‘Putus’dan sebagainya diusia mereka yang masih belia.
Anak-anak'canggih' era millenium ..waaaaaWW:O
Serba salah memang, sebab kenyataananya, artis cilik jaman sekarang amatlah langka. Coba saja tanya mereka, siapa artis cilik idola mereka saat ini? Mereka pasti akan kebingungan karena memang artis cilik jaman sekarang sangat sedikit. Anak-anak jadi kehilangan tokoh idolanya. Artis cilik mana yang bisa mereka idolakan bila tiap hari yang muncul di TV atau Radio adalah artis-artis dewasa.
Sebuah harapan muncul ketika salah satu stasiun swasta mengadakan ajang pencarian bakat untuk anak-anak. Sayangnya, acara itu bukanlah pure acara anak-anak. Penampilan para pesertanya disulap menjadi dewasa. Dari penampilan,gaya panggung dan tentu saja lagu yang dibawakan. Hasilnya,bukan lagi dunia anak yang penuh warna dan keceriaan, tetapi anak-anak bermake up dewasa yang benyanyi sendu karena putus cinta. Hahaa..miris..
Hak anak-anak untuk mendapat hiburan sepertinya dikesampingkan oleh para pebisnis di industri media. Kurang laku mungkin, hmm…yang pasti sadar maupun tidak sadar, pergesaran nilai karena terpaan media menjadi sangat nyata. Hmmm,,,,tragis!
Labels:
Literasi Media
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Tuesday, May 24, 2011
KETIKA 'CICAK-CICAK DI DINDING TELAH BERTAHAN SATU C.I.N.T.A'
Cicak-cicak di dinding...na..na..na
Ada yang masih ingat ndak kelanjutan lagu di atas?? Waktu zaman saya kanak-kanak,lagu itu didendangkan oleh hamper seluruh anak Indonesia. Sepertinya lagu di atas menajdi lagu wajib hafal bagi seluruh anak Indonesia. Tapi itu dulu. Sekarang??Hmm…saya tidak begitu yakin.
Beberapa waktu lalu, saya dikejutkan oleh seorang keponakan berusia 4 tahun yang dengan lancarnya menyanyikan lagu The Bagindas yang sempat Booming di tanah air, C.I.N.T.A. Agak kaget juga, mengingat anak seusianya belumlah pantas menyayikan lagu bertema CINTA seperti itu. Tapi kenyataan berkata lain, lagu Balonku Ada Lima atau Cicak-Cicak di dinding nampaknya tidak lagi begitu menarik bagi anak-anak zaman sekarang. Kehadiran penyanyi –penyanyi dewasa di tanah air berbanding terbalik dengan kehadiran para penyayi cilik. Kalau dulu, anak –anak Indonesia dihibur oleh banyak artis cilik seperti Trio Kwek-Kwek, Eno Lerian, Tasya, Chikita Meidy, Sherina dll, maka anak-anak jaman sekarang dihibur oleh band-band dewasa seperti Peterpan,Ungu,ST12, The Bagindas,The Massive dan lain sebagainya. Coba,minta anak-anak zaman sekarang untuk menyanyikan satu lagu Peterpan. Jangan heran bila mereka akan menyanyikan lagu tersebut dengan lancar. Kemudian coba suruh mereka menyanyikan lagu anak-anak Balonku ada lima, atau lagu-lagu nasional seperti Garuda Pancasila belum tentu mereka akan bernyanyi selancar lagu band favorit mereka. Lagu favorit anak-anak berganti dari lagu sejenis cicak-cicak di dinding menjadi Bertahan satu C.I.N.T.A.
Artis cilik idola anak-anak jaman saya ingusan
Media massa berperan besar dalam hal ini. Ini yang disebut para ahli komunikasi sebagai budaya massa mempengaruhi selera massa. Terpaan media terhadap anak nampaknnya dapat mempengaruhi selera musik anak. Program-program acara seperti Dahsyat, Inbox, Derings dan sejenisnya ‘menjamur’ di stasiun- stasiun TV kita. Sementara program acara musik anak-anak seperti Tralala-trilili, Klap-klip, Kring-kring olala(yang beken di tahun 90an dan awal 2000an) tak ada lagi menghiasi layar kaca. Anak-anak, bila setiap hari yang mereka dengar adalah lagu-lagu orang dewasa, maka jangan heran bila mereka telah mengenal istilah Cinta, Kekasih,Pacaran ‘Putus’dan sebagainya diusia mereka yang masih belia.
Anak-anak'canggih' era millenium ..waaaaaWW:O
Serba salah memang, sebab kenyataananya, artis cilik jaman sekarang amatlah langka. Coba saja tanya mereka, siapa artis cilik idola mereka saat ini? Mereka pasti akan kebingungan karena memang artis cilik jaman sekarang sangat sedikit. Anak-anak jadi kehilangan tokoh idolanya. Artis cilik mana yang bisa mereka idolakan bila tiap hari yang muncul di TV atau Radio adalah artis-artis dewasa.
Sebuah harapan muncul ketika salah satu stasiun swasta mengadakan ajang pencarian bakat untuk anak-anak. Sayangnya, acara itu bukanlah pure acara anak-anak. Penampilan para pesertanya disulap menjadi dewasa. Dari penampilan,gaya panggung dan tentu saja lagu yang dibawakan. Hasilnya,bukan lagi dunia anak yang penuh warna dan keceriaan, tetapi anak-anak bermake up dewasa yang benyanyi sendu karena putus cinta. Hahaa..miris..
Hak anak-anak untuk mendapat hiburan sepertinya dikesampingkan oleh para pebisnis di industri media. Kurang laku mungkin, hmm…yang pasti sadar maupun tidak sadar, pergesaran nilai karena terpaan media menjadi sangat nyata. Hmmm,,,,tragis!
Ada yang masih ingat ndak kelanjutan lagu di atas?? Waktu zaman saya kanak-kanak,lagu itu didendangkan oleh hamper seluruh anak Indonesia. Sepertinya lagu di atas menajdi lagu wajib hafal bagi seluruh anak Indonesia. Tapi itu dulu. Sekarang??Hmm…saya tidak begitu yakin.
Beberapa waktu lalu, saya dikejutkan oleh seorang keponakan berusia 4 tahun yang dengan lancarnya menyanyikan lagu The Bagindas yang sempat Booming di tanah air, C.I.N.T.A. Agak kaget juga, mengingat anak seusianya belumlah pantas menyayikan lagu bertema CINTA seperti itu. Tapi kenyataan berkata lain, lagu Balonku Ada Lima atau Cicak-Cicak di dinding nampaknya tidak lagi begitu menarik bagi anak-anak zaman sekarang. Kehadiran penyanyi –penyanyi dewasa di tanah air berbanding terbalik dengan kehadiran para penyayi cilik. Kalau dulu, anak –anak Indonesia dihibur oleh banyak artis cilik seperti Trio Kwek-Kwek, Eno Lerian, Tasya, Chikita Meidy, Sherina dll, maka anak-anak jaman sekarang dihibur oleh band-band dewasa seperti Peterpan,Ungu,ST12, The Bagindas,The Massive dan lain sebagainya. Coba,minta anak-anak zaman sekarang untuk menyanyikan satu lagu Peterpan. Jangan heran bila mereka akan menyanyikan lagu tersebut dengan lancar. Kemudian coba suruh mereka menyanyikan lagu anak-anak Balonku ada lima, atau lagu-lagu nasional seperti Garuda Pancasila belum tentu mereka akan bernyanyi selancar lagu band favorit mereka. Lagu favorit anak-anak berganti dari lagu sejenis cicak-cicak di dinding menjadi Bertahan satu C.I.N.T.A.
Artis cilik idola anak-anak jaman saya ingusan
Media massa berperan besar dalam hal ini. Ini yang disebut para ahli komunikasi sebagai budaya massa mempengaruhi selera massa. Terpaan media terhadap anak nampaknnya dapat mempengaruhi selera musik anak. Program-program acara seperti Dahsyat, Inbox, Derings dan sejenisnya ‘menjamur’ di stasiun- stasiun TV kita. Sementara program acara musik anak-anak seperti Tralala-trilili, Klap-klip, Kring-kring olala(yang beken di tahun 90an dan awal 2000an) tak ada lagi menghiasi layar kaca. Anak-anak, bila setiap hari yang mereka dengar adalah lagu-lagu orang dewasa, maka jangan heran bila mereka telah mengenal istilah Cinta, Kekasih,Pacaran ‘Putus’dan sebagainya diusia mereka yang masih belia.
Anak-anak'canggih' era millenium ..waaaaaWW:O
Serba salah memang, sebab kenyataananya, artis cilik jaman sekarang amatlah langka. Coba saja tanya mereka, siapa artis cilik idola mereka saat ini? Mereka pasti akan kebingungan karena memang artis cilik jaman sekarang sangat sedikit. Anak-anak jadi kehilangan tokoh idolanya. Artis cilik mana yang bisa mereka idolakan bila tiap hari yang muncul di TV atau Radio adalah artis-artis dewasa.
Sebuah harapan muncul ketika salah satu stasiun swasta mengadakan ajang pencarian bakat untuk anak-anak. Sayangnya, acara itu bukanlah pure acara anak-anak. Penampilan para pesertanya disulap menjadi dewasa. Dari penampilan,gaya panggung dan tentu saja lagu yang dibawakan. Hasilnya,bukan lagi dunia anak yang penuh warna dan keceriaan, tetapi anak-anak bermake up dewasa yang benyanyi sendu karena putus cinta. Hahaa..miris..
Hak anak-anak untuk mendapat hiburan sepertinya dikesampingkan oleh para pebisnis di industri media. Kurang laku mungkin, hmm…yang pasti sadar maupun tidak sadar, pergesaran nilai karena terpaan media menjadi sangat nyata. Hmmm,,,,tragis!
Labels:
Literasi Media
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
mbak, d'masiv...
ReplyDeleteahahahaaa....okeoke.
ReplyDelete